All Chapters of Bukan Perawan: Chapter 81 - Chapter 90
117 Chapters
Pesta
“Batik dari mana itu?” Kepala Cinta meneleng memindai motif batik yang menurutnya asing dan seingatnya Davian tidak pernah membeli batik dengan motif itu.“Ini lho … batik yang dikasih mama Irma oleh-oleh dari Kalimantan … ‘kan kamu juga dapet songketnya.” Davian yang tengah menautkan bulir kancing di dada, menjawab dengan santai.“Oooh iya,” kata Cinta bergumam, dia baru ingat.“Bagus enggak? Kalau enggak bagus, aku ganti … aku bawa dua hem batik lagi.” Davian meminta pendapat.Saat ini mereka sedang berada di Jakarta, tepatnya menginap di rumah ayahnya Davian.Kedatangan mereka ke Jakarta adalah untuk menghadiri pernikahan sepupunya Cinta yang bernama Baruna yang mempersunting anak dari klien bisnis ayahnya.“Bagus kok.” Cinta menjawab seadanya.“Aku pake ini biar mama Irma seneng, pemberiannya aku pakai… soalnya nanti kita ketemu beliau di sana.” Davian memberikan alasan blunder.“Oooh, jadi masih ingin menjaga hati mantan calon ibu mertua.” Cinta yang tengah mengaplikasikan wajah
Read more
Batik Seragaman
Meja yang diperuntukan para orang tua itu sudah penuh, mata Cinta mengedar dan refleks Jingga mengangkat tangan memanggil Cinta.Cinta menangkap sinyal dari Jingga, bibirnya tersenyum dengan binar penuh rindu karena semenjak menginjak Jakarta dia belum bertemu Jingga, Biru dan keponakannya yang bernama Javas.Jadi tanpa menunggu lagi, Cinta langsung menarik tangan Davian—mengajak Davian menghampiri Jingga dan Biru yang belum sempat dia ucapkan.Hanya tarikan tangan Cinta saja meminta Davian agar mengikuti tanpa tahu Cinta mengajaknya ke mana.“Itu Cinta … sama Davian,” celetuk Jingga sembari mengendik membuat Biru refleks menoleh ke arah pandang Jingga.“Anjiiiiiir.” Mata Biru seolah berkata demikian melihat motif batik yang dikenakan Davian sama dengan batik yang sedang dikenakannya sekarang.Dia mengembalikan tatap pada istrinya yang tengah mengulum senyum.“Katanya benci, kok bisa sehati?” Jingga meledek.“Ini aku pake batik dari mama Irma biar beliau seneng, kamu liat ‘kan tadi …
Read more
Melanjutkan Kuliah
Sengaja Biru membawa keluarga kecilnya jalan-jalan ke Anyer.Dia menyewa dua unit cottage di sebuah resort mewah yang lengkap dengan fasilitas watersport-nya.Alasan dia menyewa dua cottage yang letaknya bersebelahan adalah karena Biru membawa asisten rumah tangga dan Nanny-nya Javas ikut serta dalam liburan kali ini.Apalagi kalau bukan agar dia dan Jingga bisa menghabiskan banyak waktu tanpa gangguan Javas tapi sang putra tetap masih berada dalam jangkauannya.Begitu sampai di Cottage, Biru tidak membiarkan Jingga menikmati keindahan resort barang sebentar saja karena dia langsung memberi instruksi kepada sang Nanny agar menjaga Javas sebentar.Biru beralasan kalau dia dan Jingga akan melakukan massage di tempat spa.Jingga sempat tertawa mendengar alasan Biru tersebut.Namun tawanya sekarang berubah menjadi desahan setengah merintih penuh nikmat saat Biru menghujamnya dari belakang.Pria itu berdiri di sisi ranjang sementara Jingga menungging dengan lutut menumpu pada ranjang.Tang
Read more
Tidak Mau Kalah
“Terus kapan kamu mau lanjutin kuliah? Beranak terus.” Sumpah ya, Biru kesal sekali waktu tahu Davian berhasil menghamili Cinta lagi.“Abis lahiran Cinta mau lanjutin kuliah kok, lagian gimana donk… mas Davinya ngelarang Cinta pake KB… katanya mending sekarang banyakin anak dulu biar sekalian capeknya.”“Halaaaah, kamu mana ada capek-capeknya… kerjaan rumah dikerjain Encum, Kiana sama Nanny.” “Yeeee, si Abang sensi banget… kenapa sih?” Cinta mengerucutkan bibirnya kesal.“Kamu janji ya, udah ini….” Biru menunjuk perut Cinta menggunakan jarinya.“Udah dulu,” sambung Biru dengan sorot mata tajam.“Kalau mas Davi ingin satu lagi gimana?”“Wajib kamu tolak!” Biru berseru memaksa.“Iiiih … Abaaaang.” Cinta merengek, mendorong telunjuk Biru yang nyaris menyentuh hidungnya.“Sayaaaaang,” panggil Davian dari ruang tamu.“Eh, suami Cinta pulang.” Cinta bergegas bangkit dari sofa, senyumnya sumringah dan matanya berbinar.Dari sana Biru tahu kalau Cinta sudah kalah dengan bencinya kepada Davi
Read more
Anak Kedua
Kehamilan Jingga yang kedua ini sungguh merepotkan.Jingga jadi sering ambil ijin potong cuti karena morning sick yang tidak bisa diajak kompromi sampai terkadang Jingga pingsan karena lelah muntah-muntah.Otomatis Biru jadi sering terlambat datang ke tempat praktik.Tapi mau bagaimana lagi, Biru harus menemani Jingga di saat-saat kondisi terburuknya terlebih anak kedua ini adalah keinginannya.Bayangkan saja, bagaimana kesalnya Jingga yang sering mendapat teguran sang atasan.Sekalinya Jingga memaksakan pergi ke kantor, satu lantai gempar karena Jingga muntah-muntah lalu pingsan.Kalau bukan mengingat kinerja Jingga yang selalu bagus di masa lalu, meski sekarang terseok menutupi target karena keseringan cuti—Jingga pasti sudah menerima surat pemecatan.Atasannya percaya kalau Jingga mampu bangkit lagi.“Sayang, masih mual?” Biru berbisik di puncak kepala Jingga.Saat ini mereka berdua tengah berbaring di atas tempat tidur saling berpelukan dengan pakaian kerja lengkap setelah tadi Ji
Read more
Ngidam
Sesampainya di rumah sakit, Biru berlarian menuju ruang praktek, dia gelisah karena telah membuat para pasien menunggu.Tapi Biru tetap melakukan pekerjaannya dengan profesional, dia matikan ponselnya sebentar agar bisa fokus.Pasien demi pasien yang datang sebisa mungkin Biru layani dengan baik, berbekal ilmu yang dimilikinya Biru harus bisa menjadi tangan Tuhan menyembuhkan mereka yang banyaknya mengidap penyakit ganas.Hampir sore ketika dia menyelesaikan praktik, Biru menyalakan ponselnya.Sang istri tercinta yang pertama kali dia hubungi.Setelah berpamitan kepada perawat, Biru menderapkan langkah menuju basement dengan ponsel menempel di telinga.Entah panggilan keberapa akhirnya panggilan tersebut dijawab juga.“Hallo?” Suara Jingga terdengar ngegas.“Udah sampe mangga mudanya, sayang?”“Udah, tapi kenapa kamu nyuruh anggota TNI yang anter ke sini? Kamu menyalahgunakan jabatan papi kamu.”Jingga kesal, dia ingin papinya bayi yang membelikan mangga muda.“Itu ajudannya papi saya
Read more
Proses Kelahiran
Proses kelahiran anak kedua ini, Cinta dan Davian memutuskan untuk melakukan caesar mengingat proses kelahiran Kiana juga menggunakan cara itu.Tanggal sudah ditentukan, Davian sengaja mengambil cuti untuk bisa menemani istrinya.“Waktu lahiran Kiana, aku panik loh sayang … aku sendirian di depan ruang tunggu operasi … mana sebelumnya kamu pecah ketuban terus berdarah … udah gitu leher Kiana kelilit ari-ari … aku stress banget.” Davian duduk di kursi yang diletakan samping ranjang Cinta di kamar rawat inap sebuah rumah sakit terbaik di Jakarta.Mereka sedang menunggu petugas medis siap melakukan operasi caesar.“Aku pikir aku akan mati.” Cinta mengatakan perasaannya saat itu.Davian bangkit dari kursi, dia duduk di sisi ranjang menghadap Cinta yang sedang bersandar pada kepala ranjang yang dibuat tegak.Pria itu lantas memeluk Cinta erat.“Jangan ngomong gitu lagi, kamu enggak boleh mati … nanti aku sama siapa?” Davian bergumam di leher Cinta.“Bucin!” Cinta meledek.“Memang.” Davian
Read more
Trimester Tiga
Setelah pintu tertutup, mereka semua balik badan untuk duduk dan menunggu di ruang tunggu.Pundak Davian melorot, raut wajahnya menyendu.“Cinta kuat kok, dia bisa melewati operasi caesar ini.” Papi menepuk pundak Davian pelan sebagai penguat untuk menantunya yang langsung mendapat anggukan pelan dari yang bersangkutan.Mereka duduk di sofa set dengan Davian duduk di single sofa.Dia tampak menundukan kepala padahal sedang berdoa merayu Yang Maha Kuasa agar proses melahirkan Cinta berjalan lancar.Karena seperti katanya tadi kepada Cinta kalau dia tidak ingin Cinta meninggalkannya.Dia benar-benar mencintai ibu dari anak-anaknya itu.Entah apa yang terjadi kalau dia sampai kehilangan Cinta.Davian sedang dilanda khawatir karena trauma dengan proses melahirkan Cinta yang pertama. Detik berganti menit dan menit berganti jam, Davian sudah gelisah merasa operasi caesar yang dilakukan Cinta terlalu lama. Dia bangkit dari sofa mulai melangkah menuju pintu ruang operasi namun sebelum langk
Read more
Proses Melahirkan
Belum dua tahun, Jingga sudah harus merasakan mulas dan ‘nikmatnya’ melahirkan.Semua rasa yang Jingga dapatkan saat melahirkan Javas saja masih bisa dia ingat dengan jelas.Semua ini gara-gara Biru yang memaksakan kehendak ingin menyusul Davian dan Cinta dalam urusan anak.Sungguh, sampai detik ini Jingga dendam kesumat kepada suami lucknut-nya itu. Jadi ketika sekarang dia merasakan kontraksi yang hebat dalam masa pembukaan sebelum melahirkan, Jingga hanya bisa diam membungkam mulutnya dan enggan menatap wajah Biru.Mata Jingga terpejam semenjak dia memasuki ruangan ini.“Sayang …,” lirih Biru sembari mengusap kepala Jingga.Sengaja Jingga memejamkan matanya sebagai bentuk protes dan tentu saja Biru sebagai suami yang sudah hidup bersama Jingga selama kurang lebih tiga tahun tentunya tahu kalau sang istri tengah memendam kesal.“Sayang, tahan ya … sabar ….” Biru memberi semangat.Kelopak mata Jingga kontan terbuka, melotot pada Biru.“Sabar … sabar … tahan … tahan … coba deh kamu r
Read more
Anak Kedua
“Udaaah … udaaah, jangan cengeng ah … kamu itu laki-laki, udah besar juga!” Mami mengusap-ngusap punggung Biru yang masih belum berhenti meraung di pangkuannya.“Jingganya udah siuman tuh, kamu temui dia sekarang,” ujar papi agar Biru berhenti menangis.Jadi semenjak Jingga tidak sadarkan diri tadi usai melahirkan anak mereka, Biru menangis tersedu seperti anak kecil, dan sekarang ketika Jingga sudah siuman, bukannya segera menemui istrinya malah menangis di pangkuan mami.Semua rasa bercampur menjadi satu tapi penyesalan mendominasi, tubuh Biru sampai lemas sekali.Dia menegakan punggung, mengusap air mata di wajah menggunakan punggung tangan, jangan sampai kedua mertuanya dan Jingga tahu kalau dia barus selesai menangis kejer.Biru pikir akan kehilangan Jingga, bila sampai terjadi maka dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.“Badan aja gede, nangis kaya anak kecil … setiap orang yang lewat taman ini pasti noleh ngeliat kamu, disangkanya kamu ditinggal meninggal istri.”“Pii
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status