Terjerat Gairah Tuan Hakim의 모든 챕터: 챕터 191 - 챕터 200
269 챕터
Sebuah Rahasia
Sang hakim langsung tertawa pelan. Tidak ada yang lucu, itu membuat Harger tidak tahan segera mencubit perut liat suaminya. “Kenapa kau tertawa!” ucapnya sedikit jengkel. Mendadak Harger menaruh rasa curiga kalau – kalau sang hakim sebenarnya tahu mengenai perasaan Anette kepada pria itu. Harger mendengkus. Akhirnya memutuskan untuk menjauhkan diri, tetapi sang hakim tiba – tiba kembali menarik tubuh mereka saling bertubrukan.“Mr. Sassimo memang pernah menjodohkan putrinya padaku. Aku rasa itu yang membuatnya menatapku seperti itu.”Ini mengejutkan. Pengetahuan Harger benar – benar kosong mengenai ucapan sang hakim. Wajahnya mendadak berubah masam dengan sorot mata yang tajam.“Mengapa kau tidak mengatakan ini padaku?” tanyanya agak menuntut.“Aku rasa ini bukan hal penting, jadi seharusnya tidak perlu membahasnya.”“Tapi dengan begitu kau membuatku mengambil keputusan yang salah. Harusnya tadi kita di rumah saja jika dia ada di sini untuk mengagumimu.”
더 보기
Pulang
Memanfaatkan pekerjaan ayahnya untuk menggaet satu pria beristri adalah suatu cara klise yang sama sekali tak pantas mendapat pujian. Sorot mata Harger menusuk sangat tajam. Dia tak suka melihat Anette sengaja menyenggol lengan mulus itu di sekitar tubuh sang hakim, meskipun dengan tegas Deu sudah berjuang mengambil jarak dan sesekali akan melihat ke arahnya. Harger perlahan melipat tangan di depan dada, menunjukkan gestur kepada sang hakim supaya suaminya mengerti kalau – kalau dia tak suka ada gadis lain di sana; sedang berusaha keras melakukan sesuatu yang membuat isi kepala Harger mendidih. Namun, sepertinya muncul satu harapan ketika tubuh sang hakim terlihat sedikit membungkuk—barangkali untuk berpamitan.Dugaan Harger benar saat dia mendapati sang hakim segera melangkahkan kaki ke arahnya; terlihat agak tergesa sembari memperbaiki kancing lengan bawah dari jas hitam yang membalut di tubuh liat itu.“Aku pikir kau sudah lupa di mana istrimu berada,” ucap Harger sinis. Dia menyi
더 보기
Tamu Tak Diundang
Harger sibuk membersihkan sisa perlengkapan di dapur setelah menyiapkan makan siang. Masih terlalu sibuk sehingga tidak menyadari langkah seseorang telah mendekat ke arahnya.“Signorina, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda.”Nickolai sedikit menunduk memberitahu. Untuk sesaat Harger mencoba memikirkan siapa tamu yang ingin bertemu dengannya. Dia tidak mengenal terlalu banyak orang di Italia dan merasa telah memiliki tamu misterius di waktu – waktu siang. Ini memang hari minggu, dan Deu tidak disibukkan pekerjaan, tetapi karena ulah semalam; pria itu harus membawa mobilnya untuk dicuci supaya tidak meninggalkan aroma apa pun. Mobil yang sebenarnya masih sangat baru mengingat kecelakaan waktu itu. Harger takut kalau tamu yang disebut oleh Nikolai adalah tamu suaminya.Dia menatap Nikolai tenang. “Kau tahu dia siapa?” tanya Harger sekadar memastikan.Nikolai menggeleng tetapi bibir pria itu tetap bergerak. “Saya tidak mengenalnya, tetapi beliau menyebutkan nama.”
더 보기
Cemburu
Makan siang berakhir sangat hening. Beberapa kali Anette berusaha melakukan percakapan, tetapi sepertinya gadis itu sadar mengenai aturan makan. Mungkin ayahnya juga menerapkan hal yang sama sehingga buru – buru Anette mengatur sikap sedemikian rupa. Padahal tidak, Harger sendiri sering mengajak sang hakim melakukan percakapan, yang ntah – ntah dia merasa sangat muak untuk banyak bicara saat Anette masih di sini.Suara denting piring terakhir. Nikolai dan Ragiel kompak menyelesaikan makan siang, begitu pula Harger dan sang hakim. Mereka sedang memandangi Anette yang mendadak diam. Tiba – tiba gadis itu mengerjap, lalu mendorong sisa makan siang di atas piring dengan enggan.“Aku sudah kenyang,” ucapnya sedikit diliputi nada manja.“Hanya tinggal dua sendok, sayang sekali.” Harger berkomentar hingga mendapat tatapan tajam dari Anette. “Kau tidak mungkin memaksa orang yang sudah kenyang untuk makan,” jawab gadis itu sewot. Tidak terima diberitahu.“Ya, terserah kalau begitu. Tapi aku h
더 보기
Kesepakatan
Harger menatap pintu perpustakaan seraya menelan ludah kasar. Dia begitu ragu menghadap suaminya setelah makan malam yang berlalu dengan hening. Memang tidak ada percakapan sejak terakhir kali dia membuat pria itu meninggalkan dapur. Harger merasakan sang hakim sedang membangun tembok yang tinggi. Dia tidak tahu apa yang suaminya pikirkan, tetapi rasanya terlalu aneh jika Deu akan mendadak sangat marah. Pria itu mungkin tidak menunjukkan secara langsung. Hanya saja ini tidak seperti biasanya; Deu bahkan tidak sama sekali untuk membujuk, sekali lagi, atau apalah yang paling tidak membuat perasaan Harger kembali tenang.Dia menarik napas dalam dan segera memutuskan untuk memegang ganggang tembaga; membuka pintu hati – hati, lalu sedikit tercekat menemukan suaminya sedang tidur diliputi satu buku tebal tergeletak nyaman di dada pria itu. Harger tahu; Deu membaca dan berakhir ketiduran. Dia merasa tidak ingin membangunkan suaminya. Barangkali akan membawakan selimut tebal setel
더 보기
Baikan
Harger terbangun dengan lengan sang hakim memeluk di permukaan perut ratanya. Wajah pria itu begitu dekat diliputi embusan napas yang tenang. Harger sedikit bergerak; mengamati suaminya yang masih tertidur lelap, sedikit tersenyum, dan mengatur tubuhnya agak menyamping agar lebih leluasa memperhatikan wajah tampan yang sedang memejam.Harger tidak tahu apakah dia bisa memegang kata – kata sang hakim semalam. Dia akan berusaha percaya. Melupakan semua kekesalannya, hanya ingin menunggu pria itu membuka mata. Harger tidak akan membangunkan sang hakim, meskipun dia rasa niatnya terlalu buruk jika membiarkan pria itu terus – terusan tertidur. Hari senin, Deu biasanya akan bekerja; bersiap – siap dengan cepat, tetapi biarkan saja. Kali ini Harger akan mengerjai sang hakim. Dia senang menyaksikan pria itu melakukan segala sesuatu terburu – buru.Perlahan akhirnya Harger mendapati kelopak mata sang hakim bergerak. Ketika iris mata gelap yang sembunyi – sembunyi di bawah bulu y
더 보기
Latihan
“Olden, jangan lari – lari.”Harger mengejar anjing kecil pemberian sang hakim di sepanjang halaman belakang rumah. Matahari sore tidak terlalu menyengat untuk melakukan aktivitas di luar. Dia masih melangkahkan kaki; lebih cepat untuk meraih tali yang mengikuti kepergian Olden ke mana pun di sudat halaman. “Olden!”Anjing kecil terlalu lincah, Harger terguling beberapa kali setelah dia memeluk hewan peliharaan itu. Ekor Olden bergerak – gerak; lincah; menegaskan kalau – kalau Olden sudah beradaptasi sangat baik dengan sang majikan. “Mrs. Keroppi.”Wajah Harger langsung berpaling mendengar suara sang hakim di depan pintu. Masih mengenakan pakaian pagi tadi, dan pria itu berjalan mendekatinya. Harger tersenyum. Membiarkan Olden pergi menyambut sang hakim dengan gonggongan. Deu hanya tertawa lalu bersimpuh mengusap puncak kepala Olden dengan lembut.“Kau senang bermain bersamanya?” tanya sang hakim lambat. Harger menarik napas, melipat tangan di depan dada kemudian menatap pria itu se
더 보기
Laea
Sebelah alis Harger terangkat tinggi saat samar – samar mendengar suaminya sedang bicara dengan bahasa Italia di balik telepon bersama seseorang. Dia tidak begitu mengerti percakapan seperti apa yang tampaknya begitu serius, tetapi sesekali Harger akan mendapati nama Laea di balik pembahasan mereka. Wajah Harger langsung berpaling untuk mengamati bagaimana ekspresi tegang dan frustrasi suaminya. Sang hakim meninggalkan begitu banyak tanda tanya besar, apa yang sedang terjadi? Harger begitu ingin tahu; menunggu sang hakim akan melirik ke arahnya, tetapi pria itu tidak melakukan. Ketika sebentuk tubuh tinggi besar itu mengambil posisi duduk di kursi lainnya, Harger melihat secara terperinci bagaimana sebelah tangan sang hakim berpangku di atas meja, telunjuk dan ibu jari pria itu memijit batang hidung sendiri. Harger semakin bertanya – tanya apakah ada hal yang mengusik suaminya? Sebuah masalah? Apa?Butuh waktu beberapa saat sampai percakapan itu selesai. Harger menarik napas dalam u
더 보기
Perjalanan
Ada penekanan di setiap kata – kata dari suara berat itu. Debaran di dada Harger semakin keras. Dia mengerjap beberapa kali, merasa perlu melakukan sesuatu.“Aku ikut.”Kedua alis sang hakim bertaut setelah mendengar pernyataan Harger yang begitu mengejutkan. Dia sendiri tidak percaya akan keluar pernyataan seperti ini dari bibirnya. Saat sang hakim diam, Harger sudah mengira Deu akan melarangnya.“Kau yakin?”Namun, pria itu justru menanyakan sesuatu yang tidak pernah Harger pikirkan.“Mengapa aku harus tidak yakin?”“Kau tahu dia masa laluku.”“Dan aku yang bersamamu sekarang, saat ini, dan mungkin ke depannya.”Sang hakim tidak langsung menanggapi; hanya sudut bibir yang melekuk sangat tipis. Ujung jari pria itu kemudian segera bergerak. Menyusuri wajah Harger dengan begitu lembut.“Kau masa depanku.” Suara berat sang hakim ringan, menarik Harger masuk ke dalam dekapan hangat dan liat.Harger membalas setiap pelukan sang hakim, menghirup ar
더 보기
Terlambat
“Bagaimana keadaannya?” tanya sang hakim diliputi napas menggebu – gebu. Harger sendiri merasakan hal yang sama. Diam; menyesuaikan keadaan rongga dada setelah udara terasa begitu sempit karena harus berlarian memasuki gedung mentereng di sini.Harger luar biasa terkejut kali pertama melihat sebuah mansion besar, tetapi dia tidak memiliki waktu untuk mengagumi situasi di sekitarnya. Harus mengikuti ke mana langkah sang hakim dan di sini mereka berakhir. Di sebuah kamar dengan seorang wanita sedang terbaring dengan keadaan mata terbuka; tiang infus menjulang dan terhubung di tangan bagian kiri. Wanita itu begitu kurus dengan tulang pipinya begitu terlihat jelas.Samar – samar, saat menatap ke dalam – dalam wajah Laea, Harger merasa seperti pernah mengenal, meski dia tak sanggup meraih sisa ingatan yang begitu jauh digapai. Sesekali Harger melirik sang hakim; berharap pria itu memberitahunya sesuatu. Tetapi pria yang terlihat serius menghadapi dokter tidak sekalipun ingat terhadap keber
더 보기
이전
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status