Semua Bab Terjerat Gairah Tuan Hakim: Bab 211 - Bab 220
269 Bab
Memikirkan
Suara ombak berdebur keras di langit malam. Berulang kali Harger menarik napas, membiarkan udara keluar dari celah bibirnya; dan dia akan terpaku kemudian di bibir pantai. Perasaan buruk mengguncang menyebabkan Harger gagal ketika mencoba untuk tidur. Dia tidak tahu apa yang coba mendesak ke dalam dirinya. Tetapi sebuah bayangan mengenai satu orang seolah membuat Harger takut. Bertanya – tanya apa yang Deu lakukan sekarang, meski egonya melarang untuk mengambil tindakan peduli.Deu pria dewasa. Akan baik – baik saja kalaupun Harger tidak ada di sana, Roma ... Venice ... ntahlah, dia tidak mau memikirkan terlalu jauh. Cukup rasanya bahwa pria itu selalu mengambil peran, meski Harger yakin dia berada di tempat yang tepat. Berjuang untuk satu kebutuhan di kehidupan yang akan datang.Napas Harger berembus. Masih dengan tatapan setengah kosong ke depan. Dia membiarkan sulur – sulur angin di langit malam menyapu di sekitar tubuhnya. Derap langkah seseorang segera membuat Harger ta
Baca selengkapnya
Percakapan
“Sudah waktunya beristirahat, Harger.”Napas Harger terengah menyelesaikan bagian terakhir dari sesi latihan yang belakangan telah Howard ajarkan kepadanya. Dia tersenyum ke arah Serah, wanita dengan sepiring cemilan kue di tangan, memberi gestur supaya Harger menepi—mengambil langkah yang sama menuju rumah berbasis pondok.Harger tidak keberatan. Memastikan sendiri bahwa mereka duduk berdua; menikmati pemandangan sore di pantai sementara suara anak – anak sedang bermain terkadang akan menyeruak ke udara. Tampaknya Selena, Adik perempuan Howard, menyerah menghadapi Jane dan Jennifer yang begitu antusias. Wanita muda itu segera melangkah dan menculik Ose—membawa anak laki – laki itu untuk terlibat ke dalam percakapan Harger dan Serah, yang bahkan sama sekali belum dimulai.“Aku dengar Howard akan pulang malam ini, apa itu benar, Serah?” tanya Selena lambat. Napas wanita itu masih diliputi desakan menggebu setelah duduk di antara mereka. Serah tersenyum, kemudian mengangguk setuju.Harg
Baca selengkapnya
Desakan
Howard yang tengah sibuk menyiapkan kebutuhan untuk pulang, menghentikan tindakannya sejenak saat merasakan sesuatu tidak beres seperti sedang mengintai di belakang. Dengan gerakan tentatif wajah Howard berpaling, mencoba memastikan tidak satu pun orang di sekitar ruangan, tetapi itu menjadi perkara mustahil.“Shit ....”Bibir Howard begumam tanpa sadar menemukan Deu sedang menjulang tinggi di hadapannya. Penampilan pria yang nyaris tidak bisa disebut baik – baik saja mulai memberi Howard peringatan. Dia seharusnya melakukan persiapan ketika tiba – tiba Deu akan menyerang dengan cara yang mengejutkan.“Apa yang kau lakukan di sini, Don?” tanya Howard, suaranya terdengar tercekat berusaha menyingkirkan keberadaan Deu yang menindih kuat di tubuhnya.“Di mana kau menyembunyikan Harger?”Sudah Howard duga akan terjadi. Dia berusaha menyingkirkan tubuh yang menekan. Namun, butuh usaha lebih keras untuk melakukan pergolakan serius.“Aku tidak tahu apa yang kau maks
Baca selengkapnya
Daisy
“Daisy ....”Tidak butuh waktu yang lama untuk tiba di pedesaan. Deu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar di mana seorang wanita tua sedang terbaring bersama Miley yang dengan lembut menyuapinya. Langkah Deu tentatif ketika mendapati Daisy sedang menatap lamat. Ada pergolakan di mata tua wanita itu. Sebuah keengganan bertemu, tetapi Deu tidak peduli jika hanya dengan cara seperti ini dia bisa meraih tangan Daisy yang terasa dingin.Miley segera menyingkir ketika Deu bersimpuh. Memperhatikan wanita yang begitu pucat. Tubuh Daisy lemah sekali meskipun tampak berusaha mengatakan sesuatu.“Apa yang kau lakukan di sini?”Pertanyaan pertama terucap begitu lirih. Deu menggeleng memastikan supaya Daisy tidak banyak mengeluarkan tenaga dengan berkata – kata. Dia menatap Miley; menunjukkan gestur agar wanita itu kembali memberi suapan bubur berikutnya.“Makanlah dulu, Daisy.”Cukup lega menyaksikan Daisy tidak menolak sesendok bubur yang di dekatkan di bibirnya.
Baca selengkapnya
Latihan
“Kau memukulku terlalu keras, Lil’H.”Kedua mata Harger membola besar setelah sesaat merespons kata – kata Howard sebagai upaya melenguh. Pria itu baru saja mendapat pukulan mantap di bagian perut. Harger bahkan tidak sadar telah melakukan hal itu, karena sebenarnya—dia lebih sering memikirkan sang hakim lewat perasaan – perasaan paling menyedihkan.Rasanya sulit sekali melupakan satu orang yang telah menciptakan sebuah kejahatan, baginya. Harger mencoba mengenyahkan bayangan wajah sang hakim, tetapi sering kali dia menghadapi kegagalan besar.Semakin deras usaha ingin membuang kisah di masa – masa sulit itu, semakin besar pula Harger disergap oleh suatu desakan yang begitu memilukan. Dia tak ingin ini terus terjadi—membayangkan bagaimana akhirnya dia harus memusnahkan segala perasaan kejam yang nyata.“Apa sakit?” tanya Harger sedikit khawatir. Perlahan dia melangkahkan kaki; mengikuti Howard yang menyingkir ke rumah pondok untuk sebentar saja, mungkin, sekadar meng
Baca selengkapnya
Kejutan
Perasaan absurd berakhir deras di benak Harger ketika dia dan Howard mendapat dua amplop kiriman, yang seharusnya hanya satu seperti waktu – waktu terdahulu. Barangkali menambahkan sedikit perbedaan ....Itulah yang sedang Harger pikirkan. Dia mengerjap tidak sabar ketika jari – jari tangan Howard mulai merobek perekat kertas dengan agak terburu. Pria itu langsung mengeluarkan beberapa lembar berkas untuk kemudian dibaca saksama.“Bagaiamana?” tanya Harger gugup. Dia sudah mendapat penolakan berkali – kali, rasanya tidak sanggup jika akan menerima hal yang sama. Betapa debaran jantung Harger begitu keras; golakan tidak tenang bagai desiran ombak di bibir pantai. Harger berusaha menenangkan benaknya, mengirim kata – kata persuasif kepada diri sendiri, tetapi ntahlah ... raut putus asa Howard meninggalkan pelbagai rasa takut yang harus dia hadapi. Harger menunduk. Sudah tahu apa yang Howard katakan berikutnya. Pria itu akan menggeleng, memberikan pelukan hangat, lalu
Baca selengkapnya
Pak Sekretaris
“Sudah siap bertemu Pak Sekretaris?” Harger mendengkus. Lagi – lagi Howard menggodanya. Lagi – lagi pria itu sengaja membiarkan ujung telunjuk menekan di pipi, dan dia berusaha keras menghindari apa pun yang akan terjadi, lalu menatap Howard tajam. Harger mendesis sinis saat pria itu akan tertawa. Masalahnya, dia yakin Howard juga tahu bahwa mereka akan menghadapi pertemuan khusus. Berada di sebuah gedung yang nyaris tidak pernah Harger bayangkan rasanya benar – benar suatu mimpi nyata. Dia harus meredakan debaran yang masih bertalu – talu di dada. Bertemu Pak Sekretaris untuk kali pertama ... kekhawatiran itu sudah Harger terima jauh sebelum mereka berada di Amerika.Kemudian di sini ....Suara derap kaki seseorang terdengar menggema penuh di sekitar ruangan. Harger mendadak tegang, melirik Howard sesekali supaya pria itu bersikap serius. Namun sepertinya Harger mengambil keputusan yang salah. Setelah Howard hanya menatap lurus ke depan; golakan tak berujung di be
Baca selengkapnya
Ember Bocor
[Apa Hargerie Warrance terdengar familiar bagimu?]Sebelah alis Deu terangkat tinggi, mencoba mempertimbangkan hal aneh apa yang dikatakan Pak Sekretaris ketika pria paruh baya itu secara tiba – tiba menghubunginya, bahkan melibatkan Harger yang Deu sendiri tahu persis bahwa Pak Sekretaris tidak pernah mendengar berita pernikahannya, tidak peduli siapa mereka saat kesepakatan untuk tidak terlihat mencolok masih menjadi pertimbangan besar.“Apa yang kau tahu tentang nama itu?” tanya Deu, masih sama sibuknya mengurus beberapa berkas di pengadilan. Seminggu lalu dia memvonis seorang perampok yang telah merenggut nyawa seorang wanita dengan hukuman penjara seumur hidup—kemudian menjatuhkan denda dalam nominal besar, meski hal tersebut tidak menjadi alasan mengapa dia tetap akan diliputi kesibukkan.Deu masih menunggu Pak Sekretaris menjawab dengan suara yang tegas.[Yang aku tahu dia sedang menghindarimu.] Secara naluri lengan Deu berhenti bergerak. Sesuatu mendesak
Baca selengkapnya
Misi
Sejauh ini, rencana mereka sudah berjalan 50 persen sebagai tiket awal masuk ke dalam gedung putih Moskow (Bely Dom) dengan menyamar sebagai tamu luar negeri—yang akan berhadapan langsung bersama Perdana Menteri Rusia, meski itu tidak akan pernah terjadi. Datang diliputi atribut lengkap—Warne secara keseluruhan telah mengubah penampilan persis seperti menteri luar negeri; masker topeng yang luar biasa membuat penampilan Warne tidak dicurigai, sementara Harger menerima porsi sebagai asisten Warne. Mereka segera berpencar setelah berhasil berjalan sampai di pertengahan gedung. Howard menginterupsi dari balik suara di kepala—sebuah alat pendengar yang berada di telinga sebelah kanan mereka. Pria itu telah mengatur sisanya. Mengacaukan perhatian beberapa orang di pemerintahan Rusia supaya Harger bisa masuk ke dalam satu ruang khusus yang menyimpan berkas mengenai kode peluncuran nuklir, begitu juga dengan Warne.Napas Harger berembus pelan ketika sudah melangkahkan kaki masuk k
Baca selengkapnya
Terkuak
Harger terkejut ketika Howard tiba – tiba mengambil berkas berisi kode peluncuran nuklir lalu mendorongnya pergi ke satu ruangan. Pria itu tertawa sangat puas mendengar kata – kata bernada jenaka dari lawan bicaranya, Warne. Menyebalkan. Dan gara – gara mereka, Harger maupun sang hakim akhirnya terlibat di sini. Di satu ruang yang dingin membekukan. Mencekam, benar – benar suram.“Bisa jelaskan padaku mengapa kau ada di gedung putih?” tanya Harger setelah merasa sudah cukup lama keterdiaman menyergap kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Dia menatap sang hakim tajam tetapi sepertinya pria itu tidak berniat menyerahkan jawaban.“Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan, lebih baik aku pergi. Tugasku belum selesai.”Muak rasanya menunggu sesuatu yang dia tidak tahu kapan akan terjadi. Tangan Harger bersiap menekan ganggang pintu, tidak tahu bahwa itu menjadi dorongan besar kepada sang hakim untuk mengatakan sesuatu yang tak terduga.“Bisakah kau ikut denganku untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
27
DMCA.com Protection Status