Semua Bab Bukan Perawan: Bab 71 - Bab 80
117 Bab
Javas Aksara Dewangga
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Jingga meringis merasakan gejolak di dalam perutnya.“Sakit?” Biru bertanya, mendapat anggukan kepala dari Jingga.Biru menekan tombol untuk memanggil perawat dan sepertinya kepanikan Biru bisa mereka rasakan melalui penekanan berulang pada tombol yang tersambung ke pos perawat itu—dua orang perawat datang sambil berlari.“Saya cek dulu pembukaannya ya.” Salah satu perawat senior meminta ijin.“Ssssh ….” Jingga meringis, kali ini dia merasa ngilu di bagian intinya.“Oh iya, udah nambah pembukaannya … ayo kita ke ruang bersalin.” Instruksi perawat itu untuk semua orang di sana termasuk perawat lain yang tadi bersamanya agar melakukan prosedur sebelum persalinan.Mereka bersiap untuk mengantar Jingga ke ruang bersalin.“Tolong diputuskan siapa yang mau menemani pasien di dalam karena hanya boleh satu orang saja,” kata perawat senior ketika mereka berada di lorong dalam perjalanan menuju ruang bersalin.“Saya yang akan menemani istri saya d
Baca selengkapnya
Treatment
“Ya ampun lucu banget … mirip banget sama abang Biru ini mah.” Cinta menatap layar ponselnya yang tersambung dalam panggilan video dengan Biru.Biru sedang memamerkan putranya yang baru saja lahir.“Iya … Jingganya cinta banget sama Biru jadi anaknya mirip Biru.” Itu suara mama Irma yang ada di sana juga.Cinta tergelak, matanya melirik Davian yang duduk di sampingnya sedang mematuti layar ponsel tanpa ekspresi.Davian dan Cinta sedang berada di kamar, sudah akan tidur tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi menunjukkan nama Biru pada layar.“Kak Jingga, ASI-nya banyak enggak? Sebelum melahirkan katanya harus breast massage gitu ya biar ASI-nya banyak?”Sebagai calon ibu yang sebentar lagi akan melahirkan, Cinta harus banyak bertanya kepada kakak iparnya yang sudah memiliki pengalaman.“Aku enggak, enggak ada waktu … tapi kata dokter cukup di-treatment sama papinya aja ….” Jingga menoleh menatap suaminya sambil tertawa.“Ampuh kok cuma di-treatment sama Biru doank, buktinya banjir ini ASI a
Baca selengkapnya
Banyak Rasa
Biru tidak pernah mengambil jadwal praktek hingga malam jadi sore hari dia bisa berada di rumah berkumpul bersama keluarga kecilnya.Saat tiba di rumah tadi, Jingga sedang tertidur dan Biru tidak membangunkannya meski hari hampir malam karena kasihan, tengah malam nanti istrinya harus bangun menyusui.Biru bergegas mandi dan mengganti pakaian dengan pakaian rumahan agar bisa dia bermain dengan abang Javas.Bayi yang usianya belum genap satu bulan itu masih ringkih dan rapuh.Biru kadang tidak tega menggendongnya tapi dia ingin.Javas anteng berada dalam gendongan papinya yang berjalan mondar mandir di dalam kamar.Bayi mungil itu tampak tertidur pulas dengan napasnya yang teratur tapi ketika Biru simpan di atas ranjang, Javas akan bergerak gelisah.Tok … Tok … Terdengar suara ketukan di pintu.“Masuk,” kata Biru, tidak bisa membuka pintu karena kedua tangannya menggendong Javas.“Tolong bangunin Jingga, udah mau maghrib … pamali,” kata mama yang melongokan kepalanya pada celah pint
Baca selengkapnya
Kelahiran
“Davian ….” Cinta mengguncang tubuh Davian yang terlelap memunggunginya.Dia terbangun tiba-tiba karena merasakan mulas yang luar biasa di bagian perut. Sesuatu yang dingin terasa dari bokong hingga kaki, Cinta menegakan punggung dan melihat kasur telah basah.“Daviaaaan.” Cinta mengguncang tubuh Davian lagi yang belum juga bergerak.Entah jam berapa Davian pulang setelah melakukan syuting salah satu program televisi yang menayangkan tentang kinerja polisi yang sedang patroli di malam hari.Pria itu bergerak membalikan badan, matanya masih terpejam.“Sayang … tidur lagi sayang,” gumamnya hendak memeluk tubuh Cinta.“Davian … bangun, ketuban aku pecah.” Cinta berlinang air mata padahal dia belum merasakan apa-apa hanya kekhawatiran yang besar mulai terbesit dibenaknya.Davian membuka mata perlahan karena samar mendengar suara isak tangis Cinta.“Sayang!” Davian terlonjak langsung mendudukan tubuhnya.“Kamu kenapa?” Pria itu membuka mata lebar-lebar menyibak selimut dan mendapati kasu
Baca selengkapnya
Lega
“Pak … kondisi putrinya sangat lemah dan rentan jadi harus dimasukan ke NICU.” Davian menahan saliva, menatap kosong pada sang perawat yang melanjutkan informasi juga apa-apa yang harus Davian lakukan tapi Davian tidak bisa mendengar apapun, telinganya berdengung.“Pak!” Perawat itu akhirnya berseru menyadarkan Davian.“Istri saya? Mana istri saya?” “Istri Bapak sedang mendapat penanganan khusus, bila dalam tiga jam tidak siuman maka harus dimasukan ke ICU … lebih baik sekarang Bapak pergi ke bagian administrasi.” Davian harus melakukan banyak urusan administrasi agar putrinya bisa segera dimasukan ke dalam NICU dan mencari ketersediaan kamar rawat inap atau ICU untuk Cinta.Kaki Davian yang mulai terasa lemas terpaksa harus melangkah menuju bagian administrasi.Hatinya mencelos membayangkan dua perempuan yang dia sayang setelah bunda harus mendapat penanganan khusus di ruang rawat NICU dan ICU.Davian tidak mampu lagi melangkah, dia jatuhkan tubuhnya di sebuah kursi di lorong itu.
Baca selengkapnya
Merobohkan Benteng
Keadaan rumah dinas Davian sekarang terasa ramai karena kedatangan kakek dan neneknya Kiana.Sang primadona sedang dikerubungi oleh para kakek dan nenek yang tampak bahagia menyambut kehadirannya ke dunia.Bagi papi dan mami, Kiana adalah cucu kedua sedangkan bagi ayah dan bunda—Kiana merupakan cucu pertama yang pasti akan mereka sangat sayangi dan manjakan.Cinta keluar dari dalam kamar setelah mandi dibantu oleh Davian.Semenjak pagi, Cinta sibuk sekali mengurus Kiana dari mulai menjemur, memandikan hingga menyusui.Semua itu Cinta pelajari dari bidan yang sengaja Davian panggil ke rumah untuk mengajari Cinta bagaimana merawat bayi baru lahir.Jadi meski terkantuk-kantuk karena malamnya begadang, Cinta harus tetap fokus menerima ilmu baru agar bisa merawat Kiana dengan baik.“Gimana keadaannya sekarang?” Ayah yang pertama kali bertanya, beliau perhatian sekali kepada Cinta yang telah memberikan penerus untuknya.“Ngantuk, Yah.” Cinta menjawab jujur menghasilkan tawa dari yang lain.
Baca selengkapnya
Suami Penyayang
Masa cuti Jingga sudah lama sekali berakhir, tapi dia masih saja merasakan berat hati setiap pagi karena harus meninggalkan Javas untuk bekerja dan berjuang sampai titik darah penghabisan setiap bulannya agar memenuhi target Regional bersama kepala tim marketing kartu kredit yang lain.Jingga yang pergi ke kantor pagi ini di antar sang suami tercinta tampak lesu.Beruntung bagi Jingga memiliki suami penyayang dan juga pengertian.Biru tidak melarang Jingga bekerja meski sebenarnya dia mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangga dan keinginan Jingga.Pria itu terlalu sayang kepada istrinya sampai menurunkan ego agar mereka tidak perlu bertengkar hanya untuk urusan waktu.Tidak peduli Jingga akan menghabiskan tiga perempat harinya untuk urusan pekerjaan dari pada urusan keluarga yang penting Jingga senang karena sesungguhnya Biru percaya kalau Jingga mendahulukan apa yang terpenting.Biru sudah melihat bukti, meski Jingga seorang ibu bekerja tapi bisa memiliki waktu berkualitas dengan J
Baca selengkapnya
Ibu Bekerja
Biru melepas sarung tangan, nurse cap, baju terusan operasi, apron medis lalu baju seragam dan terakhir scrub suits.Semua perlengkapan operasi ini menjamin dirinya berada dalam kondisi steril selama melakukan tindakan operasi tapi juga menghindarkan pasien dari berbagai zat kimia, partikel kotor, hingga radiasi berbahaya.Setelah itu Biru memakai pakaian bersih yang dia bawa dari rumah.Dia keluar dari toilet khusus para dokter di ruang istirahat yang kali ini sepi sekali, hanya dirinya di sana.Membuka loker untuk mengambil tasnya yang berisi dompet dan ponsel lalu keluar dari ruangan itu.Sesuai janji kepada sang istri, dia akan langsung pulang untuk menemani Javas karena mami Jingga sudah bisa dipastikan akan pulang malam.Risiko bekerja di Bank memang seperti itu dan Biru memakluminya.Banyak perawat dan petugas medis lain juga karyawan mengangguk hormat menyapanya yang akan dibalas Biru dengan anggukan tanpa senyum kecuali dokter senior atau dokter pria karena sesungguhnya Biru
Baca selengkapnya
Baby Blues
“Sayang … udah donk, jangan nangis … nangis Kiana jadi makin kenceng tuh, cup … cup … cup … sini peluk aku.” Davian gelisah sendiri, memeluk Cinta dengan pandangan tertuju pada box bayi Kiana di mana sang putri tengah menangis.“Berisik, suruh dia berhenti nangis … aku pusing, Mas.” Cinta menangis dalam pelukan suaminya.Tidak mengira kalau ternyata kelahiran Kiana malah membuatnya stress.Awalnya tidak begitu tapi lama-lama Cinta mengalami syndrom baby blues.“Kalau gitu kamu berhenti nangis ya, aku gendong Kiana dulu.” Cinta menganggukan kepala dan baru lah Davian mengurai pelukan untuk beralih menggendong Kiana yang menangis kejer di box bayi.“Sayang … ulu ulu sayang Papi.” Tangis Kiana kian kencang saja sampai menendang-nendang kakinya, Davian membawanya keluar kamar dan tidak lama kemudian suara tangis Kiana tidak terdengar lagi.Sekarang Cinta baru bisa benar-benar berhenti menangis.Dia melirik ke luar jendela yang ditutup tirai putih transparan setelah menyadari ada sosok s
Baca selengkapnya
Candu
“Kamu yang pegang hape, aku gendong Kiana.” Davian memberi instruksi dan Cinta menurut lagi.Mereka berdiri di depan cermin, Cinta mengarahkan kamera belakang ponsel dan mulai menangkap beberapa pose dengan aba-aba hitungan satu sampai tiga. Cinta menekan beberapa beberapa kali tombol capture dengan berbagai pose dan ketika Davian merasa cukup, dia malah mengecup pipi Cinta lalu mengecup sudut bibirnya sementara Kiana melongo menatap cermin.“Sayangnya aku … sayang aku,” kata Davian setiap kali mencium Cinta.Cinta hanya tersenyum, dia tersipu tanpa memberikan penolakan.Kalau sudah seperti itu, Cinta jadi tampak menggemaskan di mata Davian.“Udah yuk, kita telat nih ketemu dokter.” Cinta memutar badan karena Davian terus menggodanya dengan memberikan tatapan misterius dan seringai melalui cermin di depan mereka.*** “Mas, kamu belum makan.” Cinta mengatakannya tanpa berani menatap Davian yang tengah berjalan mendekat dengan hanya melilitkan handuk di pinggang.Pria itu begitu meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status