Semua Bab Asisten Tersayang Detektif Tampan: Bab 81 - Bab 90
99 Bab
81. Belanja Baju Baru
Leina dan Arsen pergi dari rumah pagi-pagi sekali. Arsen sudah meminum kopi, jadi dia tidak mengantuk lagi. Sementara Leina memilih untuk tidur saja dengan bersandar di kaca jendela mobil.Arsen beberapa kali tersenyum saat menoleh ke samping, tempat Leina duduk. Sebelum akhirnya kembali fokus ke jalanan.Berkat pencurian mobil oleh Nathan, dia harus meminjam mobil milik Hans sekarang. Tetapi, itu tidak masalah. Toh, nanti mereka juga akan bertemu di rumah sewaan yang sudah disediakan.Setelah setengah jam perjalanan, Arsen menepikan mobil ke dalam halaman parkir toko pakaian. Berhubung hari masih pagi, toko baru buka, dan belum banyak pengunjung yang datang.Begitu kendaraan berhenti, Leina membuka mata. Dia melihat sekitar, menguap sedikit, lalu bertanya, "Ada apa? Apa kita sudah sampai?""Akhirnya kamu bangun juga putri tidurku yang cantik," kata Arsen sembari melepaskan sabuk pengaman. Dia berkata lagi, "kita belum sampai, ayo kita turun dulu.""Toko pakaian?" Leina heran. Kenapa
Baca selengkapnya
82. Menggoda Kamu
Selama satu jam lamanya, Arsen dan Leina memilih pakaian, dan mencobanya. Kebanyakan, Arsen menggoda Leina dengan memaksanya untuk mencoba baju seksi yang dia sukai.Leina tidak bisa menolak permintaan itu. Alhasil, dia berkali-kalj aksi korban kejahilan Arsen.Kali ini, dia menggunakan dress malam seksi yang melekat di tubuh. Dress berbahan kaos itu cukup ketat, bahkan bagian dadanya sampai ingin membuncah keluar."Sayang, bagus loh." Arsen memuji Leina yang sudah sangat seksi. "Kamu seperti simpanan pejabat.""Apa katamu!" Leina kesal jadi memukuli dada Arsen. Tidak keras, tapi berulang kali. "Enak saja— maksud kamu aku mirip pelacur!“"Tidak, siapa yang bilang?” Arsen lantas tertawa sambil menahan tangan Leina agar berhenti memukulinya. "Kamu cantik banget. Mana ada pelacurhyang secantik kamu? Kecantikan kamu itu berbeda dari wanita manapun.""Halah!“ Leina masih kesal.Arsen kembali tertawa. Dia mencoba merayu wanita itu dengan tiba-tiba mendaratkan ciuman di bibir.Leina terkeju
Baca selengkapnya
83. Kerjasama Baru
Serena berjalan di lorong panjang rumah sakit dengan membawa sekeranjang buah dan buket bunga. Dia melewati beberapa suster dan pasien— sebelum akhirnya berbelok ke arah area VVIP. Dia masuk ke dalam salah satu ruang VVIP tersebut.Di dalam ruang yang mewah tersebut, terlihat ada seorang yang duduk di atas ranjang. Orang itu melihat ke luar jendela— melihat keindahan langit di pagi hari ini."Hai, Tuan Nathan," sapa Serena mendekat ke meja terdekat, lalu menaruh bawaannya di situ. "Tumben sekali tidak ada penjaga?"Nathan.Iya, pria itulah yang sedang duduk di atas ranjang. Dia menerima banyak jahitan akibat tembakan Hans malam itu.Dia terlihat malas menanggapi Serena. Tetapi, tidak ada pilihan lain. Dia menoleh, dan bertanya, "mau apa kamu ke sini?""Menjengukmu, tentu saja.""Oh begitu.""... dan juga aku harus memberikanmu selamat karena gagal menculik Leina."Nathan meliriknya dengan pandangan muak. Dia menyindir balik, "tampaknya rencanamu menculik Leina dengan memanfaatkan adi
Baca selengkapnya
84. Obrolan Ringan
Arsen dan Leina pergi menuju ke hotel terdekat untuk beristirahat. Sebenarnya, tanpa perlu menginap di hotel pun, mereka bisa langsung perjalanan menuju lokasi tujuan, akan tetapi, Arsen sudah tidak bisa menahan hasratnya. Jadi, dia mengajak sang kekasih untuk singgah sejenak.Mereka memutuskan untuk meginap semalam di sana. Arsen mengabari Hans bahwa mereka tidak bisa datang hari itu. Hans pun mengerti tanpa bertanya apapun."Bagaimana?" tanya Leina yang sudah telanjang di bawah balutan selimut ranjang hotel.Sementara itu, Arsen yang sudah bertelanjang dada tampak masih berdiri di depan meja rias. Dia melihat layar ponselnya. "Aku sudah mengabari mereka. Kita akan ke sana besok, Sayang.""Tidak apa 'kan?""Tentu saja tidak masalah. Aku sudah membayar biaya sewa rumahnya, jadi besok kita akan tingga menempatinya.""Ngomong-ngomong, kita akan di sana berapa lama? Kamu belum memberitahuku.""Aku menyewanya sebulan, tapi nanti kita lihat situasi saja." Arsen menaruh ponselnya di atas m
Baca selengkapnya
85. Kecelakaan Arsen
Keesokan harinya ...Arsen dan Leina pergi dari hotel, dan langsung menuju ke rumah sewaan yang berada dekat dengan rumah Ritta. Seharusnya— semua baik-baik saja, tidak ada yang tahu lokasinya.Namun, Arsen sudah menyiapkan banyak hal jika memang nanti ada yang mengikuti. Dia sudah curiga kalau Serena akan ikut campur. Karena hal tersebutlah, dia terpaksa banyak berputar di beberapa jalan untuk menghindari kejaran.Hingga mobil mereka melaju di jalanan sepi, tidak ada bangunan, hanya pepohonan yang tumbuh disisi kiri dan kanan jalan. Ini adalah jalanan yang cukup asing bagi Leina.Wanita itu heran, kenapa di sepanjang jalan tidak ada bangunan. Selain itu jalanan ini tidak terlihat ujungnya.Dia bertanya, "kita ke mana? Kok kita tadi belok ke tempat ini? Kita tidak sampai-sampai, ya?""Tenang saja, Sayang. Tadi aku merasa ada yang mengikuti kita, jadi lebih baik kita menghindar dulu.""Ada yang mengikuti kita?""Iya, aku pikir."Leina melihat ke kaca spion, tapi dia tidak melihat ada
Baca selengkapnya
86. Tak Sadarkan Diri
"Bagaimana keadaannya?" Ritta bertanya saat datang lagi dengan membawa baskom berisi air kompresan baru.Dia kemudian duduk di tepian ranjang. Pandangan matanya masih fokus ke Leina yang terbaring di ata ranjang tersebut.Hans yang berdiri di sebelah tampak cemas. Dia menjelaskan, "barusan dokter bilang dia tidak apa, cuma syok, tapi demamnya belum turun. Kita hanya perlu mengompresnya.""Sudah setengah hari berlalu sejak Arsen menghilang— apa tidak ada kabar?“"Mengenai itu, aku tidak mendapat kabar sama sekali. Aku sendiri juga cemas. Aneh ...”"Aneh? Aneh apa?“"Mobilnya sudah ditemukan tapi tidak ada tanda-tanda Arsen ditemukan, mayatnya juga tidak ada. Lagian, dia tidak mungkin mati hanya karena ini— dia ahli berenang. Kalau cuma tenggelam saja, dia mudah meloloskan diri.”Ritta terdiam sejenak. Dia merendam handuk kecil ke air kompresan, lalu memerasnya, dan menaruh ke kening Leina.Dia juga memikirkan hal yang sama dengan Hans. Ada yang mencurigakan dan aneh.Dia bertanya, “apa
Baca selengkapnya
87. Arsen Berubah Jahat (a)
Arsen membuka matanya perlahan-lahan, dan menyadari kalau berada di tempat asing. Dia mengalami cedera kepala parah, tapi dia tampak tidak merasakan apapun. Bahkan, raut wajahnya terlihat datar seolah sedang memahami apa yang terjadi.Dia duduk, dan hendak turun dari ranjang, tetapi dia tersadar kalau kakinya dirantai di ranjang.Apa yang terjadi? Di mana ini? Kenapa bisa seperti ini?Dia tidak mengerti apapun. Dia kemudian melihat dadanya, lalu meraba lengannya yang juga diperban. Banyak sekali perban yang menutupinya. Namun, tetap saja dia memasang wajah datar.Pandangannya kemudian beralih ke arah sekitar kamar sempit ini. Terlihat ada satu jendela yang terbuka, tapi terpasang teralis besi, jadi siapapun takkan bisa keluar ataupun masuk ke dalam. Suasana di luar tampak cerah berawan— hari sudah siang.Jam berapa sekarang? Hari apa ini? Tanggal berapa?Dia tidak tahu. Tetapi, di pikirannya— terus memberikan perintah yang ckup jelas. Apa pekerjaannya kali ini?Mustahil dia dibiarkan
Baca selengkapnya
88. Arsen Berubah Jahat (b)
Leina akhirnya bangun.Dia langsung menyebut nama Arsen, tapi saat matanya melihat sekitar— pria itu tidak ada di manapun.Tubuhnya lemas. Untuk beberapa detik pertama, dia agak linglung. Demam membuatnya dia tak bisa berpikir jernih untuk sesaat.Tetapi, setelah seluruh ingatannya terkumpul. Dia tersadar apa yang terjadi sebelum ini."Arsen!" Dia kemudian bangun, tapi langsung merasakan sakit di kepala. Dia merintih kesakitan. "Aduh ..."Mendengar suaranya, Ritta segera masuk ke dalam ruangan itu dengan cepat. Dia tampak lega saat melihat Leina sudah siuman."Akhirnya kamu bangun juga," katanya kemudian."Ritta?" Leina masih memijat kening. Dia melihat sekitar, baru sadar kalau ini tempat asing, kamar tidur orang lain. Jadi, dia ada di rumah Ritta?Dia agak tidak ingat bagaimana dia pingsan. Hanya saja, dia ingat kalau sedang panik mencari Arsen yang tenggelam. Lalu, tahu-tahu dia sudah terbaring di ranjang ini."Apa yang terjadi? Di mana Arsen ..." Dia bertanya dengan mimik wajah ya
Baca selengkapnya
89. Arsen Berubah Jahat (c)
Hans terus berlari ke gang-gang sempit di bangunan terbengkalai. Entah sudah berapa lama dia berlari, tapi rasanya dia masih diikuti. Entah berapa orang yang mengikutinya, dia tidak tahu. Namun, tembakan demi tembakan terus diarahkan kepadanya.Kalau saja, dia bukan orang yang terlatih, mungkin dia sudah mati sejak awal. Dia benar-benar hati-hati sekarang.Hari sudah sore, langit pun mendung sehingga pencahayaan di daerah ini menipis. Belum lagi, di daerah ini juga sangat sunyi, sepi, tidak ada orang satu pun.Persembunyian Tino berada di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk. Beruntung, di sini banyak sekali bangunan terbengkalai, jadi dia bisa menjadikannya tameng untuk bersembunyi dari kejaran anak buah Tino."Brengsek." Hans melihat lengan kemeja hitamnya yang sudah robek akibat tergores oleh peluru. Dia sangat beruntung bisa menghindari peluru terakhir.Tetapi, dia sudah sangat lelah. Sudah berjam-jam, dia masih terjebak di wilayah itu. Dia tidak bisa asal keluar dari gang ba
Baca selengkapnya
90. Bunuh Leina (a)
Leina dan Ritta bekerja sama untuk melarikan diri dari hadangan Serena. Sesuai arahan Ritta, Leina mengalihkan perhatian Serena dengan menyerangnya tiba-tiba.Serena sempat kaget, belum sempat mengambil pistol sudah diserang Leina. "Kurang ajar! Sejak kapan ku berani begini hah!"Leina melawan dengan berusaha merebut pistol Serena yang disimpan di sabuk pahanya. Akan tetapi, dia kurang pengalaman dalam hal tersebut, dia mendorongnya sehingga bisa mengambil pistolnya sendiri."Serena! Kenapa kamu jadi seperti ini" Leina menyentuh dadanya yang sakit. Dorongan barusan sangat kasar.Serena menodongkan pistol ke kepala Leina. "Aku membencimu, Gadis brengsek!" Tanpa mengatakan apapun lagi, dia menarik pelatuk—Akan tetapi, Ritta lebih dahulu menghamtam kepalanya dengan vas yang diambilnya dari meja. Dia beruntung karena Serena terlalu fokus dan nafsu untuk membunuh Leina sampai mengabaikannya sejenak."AH!" Serena menjerit kesakitan, tapi tarikan pelatuknya sudah gak bisa dihentikan. Untung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status