All Chapters of Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Chapter 161 - Chapter 170
242 Chapters
Rapuhnya Angga
"Silahkan dinikmati, pak. Ini sup buntut yang saya buat tadi sebelum bapak pulang dari rumah sakit. Saya dengar, Pak Angga sangat suka sup buntut, jadi saya memasakkannya untuk bapak dan Celva." Semangkuk sup buntut sudah tersaji di hadapan Angga. Ia menatap sup itu dan wanita pemilik rambut hitam legam ini bergantian."Terima kasih, maaf jadi merepotkanmu," jawab Angga. Seulas senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan. Pemandangan itu lantas membuat seluruh kupu-kupu di perut Rachel menggelitik. "Ku harap Pak Angga suka dengan masakanku," katanya. Lagi-lagi Angga hanya tersenyum tipis. Namun senyuman itu sudah membuat Rachel hampir mati berdiri karena efek menggila yang ditimbulkan oleh pesona Angga."Papap. Mam." Sesi makan Angga terpaksa ditunda ketika putri kecil kesayangannya memanggil, dengan suara berat nan lembut, Angga membalas,"Ya, sayang? Celva mau makan sup buntut?" Manik bulat Celva terpaku menatap sendok yang dipegang ayahnya. Kedipannya mengisyaratkan isi kepala
Read more
Bujukan Sang Kekasih
"TARA!! Aku akan pergi ke Indonesia. Kamu mau ikut?" Jantung Nova hampir mencelos saat suara Mark tiba-tiba bergaung tepat di belakang telinganya. Tak hanya itu, kehadirannya di pagi hari yang dingin ini membuat Nova tercengang. Segelas kopi di atas meja kerja Niva diabaikan sementara, tak lagi menjadi obat penenang untuk segala gundah di dada Nova. Ia mendelik, di depan matanya terpampang nyata secarik kertas dengan desain yang menarik. Foto Mark yang penuh pesona terpampang nyata di sana tepat di sebelah tulisan "ASIAN TOUR FAN MEETING OF MARK" di kertas itu. Nova belum sepenuhnya mengerti, puzzle-puzzle yang harus ia pecahkan pagi ini, tak bisa membuatnya fokus. "Kertas apa ini?" tanyanya polos. Dahi Nova mengernyit bingung padahal secara kasar mata seharusnya ia tahu maksud Marks memamerkan secarik kertas itu. "Aku akan mengadakan pertemuan dengan fans se-Asia Tenggara. Dan kampung halamanmu menjadi salah satu negara yang akan aku kunjungi. Bagaimama menurutmu?" Mark duduk
Read more
Hilang Percaya Diri
Dua jam lagi Nova akan menghadapi situasi antara hidup dan matinya. Bukan, bukan tentang melahirkan sosok malaikat kecilnya, melainkan Nova harus terlibat dengan orang-orang yang cepat atau lambat akan terlibat dengan masa depannya. Ya, masa depan yang dibangun oleh Mark. "Kau sudah siap sayang?" Nova mengalihkan pandangannya ke arah cermin di depannya. Kepala Mark menyembul dari arah luar kamar hotel yang disewa oleh pria itu sebagai tempat persinggahan mereka. Nova mengangguk, dua sejoli itu saling bertukar pandang lewat pantulan diri mereka di cermin. Gaun putih polos selutut dengan pernak-pernik di bagian dada membalut tubuh Nova dengan elegan. Perut buncitnya tak menghalangi efek cantik yang terpancar dari dalam diri wanita itu. Polesan riasan natural khas wanita Korea semakin menambah keanggunan. Nova memoles bibirnya dengan lipstik merah muda untuk sentuhan terakhir. "Ya, aku sudah siap," jawab Nova disusul seulas senyum yang membuat hati Mark meleleh. Mark melangkah se
Read more
Hinaan Menyakitkan
Mark sadar seseorang di sampingnya tadi menjauh. Ia melepaskan pelukannya dari sang ayah, lantas beralih pada Nova dengan nyali wanita itu yang semakin mengerucut. "Sayang, kemarilah," kata Mark, baru saat itu Nova berani mengangkat kepalanya. Semua orang kini menatap Nova dengan pandangan aneh. Penampilan Nova tak luput dari proses pindaian dari mata ke mata. Tak jarang beberapa orang memiringkan tubuhnya ke samping. Mencibir beberapa hal di diri Nova yang tak sesuai dengan standar mereka. Nova hampir berkecil hati, karena di sini, semua orang menatapnya dengan tatapan yang memilukan. Seolah Nova adalah sosok asing yang tak layak untuk berada di sekitar mereka. Karena Nova tak kunjung membalas panggilannya, Mark lantas menghampirinya. Terlihat jelas Nova tak nyaman dengan situasi yang sedang mereka hadapi sekarang. Jauh dalam hati Nova, rasanya ingin mengubur diri saja dari situasi ini. Kepercayaan dirinya luntur seketika. Namun, sentuhan Mark di tangannya membuat Nova kembali m
Read more
Peperangan Gerilya
"Kau yakin dengan keputusanmu, pak? Sudah enam bulan aku sengaja menutupi masalah ini dari mereka." Angga menangkap sorot kekhawatiran yang begitu besar di sorot mata sang asisten. Sudah semalaman Angga menimbang baik-buruknya atas keputusan yang ia ambil kali ini. Kian hari, saham perusahaan yang sempat terancam bangkrut setahun lalu semakin turun. Angga tak mungkin melakukan pendanaan silang dengan perusahaannya yang lain hanya untuk mempertahankan satu perusahaan. "Ya, aku akan mendatangi Jhony. Kau tidak perlu khawatir, aku akan memberikan alasan paling logis padanya. Kupastikan namamu tak terseret sedikitpun," janji Angga. Tepat ketika ia menyelesaikan kalimatnya, sesosok wanita datang. Rachel menghampiri dua pria yang diselimuti oleh perasaan tegang itu dengan senyum manis yang tak pernah lepas dari wajahnya. Di gendongan Rachel, ada Celva yang menjulurkan tangannya ke depan. Antusias melihat kehadiran sosok ayah yang selalu ia rindukan."Papap!" panggilnya untuk Angga. Boc
Read more
Ancaman Berbalas
Suasana di ruangan besar yang didominasi oleh warna hitam dan merah itu berubah tegang. Di balik meja kebesarannya, Jhony menyambut kedatangan Angga dengan sebelah sudut bibir yang naik ke atas. "Kau punya nyali juga ternyata," ucap Jhony angkuh diiringi dengan hembusan napas dan senyum meremehkan. "Apa yang bisa kulakukan untukmu, Tuan Angga yang terhormat?" Sungguh, jika Angga tak memiliki tujuan yang jelas saat memutuskan untuk datang ke kediaman Jhony saat ini, bisa Angga pastikan dirinya akan menghabisi Jhony saat ini juga. Keangkuhannya patut untuk dimusnahkan, begitu juga dengan perangainya yang suka membuat pria itu jatuh ke dalam lubang kelam akibat lidahnya sendiri.Seorang ajudan yang mendampingi Angga sejak tadi, mengisyaratkannya untuk masuk semakin dalam memasuki ruang kerja Jhony. Kini, dua pria yang pernah menjalin hubungan sebagai kolega akrab itu hanya dipisahkan oleh jarak kurang dari satu meter saja. Angga memaku tatapannya tepat di manik hitam legam Jhony. Seca
Read more
Pembalasan Singkat
"Aku pastikan kau tidak akan mempunyai kesempatan itu, Angga. Aku sudah habis-habisan menggelontorkan uang, dan kau begitu mudah mendapatkannya. Mau pikir aku akan diam saja?" "Kau lupa siapa aku sebenarnya, huh? Pria problematik seperti dirimu, bisa mati dalam sekali injakan. Kau mau aku melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan padaku di rapat final waktu itu?" Suasana mencekam diantara dua pria yang saling bersitegang itu semakin memanas. Aura kebencian berlomba-lomba untuk menguasai Angga dan Jhony secara bergantian.Ya, tidak ada yang lebih menyeramkan dari balas dendam seorang pria yang dikhianati. Dan dendam itu kini bersemayam dalam diri Angga. Jiwa penuh kemarahannya tak akan membiarkan sosok-sosok pengkhianat yang telah menghancurkan hidupnya. Raut wajah ketakutan Jhony kini menjadi bahan cemoohan Angga. Ia bangkit dari tempat duduknya, berdiri tepat di hadapan Jhony. Ceklek. Bunyi kunci senapan yang dikendurkan oleh jemari Angga membuat degup jantung Jhony tak k
Read more
Permainan Ilusi
Mobil yang dikendarai Angga berhenti tepat di teras rumahnya. Angga melenggang masuk ke dalam rumah tanpa beban. Hari sudah cukup larut ketika ia memijakkan kakinya di rumah mewah bergaya minimalis itu. Dua orang ajudan menyambut kedatangannya, lalu kompak membuka pintu selebar-lebarnya untuk sang tua. "Dimana Chris? Apa dia sudah pulang?" tanyanya pada para ajudan. Dua orang itu mengangguk cepat, salah satu diantara mereka berinisiatif untuk menjawab."Pak Chris sudah pulang sejak.satu jam lalu, tuan. Apa mau saya bantu hubungi beliau?" Gelengan kepala Angga telah menjawab pertanyaan itu. Pria yang baru saja menyelesaikan aksi balas dendamnya itu kemudian melenggang masuk ke dalam rumah. Pulang ke rumah tanpa sambutan seakan sudah menjadi kebiasaan baru bagi Angga sejak ia membuka kembali kedua matanya satu minggu lalu. Langkah tegas menuju lantai dua harus tertahan sejenak ketika perut tak bisa diajak bekerja sama.Kruuk.. Sebuah pengingat alami dari tubuh Angga sudah bersuara
Read more
Memori Malam Panas
Angga menikmati kuluman oenuh ambisi di bibirnya. Meski begitu, ia tak cukup mampu untuk berpikir waras karena di matanya kini, sosok yang tengah bersamanya kini adalah Nova. "Kamu pria yang sangat perkasa, Pak Angga. Aku sangat puas dengan permainan kita malam ini," ucap wanita itu. Sebelah sudut bibirnya naik ke atas, memamerkan kepuasan yang tiada tara. "Aku tidak menyangka, bisa dengan mudah menguasai ranjang bersamamu, Pak Angga," ucap Rachel lagi. Ia menarik tubuhnya menjauh dari tubuh polos pria idamannya sejak sepuluh tahun lalu. Angga terkapar tak berdaya di atas ranjang setelah puas membalas lumatan bibir Rachel di bibirnya. Namun, beban tak kasat mata di kepalanya terasa sangat berat hingga Angga tidak mampu untuk membuka mata. Kata demi kata yang Rachel ucapkan melintas begitu saja di telinganya, tetapi bukan berarti Angga mampu menampung itu semua. Rachel turun dari ranjang, dengan segenap sisa ambisinya. Wanita berusia 31 tahun itu merampas botol kecil beris obat ti
Read more
Keputusan Besar
Seharusnya Angga bersyukur karena pria di depannya saat ini tak menunjukkan gelagat hendak menghabisinya dalam sekali pukulan.Alih-alih melampiaskan kemarahan pada bosnya, Chris memilih untuk berjalan mundar-mandir di hadapan Angga dengan langkah gelisah. "Maafkan aku, aku benar-benar tidak menyangka kalau wanita itu adalah Rachel," kata Angga. Sungguh, lagi-lagi penyesalan yang begitu besar yang harus Angga telan kali ini. Bagaimana bisa dirinya bersikap terlalu ceroboh semalam? Daya fantasinya bekerja di luar nalar hingga Angga tak mampu mengendalikan diri. Chris menghentikan gerakan kakinya, beralih menghadap Angga yang masih setia duduk di atas sofa. "Kau yakin tidak dalam efek alkohol, pak? Mana mungkin kau begitu lemah dengan fantasimu sendiri?" ucap Chris yang tak lain juga menampar Angga pada kenyataan. Namun, sekeras apapun Angga mencari tahu, pikirannya seolah menolak realita. "Aku yakin, Rachel tidak memberikan apapun padaku. Dia hanya memasak bubur yang belum sempa
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
25
DMCA.com Protection Status