All Chapters of Bukan Perawan: Chapter 91 - Chapter 100
117 Chapters
Menerima
“Cintaaaa … ini Bara nangis, kamu susui dulu.” Mami masuk ke dalam kamar Cinta yang sedang tidur siang bersama Kiana.“Aduh Miiii, ‘kan ada susu formula … pake susu formula aja … Cinta ngantuk, nanti malem harus begadang.”Cinta malah balas merengek.“Cinta … susu formula itu dikasih sama Bara kalau ASI kamu lagi enggak ada aja, perjanjiannya Bara minum susu formula karena nyusunya kalau anak laki-laki ‘kan memang banyak, bukan karena kamu males menyusui.” Mami mengomel membuat pening kepala Cinta.“Miiii … Ssttt … Ssttt … berisik Mi, Kiana lagi bobo.” Cinta menempelkan telunjuknya di bibir dengan mata masih terpejam seakan rugi bila membuka mata karena mungkin nanti ngantuknya bisa hilang.“Kamu itu ya, bikin anak aja terus … tapi ngurus enggak mau.” Mami masih ngomel seiring langkahnya keluar kamar membawa Bara yang tengah menangis karena lapar.“Nan … buatkan susu formula untuk Bara lalu bawa ke bawah,” titah Mami yang mendapat anggukan dari Nanny.Secepat kilat Nanny pergi ke kama
Read more
Menjadi Istri Yang Baik
Davian menarik langkah menjauh dari ruang televisi, meniti anak tangga untuk tiba di kamar.Sesampainya di kamar, kegelapan menyambutnya.Samar dia melihat Cinta dan Kiana berbaring di atas ranjang.“Sayang, udah lewat maghrib lho … masa belum bangun?” Davian berujar lembut saat Cinta menggeliat karena terusik lampu kamar yang dinyalakan Davian membuat ruangan itu terang benderang.“Kan aku nanti malem begadang, Mas.” Cinta menyahut dengan suara parau.“Pappiii … Papapiiii.” Kiana yang ikut bangun langsung mendudukan tubuhnya sembari memanggil sang papi.“Waaah, Kakak udah bisa manggil Papi?” Cinta begitu takjub.“Coba panggil, Buundaaa … Bun … daaaa.” Cinta menuntun, ingin juga disebut oleh Kiana.Tapi Kiana hanya bisa menggerakan bibirnya tanpa suara.“Yaaaah, kamu pilih kasih …,” kata Cinta sembari menjawil hidung Kiana lalu turun dari tempat tidur.“Mas, panggil Nanny-nya Kiana ya … suruh mandiin sama kasih makan Kiana… aku mau mandi dulu,” titah Cinta kepada suaminya seraya melen
Read more
Dimarahin Mertua
“Loh Nan, anak-anak kenapa nangis?” Bunda yang baru saja datang langsung menuju lantai dua karena mendengar suara tangis cucu-cucunya.“Ini Bu, tadi Bara bangun karena popoknya penuh … terus nangis karena mungkin masih ngantuk, Kiana jadi kebangun karena berisik mendengar suara tangis Bara, Kiana yang masih ngantuk juga jadi ikutan nangis,” tutur Nanny-nya Bara karena Nanny-nya Kiana sedang membuat susu formula.“Cinta mana?” Bunda bertanya, beliau menggendong Kiana yang menangis dari atas ranjangnya.Nanny-nya Kiana langsung memberikan botol susu kepada Kiana juga Bara yang digendong oleh Nanny-nya begitu dua botol susu formula itu selesai dia buat.“Ibu di kamar,” jawab Nanny-nya Bara.“Lagi ngapain?” Bunda bertanya lagi.Nanny Bara melirik kepada Nanny Kiana, keduanya lantas menggelengkan kepala setelah mengalihkan tatap pada bunda.“Kamu panggil donk, siapa tahu enggak denger.” Bunda jadi gemas.“Enggak berani, Bu … takut ganggu.” Nanny Kiana yang berani bicara seperti itu.“Masa
Read more
Godaan Nanny
“Baik Pak, Baik … saya akan coba koordinasi dengan tim ….” Jingga mengangkat tangan lalu mengayunkannya.Gesture tubuh Jingga mengusir Nanny yang sedang menggendong putri mereka yang tengah menangis tertangkap jelas oleh indra penglihatan Biru ketika dia baru saja masuk ke dalam kamar.Biru menatap Jingga tidak suka, sang istri hanya menatapnya sebentar lantas pergi ke balkon melanjutkan percakapan dengan bosnya yang sekilas Biru tangkap dari cara bicara Jingga.“Buat susu formula ya, Nan … sini, Zia saya gendong.” “Iya, Pak ….” Nanny-nya Zia memberikan Zia yang masih menangis kencang kepada Biru.“Sayang … sayang Papi … laper ya sayang?” Biru menggerakan tubuhnya berharap Zia berhenti menangis karena perhatiannya teralihkan oleh guncangan tubuh sang papi.Namun hingga Nanny kembali membawa botol susu, tangis Zia barulah berhenti.Mulut Zia mengisap kencang dot dari botol susu dengan mata terpejam.Jejak buliran kristal di bawa mata tampak mengalir ke sisi wajah.Biru menatap iba pa
Read more
Bersyukur
Cinta memutuskan melanjutkan kuliah tahun ini agar bisa terbebas dari tugasnya mengasuh Kiana dan Bara.Seharian ini Cinta dibantu orang suruhan papi menyelesaikan administrasi di kampus.Dia duduk di samping pria yang usianya hanya terpaut lima tahun di atas Biru.Cinta memanggilnya dengan sebutan om Ridho.“Om … lama banget ya.” Cinta menghentakan kakinya merengek.“Sabar sebentar … walau papi kamu Jendral … kita enggak bisa seenaknya,” ujar om Ridho yang sebenarnya dia juga lelah menjadi Baby sitter Cinta hari ini.“Huuufffttt.” Cinta menyandarkan punggung, kepalanya menengadah dengan mata terpejam.“Cinta beli kopi dulu ya, Om mau enggak?” Cinta yang bokongnya sudah panas setelah berjam-jam duduk di sana pun bangkit dari kursi.“Mau donk,” kata om Ridho menyahut.Cinta pergi dan tidak lama kembali membawa dua cup berisi kopi di tangan.“Udah beres Om?” Cinta bertanya sembari memberikan satu cup kopi.“Belum, Cintaaa … tuuuh, orang-orang di sini juga masih pada nunggu … sama kaya k
Read more
Puber
“Eeeh … ketemu lagi.” Suara berat yang familier di telinga Cinta itu membuat Cinta mengangkat pandangan dari buku yang sedang dia baca. “Raja? Kamu di kelas ini juga?” Mata Cinta membulat, senyumnya lebar sekali. Raja menganggukan kembali, membalas senyum Cinta dengan senyum bahagia yang sama sembari menyimpan tas di atas meja. “Udah ada teman belum?” Raja berbisik. “Belum, biarin aja lah … lagian cuma empat semester.” Raja mengangguk setuju. Tidak lama dosen datang dan seisi kelas langsung hening tenggelam dalam materi yang sedang dibahas. Tanpa terasa tiga SKS mereka lalui, ada jeda dua jam hingga mata kuliah selanjutnya dimulai. “Mau ke mana sekarang?” Raja bertanya seraya memasukan MacBook ke dalam tas. “Makan dulu lah, laper.” Cinta mengerutkan wajah. Dia memang lapar sekali karena tidak sempat sarapan, tadi pagi buru-buru pergi ke kampus setelah menyusui Bara. “Ayo, kita makan.” Raja bangkit dari kursi. Mereka berdua langsung jadi bestie karena tidak ada lagi teman se
Read more
Nanny Genit
Author Note :Teman-teman mohon maaf, ada kesalahan publish di Chapter sebelum ini.Seharusnya Chapter yang kemarin di publish itu untuk novel Istri Rahasia.Sudah Author edit menjadi Chapter yang seharusnya tapi karena GN platform asing jadi harus seribet ini menunggu persetujuan editornya yang baru masuk kerja di hari Senin besok.Mungkin temen-temen bisa buka lagi Chapter sebelum ini di hari Senin semoga sudah disetujui editor dan yang sudah buka bab tidak perlu membayar lagi ya.Untuk visual tokoh bisa follow ig erna_azura.Novel ini juga sudah tamat di aplikasi KaryaKarsa jadi buat temen-temen yang penasaran bisa langsung ke sana.Sekali lagi Author memohon maaf dan Terimakasih atas pengertiannya.*** Jingga : Aku pulang malem.Biru mengembuskan napas panjang membaca pesan dari istrinya.Sudah seminggu istrinya pulang malam sekali.Biru : Kabari kalau udah mau pulang, nanti aku jemput.Jingga : Aku dijemput driver mami, kamu jaga anak-anak aja.Biru : Oke sayang, Love You.Jingg
Read more
Rencana Liburan
Author Note : Teman-teman sudah bisa membuka Chapter yang salah di hari Sabtu kemarin ya dan sekarang judul Chapternya sudah diganti menjadi Puber, Terimakasih.*** “Cinta … Mas enggak ijinin kamu pergi, jadi kamu enggak boleh pergi!” Davian berseru.Dia berdiri di belakang Cinta dengan kedua tangan disimpan di pinggang sementara Cinta memasukan pakaiannya ke koper.“Mas … ngerti donk, ini masanya aku senang-senang … aku cuma nginep semalam doank di Puncak, besok juga pulang.” Cinta memelaskan wajahnya namun dengan sedikit penekanan pada nada suara.“Acara itu enggak penting sayang, kamu tega ninggalin anak-anak di rumah? Gimana kalau Bara mau nyusu?” Davian masih terus mempengaruhi istrinya agar mengurungkan niat pergi ke Puncak bersama teman-teman kampusnya hari ini.“Mas ….” Cinta yang sudah selesai memasukan pakaiannya ke dalam tas lantas membalikan badan.Dia mendongak menatap suaminya yang berdiri menjulang.Mata Cinta melotot karena kesal, akhir-akhir ini Davian selain serin
Read more
Ultimatum
Sebenarnya Lala cukup berdiri di ambang pintu tapi dia malah duduk di tepi bathub, menyilangkan kaki di samping Biru yang berjongkong sedang memandikan Javas.Bertingkah seperti maminya Javas—Lala ikut memandikan Javas, mengguyur tubuh Javas dengan air yang dia siuk menggunakan tangan.Ada tawa renyah yang Lala buat semenggemaskan mungkin demi menarik perhatian Biru. Tangan Javas mengibas-ngibaskan air ke arah Lala karena merasa sedang diajak main.Alhasil, kaos Lala jadi basah di bagian dada.Biru bisa melihat lagi gundukan besar di dada Lala beserta branya yang berwarna hitam.“Yaaaa, basah.” Lala berujar dengan nada manja, bermaksud pura-pura menegur Javas.Javas menyengir menunjukkan deretan giginya yang jarang.Biru yang sudah memalingkan wajahnya, segera menyelesaikan memandikan Javas.“Eh … Ibu,” gumam Lala saat dia hendak mengambil handuk.Sontak Biru memutar badannya dan benar saja, sang istri tercinta tengah melipat tangan di dada menatap bengis kepadanya dan Lala secara be
Read more
Pencarian
Biru menoleh menatap Lala dan punggung istrinya yang menjauh secara bergantian.Dia memberikan Javas kepada Lala untuk bisa memudahkannya mengejar Jingga.Biru khawatir akan sulit mencari Jingga dan membawa Jingga pulang setelah istrinya itu keluar dari rumah.“Oke sayang, aku akan pecat Lala tapi please, jangan pergi.” Biru memohon, tanpa alas kaki dia mengejar Jingga hingga mobilnya.Jingga yang sudah masuk ke dalam mobil masih tersulut emosi, dia menyalakan mesin lalu membuka kaca jendela.“Pecat dulu dia lalu aku akan pulang,” kata Jingga dengan jelas dan lantang.“Sayang!” Biru berseru namun mobil Jingga tetap melaju dengan kecepatan tinggi keluar dari halaman rumah.Biru kembali ke dalam rumah, dia melihat Lala sedang menangis sembari menggendong Javas.Nanny-nya Zia seperti sedang memarahi Lala, tadi Nanny-nya Zia mendengar pertengkaran majikannya saat baru saja selesai menjemur Zia dan hendak masuk ke dalam rumah.“Saya titip anak-anak, saya mau cari istri saya dulu ….” Biru
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status