Semua Bab Madu(Memilih Terluka Untuk Bahagia): Bab 81 - Bab 90
108 Bab
81. Restu Adhyatsa
Menolak atau menerima tawaran Ara sama-sama salah. Mayang mengembuskan napas kasar. Ia berpikir matang-matang sebelum menjawab. Ini tentang masa depan pernikahan mereka bertiga nantinya."Ra, kasih aku waktu tiga hari." Mayang tidak mau tawar menawar dengan sahabat baiknya itu. "Baik. Dalam tiga hari lagi aku akan datang pada jam yang sama." Setelah mengatakannya, Ara segera berpamitan pada Mayang.Mayang pun mengantar Ara hingga depan kafe. Ara datang ke kafe naik taksi online. Kini Mayang menuju ke ruangan pribadinya di lantai dua. Hati Mayang gundah dan tidak ingin gegabah saat memutuskan masalah ini.Sementara itu, Ara kali ini menuju ke kediaman keluarga besar Adhyatsa. Ia akan berbicara pada kakek Revan itu. Masalah ini harus tuntas, jika bisa sebelum tiga hari yang akan datang. Ara tidak mau membuang waktu lagi."Permisi," kata Ara di depan pintu ruang tamu kediaman Adhyatsa.Rumah keluarga Revan seperti tidak terurus sama sekali. Entah apa yang dikerjakan oleh penghuni rumah
Baca selengkapnya
82. Setuju
Tiga hari setelah kejadian itu, Revan mendiamkan Ara. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran Ara. Kebanyakan wanita akan marah jika suaminya terang-terangan menikah lagi. Akan tetapi, tidak bagi Ara.Sejak malam itu, Revan tidak ingin berusaha mencari tahu alasan sang istri. Hal ini membuat Ara tidak nyaman. Ia pun mengambil surat tentang kesehatan miliknya yang palsu untuk ditunjukkan pada sang suami. Ara ingin Revan setuju dengan rencananya. "Apa ini?" tanya Revan yang baru saja selesai berpakaian dan siap berangkat kerja. "Bacalah." Ara tidak berani menatap sang suami.Revan membuka map berlogo gambar salah satu rumah sakit swasta internasional. Ia terkejut saat membaca tentang kesehatan rahim sang istri. Ara tidak bisa mengandung karena kecelakaan yang menimpanya. Revan langsung jatuh terduduk."Maka dari itu, aku ingin Mas Revan menikah dengan Mayang. Dia satu-satunya sahabat terbaik yang aku punya, Mas. Aku mohon," kata Ara dengan suara parau."Jadi, akulah penyebab kamu menjad
Baca selengkapnya
83. Ternyata Sangat Menyakitkan
Revan menatap sang istri yang kini tampak panik. Ia sama sekali tidak berani menatap Mayang. Wajah cantik itu membuat debar di dadanya menggila. Revan tidak habis pikir mengapa jalan hidupnya seperti sinetron ikan terbang."Mas, kebetulan kamu datang. Kita sekalian bicara saja. Mayang nggak mau ketemu kamu berdua saja. Padahal maksud aku biar kalian enak mengobrolnya," kata Ara berusaha memecah keheningan mereka bertiga. "Ck! Apa yang mau dibicarakan, Ra?" tanya Revan dengan ketus seolah tidak suka dengan semua rencana wanita yang saat ini sudah mulai bisa berjalan tanpa kursi roda itu. "Mas kamu itu lucu pertanyaannya. Ya, pernikahan kalian berdua. Atau kalian berdua bicara di sini, biar aku pindah tempat duduk," kata Ara sengaja memberikan waktu berdua pada Revan dan Mayang."Kamu nggak boleh pergi ke mana pun. Aku mau menikah dengan sahabat kamu karena permintaan kamu. Jadi, kita harus bicarakan bertiga," kata Revan dengan tegas.Mayang terkejut mendengar ucapan Revan. Ia merasa
Baca selengkapnya
84. Pengakuan Ara
Ara kebingungan saat mendengar Murni menyebut Adhyatsa dengan sebutan Tuan. Bukankah mereka adalah mertua dan menantu? Ara semakin mendekatkan telinganya agar bisa mendengarkan semua. Informasi penting ini semoga saja bisa melancarkan semua rencananya."Sa-saya benar-benar tidak tahu maksud ucapan Tuan Besar." Kali ini Murni sangat ketakutan menatap ayah mertuanya itu."Apa aku harus percaya dengan semua kepolosan kamu? Tidak, Murni! Aku yakin kamu juga andil dalam rencana Revan yang akan menikahi anak babu itu!" Adhyatsa sangat marah ketika mengatakan hal ini. "Kamu tahu, hal ini akan menyakitkan keluarga besar Manggala. Efeknya jelas, mereka akan menarik semua bantuan untuk Adhyatsa Grup," lanjut Andhyatsa sambil menatap tajam pada Murni yang kini mulai berlinang air mata."Revan mau menikah lagi? Tidak mungkin! Hubungan Ara dan Revan sudah sangay baik. Mereka sudah satu kamar. Rasanya tidak mungkin anak saya gila." Murni memang tidak tahu apa pun tentang rencana Ara."Lantas, apa y
Baca selengkapnya
85. Rencana Lamaran
Hardi--asisten Revan datang bersama dengan Inama. Haris tidak keberatan ketika ada sosok laki-laki muda itu. Penerimaan Inama terhadap Hardi membuat Haris luluh. Meski semua masih dirahasiakan pada banyak orang."Hardi," cicit Gita yang nyaris tidak terdengar oleh siapa pun. Hardi menatap Gita sambil tersenyum lebar. Sahabat Ara itu menunduk. Pemandangan lantai granit rumah ini sepertinya lebih menarik. Padahal mereka ada bahan diskusi."Apa Ara bercerita padamu tentang rencana pernikahan Revan?" tanya Haris yang kini beranjak dari duduknya."Tidak sama sekali, Pak. Saya tidak bisa terlalu dekat dengan istri bos saya. Bisa jadi fitnah macam-macam. Hanya saja, saya mencoba berpikir dari sisi Ara." Hardi mengatakan alasan yang lumayan masuk logika. "Ara punya rencana? Tapi kenapa harus mendatangkan wanita lain dalam rumah tangganya? Apa dia yakin akan baik-baik saja?" Haris semakin emosi saat ini. "Biar bagaimana pun, aku akan secepatnya ke Singapura dan menemui Dokter yang mengurus A
Baca selengkapnya
86. Lamaran
"Assalamualaikum, Ibu." Revan langsung mencium punggung tangan wanita yang dulu merawatnya.Mayang masih terkejut dengan kedatangan tamunya kali ini. Ia sama sekali tidak menyangka jika Revan dan Ara akan datang secepat ini. Ara tadi mengirimkan pesan jika akan datang besok. Mengapa justru malam ini mereka datang?"Wa-waalaikumussalam, Tuan Revan." Darsih masih sangat terkejut dan gugup saat ini.Revan segera melepaskan tangan wanita paruh baya itu. Ara pun melakukan hal yang sama seperti sang suami. Ia juga menghormati ibu dari sahabat baiknya itu. Darsih cukup terkejut melihat wanita muda yang ada di depannya.Wanita muda yang datang bersama Revan itu sangatlah cantik. Tidak hanya cantik, bagi Darsih wanita muda itu juga berkelas. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Mayang. Entah apa yang akan mereka lakukan pada Mayang. Darsih curiga jika Mayang mengganggu rumah tangga mereka."Saya Ara, Bu. Dulu saya dan Mayang bersahabat saat masih kuliah di Bandung. Kami beda jurusan tapi sanga
Baca selengkapnya
87. Pernikahan
"Mas, kita sudah sepakat. Kita akan melaluinya dengan baik-baik saja. Ayolah," kata Ara sambil menggenggam tangan sang suami.Revan tercekat seketika mendengar ucapan Ara. Lidahnya mendadak kelu dan tidak bisa mengucapkan apa pun. Kepala Revan mengangguk sebagai jawaban. Ia lantas menatap Mayang yang masih menunduk sejak tadi."May, maukah kamu menikah denganku?" Revan kali ini bisa mengatakan dengan lancar."Ya." Satu kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Mayang sebagai jawaban.Tidak dipungkiri ada kebahagian pada mata kedua calon pengantin itu. Mereka bisa menikah meski harus melewati perpisahan sebelumnya. Revan merasakan hatinya bimbang saat ini. Benarkah ia bahagia? Atau hanya karena melihat Ara tersenyum saat ini?"Terima kasih atas kesediaan kalian berdua. Aku janji, nama kamu nggak akan buruk meski menjadi istri kedua. Aku juga akan berjanji mengumumkan pernikahan kalian nantinya. Tidak perlu khawatir, May, kita bertiga akan baik-baik saja." Ara mengatakan dengan tegar pa
Baca selengkapnya
88. Berubah
Setelah pernikahan itu, Revan langsung memboyong Mayang malam itu juga. Kini sudah satu bulan mereka tinggal bersama. Murni tampak sangat bahagia saat Mayang datang ke rumah ini. Ia merasa punya teman di rumah ini.Perlahan, Murni mulai mengabaikan Ara yang notabene dari keluarga konglomerat. Murni dan Mayang mempunyai kesamaan. Mereka sama-sama dari keluarga tidak mampu. Mereka merasa sangat cocok antara satu dengan lainnya.Revan lebih banyak menghabiskan malam bersama dengan Mayang. Ara tidak mempermasalahkannya dan semakin giat bekerja saat ini. Kemajuan perusahaan yang Ara kelola semakin signifikan. Gita masih sama, tidak pernah menyapa Mayang saat datang ke rumah ini. Malam ini, Ara ingin berdiskusi dengan Revan. Diskusi terkait perusahaan. Adhyatsa Grup diambang kebangkrutan dan tidak ada yang dilakukan oleh Revan sama sekali. Sebenarnya, hal ini bukan urusan Ara karena akan sangat menguntungkan bagi Manggala Grup dan juga Cakra Buana Grup yang saat ini semakin besar. "Mas, k
Baca selengkapnya
89. Sertifikat
Murni mundur beberapa langkah. Pun dengan Mayang yang melakukan hal yang sama. Entah ada keperluan apa, Adhyatsa justru datang ke rumah ini. Napas Murni tampak kembang kempis saat ini.Murni merasa lelah karena hidup dalam tekanan Adhyatsa juga adik iparnya. Mereka dulu sangat merendahkannya, tetapi tidak saat ini. Revan dianggap membawa perkembangan baik untuk perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya. Angan yang luar biasa bodoh."Oh, kamu, siapa, Mayang? Ya, anak pembantu yang pada akhirnya tercapai cita-citanya untuk menikah dengan Tuan Muda keluarga Adhyatsa. Gundik tetaplah gundik. Kalian satu tipe, sama satu dengan lainnya." Tanpa aba-aba Adhyatsa menyerang Mayang dengan ucapan yang sangat menyakitkan. "Kamu boleh mendapatkan cinta Revan, tapi pemenangnya tetap mereka yang punya harta. Aku rasa kalian berdua ini paham," lanjut Adhyatsa sambil menunjuk Mayang dan bergantian dengan Murni.Tatapan penuh kebencian tampak pada Adhyatsa untuk menantu dan istri Revan. Mereka sa
Baca selengkapnya
90. Mayang Hamil
Saat ini bahkan sudah jam makan siang dan Revan baru saja datang ke kantor Haris Manggala. Ara sedikit menahan napas karena takut sang papa akan marah. Tidak, di luar dugaan, Haris sama sekali tidak marah justru sebaliknya. Laki-laki paruh baya itu justru tersenyum lebar dan mereka berjabat tangan."Aku rasa kamu sudah bekerja keras, Revan. Terima kasih meski berada di rumah selama hampir dua puluh delapan hari, tapi kamu tetap bekerja. Terbukti, saham Adhyatsa Grup naik dengan pesat. Saham kita sudah sama," kata Haris membuat Ara tersedak air liurnya sendiri.Benarkah yang diucapkan Haris Manggala? Ara bahkan tidak tahu sama sekali. Data yang didapatkan tidak seperti yang diucapkan oleh sang papa. Lantas apa yang salah. Ara buru-buru merogoh ponsel dari dalam tas slempang. Ia mengecek semua data perusahaan. Entah bagaimana, data yang didiskusikan semalam bersama Revan hilang begitu saja. Astaga! Ara sangat ceroboh karena tidak menyimpan terlebih dahulu data itu."Iya, Pa. Semua atas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status