All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 251 - Chapter 260
269 Chapters
Tersadar
Setelah pengorbanan saudara laki – lakinya, Astoria tidak mungkin membiarkan Deu mati tenggelam. Dia langsung menyusul, kembali berenang ke dalam air hanya untuk menarik tangan Deu keluar ke permukaan. Butuh usaha sangat keras, tetapi itu tidak akan menjadi tindakan sia – sia. Astoria segera disambut Pak Sekretaris maupun beberapa orang di daratan. Dia dibantu bangun—segera mendapat pertolongan pertama—dituntun menuju satu tempat di mana ibunya berada—tim pernyelemat dipecah dua; sebagian menangani mereka, sisanya berada di sana. Mengerubungi tubuh Deu yang dibaringkan dengan keadaan pingsan.Astoria ingin melihat kakaknya lebih lama. Ironi. Dia tak bisa melakukan dengan nekat saat sesuatu terasa sangat sakit di bagian perut. Golakan hebat semacam menyeretnya pada kontraksi yang luar biasa dahsyat. Astoria mengernyit, tengah mencoba untuk menghalau bagian terburuk dari reaksi janinnya. Sesaat dia mendapati Pak Sekretaris diliputi ekspresi terungkap begitu bimbang. Pria itu jelas
Read more
Kesadaran
Paling tidak, sekarang Astoria sudah dipindahkan ke kamar rawat. Masih belum sadarkan diri setelah operasi berjalan dengan baik. Harger memutuskan untuk menunggu adik peremouan sang hakim. Sedikit merasa lega walau benar – benar sangat disayangkan terhadap apa yang terjadi kepada gadis muda itu. Dokter mengatakan bahwa Astoria mendapat begitu banyak tekanan dan ... bagian terburuknya hal tersebut memberi pengaruh kepada janin. Nyaris tak dapat Harger bayangkan bagaimana perasaan Astoria nanti. Dia tahu seperti apa rasanya kehilangan janin di dalam kandungan. Hampir tidak ada kata – kata terbaik untuk mewakili golakan menyesakkan sepanjang yang pernah dia lalui. Mungkin sang hakim pun merasa demikian, sehingga pria itu memutuskan menitipkan Astoria, sementara ... di sisi lain sang hakim secara tentatif memutuskan untuk melangkah pergi—ntah ke mana. Harger tak sempat menanyakan detil keinginan tersebut. Tetapi barangkali dia yang terlalu lambat mengambil sikap ketika beberap
Read more
Lamar?
Harger menelan ludah kasar. Menduga – duga bahwa Deu sedang memikirkan sesuatu, dan pria itu membutuhkan ketenangan. Angin berembus memang meninggalkan sedikit perasaan lega. Ntahlah, barangkali sang hakim sedang melamun, sehingga tampaknya pria itu terkejut begitu Harger memutuskan untuk berdiri di samping tubuh jangkung sang hakim yang segera menatapnya dengan mengerjap.“Dari mana kau tahu aku ada di sini?”Pertanyaan paling pertama membuat Harger tersenyum tipis. “Ayahmu,” jawabnya setengah menengadah untuk melakukan kontak mata bersama iris gelap Deu.“Kau seharusnya tidak menyusulku.”“Kenapa?”“Bukan apa – apa. Bagaimana dengan Astoria?”Sang hakim tiba – tiba mengalihkan pembicaraan.Tentang Astoria ....Harger langsung mengatur posisi wajah ke depan. Menatap lembut pada kaki langit dan bangunan – bangunan kokoh yang berjejer. Dia menarik napas pelan, memikirkan seperti apa sang hakim nantinya. Tetapi tidak ada alasan untuk menutupi bagai
Read more
Orion
Harger menelan ludah kasar tepat setelah dia dan sang hakim sudah menjulang tinggi di depan kamar rawat Astoria. Mereka saling menatap sesaat, kemudian tanpa mengatakan apa pun sang hakim membuka pintu dengan lambat.Benak Harger sedikit lega menemukan Astoria memang sudah setenang itu, meski gadis muda tersebut seperti sedang memikirkan sesuatu dengan pandangan setengah kosong menghadap ke arah jendela. Rasanya Harger tidak yakin, tetapi dia tetap membuntuti langkah sang hakim yang mendekat.Astoria menoleh. Kali itu pula sang hakim telah menjulang tinggi di depannya.“Di mana Madre?”Pertanyaan pertama digunakan untuk mengetahui keberadaan ibunya. Astoria menggeleng samar. Namun, di waktu bersamaan terlihat harus berusaha keras bersuara.“Bersama Padre. Mereka meminta izin untuk membicarakan sesuatu yang serius.”Demikian yang diuraikan. Napas sang hakim lantas berembus kasar, dan pria itu mengulurkan tangan menyentuh puncak kepala adiknya yang terungkap ti
Read more
Merajuk
Nyaris tiga minggu, dan selama waktu - waktu tersebut sang hakim sama sekali tidak menghubunginya. Atau paling tidak, mengirim kabar agar Harger tidak terlalu memikirkan bagaimana prospek dari perjalanan pria itu sekarang. Puncak kepala Harger disergap pelbagai rasa ingin tahu. Bertanya – tanya apakah sang hakim sudah menemukan Orion, atau justru tidak akan pernah? Harger khawatir jika Orion seperti sebuah bayangan yang sulit digapai. Pasalnya Astoria selalu meragukan sang hakim, mengatakan kalau menemukan Orion adalah perjalanan sulit. Mungkin mereka perlu bersabar.“Harger, kemari-lah. Lihat ini, apa kau suka?”Lamunan Harger mendadak buyar dengan tubuh tersentak, iris matanya segera melirik cepat ke arah Katia. Wanita paruh baya itu tersenyum melambaikan tangan. Mereka memang sedang bersama setelah Harger juga ikut serta menjemput Astoria dari rumah sakit. Dia dimintai tinggal oleh Pak Sekretaris, sementara ibu sang hakim sempat menyampaikan sesuatu yang membuat Harg
Read more
Menuntaskan Kerinduan
“Demi Tuhan, Harger. Katakanlah sesuatu.” Nada putus asa di balik suara berat sang hakim terdengar kental. Sepertinya pria itu tak kuasa menghadapi sikap marah yang Harger luapkan. Dia tak akan mengibarkan bendera perang tanpa alasan. “Kau pikirkan saja apa salahmu.” “Karena aku hanya sekali saja mengabarimu?” “Kau bahkan tidak mengirimkan apa – apa di ponselku!” sergah Harger tidak terima. Seketika dia mendapati sang hakim mengernyit dalam, lalu sebelah tangan pria itu segera merogoh sesuatu di saku celana. Ibu jari sang hakim terlihat serius mengulir layar menyala pada telepon genggam. Setidaknya satu hal menghentikan pria itu, lantas Deu mengembuskan napas kasar. “Pesannya tidak terkirim, Harger. Kau bisa lihat sendiri.” Sang hakim langsung mengulurkan tangan, membiarkan Harger mengetahui kebenaran demikian beberapa saat sebelum melanjutkan. “Aku buru – buru waktu itu. Mengira kalau pe
Read more
Tamat
Harger mematut di depan cermin dengan perasaan takjub. Gaun pengantin buatan tangan Katia memang luar biasa indah. Setiap detil dari pelbagai bagian yang terungkap di sana, dirancang secara khusus untuk membalut secara porposional di tubuhnya. Wanita paruh baya itu juga sering kali memuji ketika mencoba mencocokkan satu hal dengan yang lain agar semua menjadi kombinasi yang bagus. Terkadang Harger merasa malu. Namun, setelah tahap paling akhir dari persiapan yang panjang. Dia tak lagi meragukan pemilihan mutiara ... bertabur seperti bintang sebagai suatu keputusan tepat. Ditambah riasan wajah yang sempurna membuat Harger seperti orang berbeda. Benar. Ini hari pernikahannya. Siapa yang akan menyangka bahwa jodoh: pria yang takdirkan sebagai mempelao pria: masih orang yang sama? Harger yakin sang hakim sudah menunggu di altar setelah kemarin, sepanjang hari pria itu menunjukkan gelagat tidak tenang. Bukan, Deu bukan takut, tetapi perasaan tidak sabar seo
Read more
Ekstra Part1
Malam ini ... Harger yakin sangat sang hakim sudah begitu tidak sabar setelah pesta pernikahan yang ternyata didatangi oleh rekan – rekan hakim lainnya, termasuk Mr. Sassimo. Malam yang membuat Harger tidak memiliki kesempatan membahas apa saja yang terjadi beberapa waktu lalu, karena Deu telah sibuk mencumbu tubuhnya di atas ranjang. Mulut pria itu berperang di ceruk leher Harger. Lumatan – lumatan yang dahsyat, bahkan genggaman tangan yang pas di dadanya meninggalkan begitu banyak perasaan mendebarkan. Harger tidak mengenakan sehelai kain pun di bagian atas, hanya tersisa dalaman berenda—yang sengaja sang hakim biarkan ketika pria itu memindahkan perhatian di tulang rusuknya. DDia melenguh saat lidah sang hakim meninggalkan jejak panas di sana. Secara perlahan wajah pria itu semakin turun, lalu berhenti di garis pinggul yang dibatasi dalaman putih, membuat Harger semakin gelisah ketika ujung jari sang hakim berlabuh sebentar—hanya untuk menyentuh kain berbahan satin di s
Read more
Ekstra Part2
Aroma tumisan bawang putih dan bombai semerbak mencuak ke permukaan. Harger memejam, bersandar nyaman di bahu sang hakim sambil mengagumi betapa harumnya masakan pria itu. Dia memang sedang memanjat—berpegangan erat punggung sang hakim, barangkali untuk mengganggu suaminya. Selama Deu merasa tidak keberatan, malahan pria itu yang menyerahkan tawaran, Harger tidak akan pernah turun. Kelopak matanya perlahan terbuka saat merasakan sang hakim bergerak setelah mengecilkan api kompor. Pria itu beralih ke sisi lainnya, mengaduk – aduk daging yang sedang di masak dengan spatula. Cara yang sedikit berbeda dari Harger. Biasanya dia akan menggabungkan kebutuhan menumis bawang dan memasak daging. Ya, walau pada akhirnya selalu sama saat sang hakim memindahkan daging nyaris matang itu ke dalam tumisan bawang. Kepulan asap bertebangan ke udara. Harger tertawa samar saat sang hakim secara naluri menyingkir. Hanya perlu mengaduk campuran bawang dan daging sebentar. Setelah itu
Read more
Ekstra Part3
Desakan dari rasa empati Harger jauh lebih besar. Pengakuan serius Astoria secara tidak langsung telah menambahkan bumbu hingga dia menyerah. Bagaimana jika rentetan kalimat Astoria adalah benar? Bahwa sesuatu telah dimasukkan ke dalam tubuh Orion? Tidak. Harger tidak akan cukup berani membayangkan betapa salah-nya keputusan yang dia buat. Bukan hal terpuji membiarkan Deu memukuli pria yang benar – benar sedang berada dalam ancaman besar. Tetapi juga butuh usaha keras menghentikan sang hakim dari amarah yang masih membara. “Deu, berhenti!” Hanya ada satu cara tersisa. Ya, dengan membantah setiap serangan sang hakim. Harger terkejut, dia sungguh melakukannya—membuat iris gelap sang hakim mendelik tajam. Napas pria itu menggebu, begitu juga yang Harger rasakan. Mereka menunduk ketika Astoria bersimpuh memeluk tubuh Orion. Membayangkan pria yang terbaring lemah membuat Harger meringis takut. Nyaris ... sang hakim menyerahkan pukulan menggerikan.
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status