All Chapters of Bukan Perawan: Chapter 21 - Chapter 30
117 Chapters
Terbawa Perasaan
“Yaaa … yaaa ….” Cinta mengesah, tiba-tiba mobil listrik mewah hadiah ulang tahun dari papi berhenti karena mesinnya mati. Beruntung Cinta masih sempat menepi sebelum mobil benar-benar berhenti. Jalanan yang sepi dan hujan cukup deras membuat Cinta berdecak lidah kesal. Dia tidak mengerti tentang mobil, hapenya juga mati karena kehabisan baterai. Lengkap sudah penderitaannya. Kedua tangannya mencengkram stir kuat, Cinta sedang berpikir. Mobilnya adalah mobil listrik, mungkin ada salah satu kabel yang lepas yang menyebabkan mesin mobil mati. Baiklah, dia hanya perlu mencari kabel yang terlepas itu. Cinta membulatkan tekadnya untuk turun dan membuka kap mobil di tengah-tengah guyuran hujan. Dia menarik handle pintu lalu keluar dari dalam mobil setelah menekan tombol dekat stir untuk membuka kap mobil. Dengan kekuatan penuh Cinta mengangkat kap mobil hingga terbuka lebar
Read more
Bermain Peran
“Baru bangun kamu?” Pertanyaan mami membuat Jingga yang tengah menata lauk pauk di atas meja makan menoleh mengikuti arah pandang beliau. Netra Jingga menangkap sosok Biru tengah bersandar setengah bagian tubuhnya pada dinding sambil melipat kedua tangan di dada. Rambut Biru sedikit berantakan ala bangun tidur memberikan kesan nakal dan berhasil mencetuskan desiran di sekujur tubuh Jingga. “Iya … terus laper,” sahut Biru berjalan mendekat. “Ini hampir semuanya Jingga yang masak, Mami malah ghibah sama Cinta tadi.” Mami bangga sekali memiliki menantu yang pandai memasak. “Oh ya? Kamu jago masak juga?” Biru mengambil perkedel jagung dari atas piring saji kemudian melahapnya. “Enggak, resep mami semua kok … aku cuma bantu masakin aja.” Jingga menuang air dari jar ke dalam gelas kemudian memberikannya kepada Biru. “Enak.” Biru memuji perkedel jagung buatan Jingga. “Minum dulu ab
Read more
Menagih Janji
“Nak Biru enggak usah angkut-angkut, biar pak Ujang aja yang bawa koper itu ke mobil …,” kata mama Irma agar menantu kesayangan kerepotan. “Enggak apa-apa, Ma … biar cepet,” balas Biru seraya keluar dari dalam kamar Jingga sembari menarik sebuah koper. “Jingga … dilarang donk, suaminya … dokter bedah loh itu suaminya, tangannya harus dijaga.” Mami masuk lebih dalam ke kamar Jingga di mana sang putri tengah merapihkan barang-barangnya. “Mama lebay, lagian dia cowok … udah seharusnya bantu-bantu.” Jingga mengatakannya tanpa menatap wajah mama. Dia sibuk memasukan barang ke dalam plastik container besar. “Mau kamu bawa semua barang-barang kamu?” Mama yang sudah duduk di tepi ranjang bertanya, beliau membantu Jingga melipat pakaian untuk dimasukan ke dalam koper. “Enggak, cuma sebagian aja … siapa tahu nanti Jingga pulang ke sini atau mungkin rumah tangga Jingga enggak berhasil.” Jingga men
Read more
Mood Jelek
Satu persatu makanan dan minuman pesanan Cinta dan Davian datang. Mereka menghentikan sejenak obrolan absurd itu untuk mengisi perut. Dan dilanjutkan usai makanan di piring habis. Karena enggan berpisah dengan Davian, Cinta sampai memesan satu minuman lagi beserta dessert. “Kamu boleh pulang malem?” Pertanyaan Davian layaknya sebuah peringatan bagi Cinta. Cinta melirik arlojinya, tanpa terasa sudah jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Gawat, mami bisa marah. Melihat ekspresi wajah Cinta yang memucat membuat Davian tahu kalau sang gadis tengah didera panik. “Kita pulang aja ya, saya anter ayo … nanti saya jelasin sama orang tua kamu.” “Eeeh, jangan … nanti mami papi mikir yang enggak-enggak tentang Ayang, eh ….” Kelopak mata Cinta mengerjap gugup, melipat bibirnya ke dalam dia kelepasan lalu memalingkan wajah agar Davian tidak melihat pipinya yang telah mero
Read more
Mantan Kekasih Suami
“Ada apa sih kok rame?” tanya Jingga pada teman-teman yang berkerumun, dia melongokan kepala ke lantai bawah dari pagar pembatas beton di lantai dua. “Ada artis, Bu.” Seorang marketing kartu kredit menjawab. “Artis siapa?” Jingga bertanya sembari berusaha melongokan kepala lebih jauh, mencari tahu secara langsung. “Geisha … aktris dan penyanyi terkenal itu,” jawab Melissa yang berdiri paling dekat dengan pagar pembatas. Deg. Jingga memiliki firasat buruk. Mereka kemudia turun berbondong-bondong untuk meminta tanda tangan. “Bu Jingga, ada yang nyari.” Seorang sekuriti yang akhirnya berhasil naik ke lantai dua memberitahu. Jingga menoleh, menatap sekuriti itu beberapa saat. Tentu saja kedatangan Geisha ke sini bukan untuk membuat kartu kredit melainkan pasti untuk menemuinya. Semenjak mengetahui Geisha menghubungi Biru ketika di Puncak beberapa minggu lalu, Jingga
Read more
Tujuan
Cinta yang polos senang-senang saja sewaktu Davian mengajaknya ke apartemen. Dia memindai apartemen Davian yang cukup luas yang terdapat dua kamar, ruangan televisi dan dapur kecil lengkap dengan segala peralatan masak juga ada meja makan yang terletak di samping dinding kaca yang menyuguhkan pemandangan kota Jakarta. Selagi Davian masak, Cinta duduk di salah satu kursi meja makan memandang ke luar. “Ayang kenapa tinggal di apartemen?” tiba-tiba Cinta bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari luar dinding kaca. “Malu, udah umur tiga puluh tahun masih tinggal sama orang tua … lagian capek disuruh nikah terus.” Davian terdengar menggerutu. Cinta menoleh bersamaan dengan Davian yang selesai membuat makan malam. Pria itu berjalan mendekat membawa dua buah piring besar. “Waaaaaa … Seriusan Ayang bisa buat chicken cordon blue?” Mata Cinta berbinar takjub. Davian tertawa pelan sembari kembali k
Read more
Balas Dendam
“Cinta?” Davian terkejut saat mendapati Cinta di apartemennya. Sang gadis tengah meringkuk di atas sofa. Entah sudah berapa lama gadis itu menunggunya di sini. Davian memang memberikan Cinta kartu akses ke apartemennya untuk meyakinkan Cinta kalau hubungan ini memang nyata. Tapi Davian lupa jika apartemen ini hanyalah tempat untuk dirinya melakukan balas dendam bukan untuk tinggal. Dia masih akan pulang ke rumah kedua orang tuanya setiap hari. Namun entah kenapa semenjak pagi perasaan Davian selalu ingin pergi ke apartemennya. Akhirnya dia pergi ke sini setelah bertemu dengan salah satu temannya di Caffe tidak jauh dari apartemen. Cinta mendudukan tubuhnya, matanya merah karena sempat tertidur. “Cinta dari pagi, tadi ijin sama Abang mau ke rumah Ami tapi Cinta malah ke sini.” Davian duduk di samping Cinta, menyerongkan tubuh agar bisa menatap wajah gadisnya yang
Read more
Begitu Menginginkan
Biru dengan mudah melucuti gaun tidur Jingga setelah menanggalkan kaosnya. Perlahan membawa Jingga berbaring di atas ranjang, mengungkung Jingga dari atas. Melumat bibir Jingga sebentar dan membawa kecupannya ke rahang dan berakhir di leher. Mata Jingga terpejam, kepalanya menoleh ke samping. Bibir Biru terus turun hingga ke dada membuat kepala Jingga mulai pening saat lidah Biru bermain di puncak dadanya. Telapak tangan Jingga mencengkram pundak kokoh Biru yang berotot sambil merasakan bagaimana lidah dan bibir Biru memanjakan dirinya dengan kenikmatan. Puas bermain dengan puncak yang satu—Biru akan berpindah ke yang satunya lagi. Menjilat, mengulum kemudian mengisap dengan cara paling lembut membuat Jingga mendongak seraya memejamkan mata erat. Ada bercak merah dari gundukan yang baru saja Biru tinggalkan. Kemudian mata mereka bertemu, saat bibir pria itu sibuk mengulum juga lidah ya
Read more
Kabar Buruk
Semenjak bangun di pagi hari, Jingga merasa tidak bersemangat. Tubuhnya lemas disertai pening di kepala. Wajah Jingga juga pucat dengan kantung di bagian bawah matanya yang sayu. Biru yang baru keluar dari dalam kamar mandi langsung datang menghampiri melihat keadaan istrinya yang mengkhawatirkan di depan meja rias. “Kamu sakit?” tanyanya khawatir. “Lemes… enggak enak badan.” Jingga menjawab kemudian bersandar di tubuh Biru. Biru menempelkan punggung tangan di kening Jingga tapi tidak merasakan suhu tubuh istrinya yang tinggi. “Kamu ijin enggak usah kerja dulu ya, ikut sama aku sekarang ke rumah sakit… kita ke dokter.” Jingga menggelengkan kepalanya. “Aku ada meeting hari ini.” Biru mengembuskan napas panjang, karena istrinya ini adalah perempuan mandiri jadi dia sedikit keras kepala. “Atau enggak ijin dulu setengah hari, kita ke dokter dulu ya?” bujuk Biru lagi.
Read more
Kabar Baik dan Kabar Buruk
Usai meeting dengan pimpinan pusat, Jingga yang masih lemas dan bertambah lemas saja itu pun akhirnya meminta ijin untuk pergi ke dokter. Dengan diantar supir kantor, Jingga mengunjungi rumah sakit tempat Biru berpraktik. Jingga mengecek ponselnya, tidak ada pesan dari Biru yang mengabarkan tentang nomor antrian padahal sebelumnya pria itu mengatakan akan mendaftarkannya agar dia tidak perlu mengantri. Jingga berpikir mungkin Biru sibuk atau harus melakukan operasi mendadak. Sebagai perempuan mandiri, Jingga bisa daftar sendiri terlebih dia juga menggunakan asuransi kesehatan dari kantornya. Setelah mengunjungi bagian pendaftaran, Jingga duduk di kursi ruang tunggu poli umum. Dia mengirim pesan kepada Biru, memberitahu kalau dirinya sudah sampai di rumah sakit dan menunggu di poli umum. Tapi setelah menunggu beberapa saat, Biru belum juga membaca pesannya. Nama Jingga dipanggil untuk mela
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status