All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 111 - Chapter 120
123 Chapters
109. Pindah apartemen
"Loh, kau mengganti lemari dengan yang baru, ya? Lebih besar dari yang dulu?" "Iya, biar muat banyak," jawab Renan, ia meletakkan tas besar berisi beberapa bajunya dan semua baju Rania di dekat lemari barunya. Sudah dua hari pernikahan mereka terlaksana, akhirnya, Renan membawa istrinya untuk tinggal di apartemen miliknya. Rania meletakkan shopper bag-nya di atas kasur. "Owh, begitu." Wanita itu melepaskan jaketnya dan digantung dekat penggantung pakaian kamar tersebut. "Aku mandi duluan, ya. Rasanya benar-benar lengket karena berkeringat," kilah Rania sambil mengeluarkan alat mandinya dari dalam shopper bag.Renan mendekat dan memeluk Rania dari belakang. "Mandilah, aku akan menggunakan kamar mandi di luar, Muah." Tiba-tiba Renan mencium puncak kepala Rania dengan dalam. "Suamiku sangat suka mencium ternyata, ya." "Hanya suka mencium istriku saja, hehe," kekeh Renan dan melepaskan pelukannya pada tubuh Rania. "Aku mencintaimu suamiku," ucap Rania saat Renan sudah membuka pintu
Read more
110. Rayla, dia sudah beristri
"Ah, Renan! Ini benar dirimu? Huaaa sudah lama tidak bertemu." Rayla reflek memeluk Renan dengan antusias, seperti sesuatu yang sangat berharga dan tidak boleh lepas lagi dari dekapannya. "Ah, Rayla. Jangan seperti itu ...." Renan mengangkat kedua lengannya dan menyuruh Rayla menjauh dari tubuhnya. "Aku sudah beristri, ini posisi tidak baik," pinta Renan dengan sopan. "Ah, kau sudah menikah?" Rayla tampak menampilkan wajah sedihnya. Bibirnya tertekuk manyun dan bola matanya penuh kekecewaan. Loh, apa yang sedang diharapkannya? Renan tampak mengernyitkan dahinya keheranan. "Kau kenapa?" "Aku bercerai dari suamiku, dia meninggalkan aku dan bayi yang aku kandung," jawab Rayla sambil mengelus perutnya yang belum kelihatan buncit. Mengadu pada Renan seolah akan baik-baik saja setelah ini dengan bantuan Renan. "Kasihan sekali dirimu. Kau tidak punya tempat tinggal?" "Sewa apartemenku masih dua bulan lagi, aku masih menetap disana. Ren, hanya kau teman yang mengenalku, kau bisa membant
Read more
111. Tidak selingkuh
"Lenganku kenapa membesar seperti ini, pipiku juga menggembul akibat berat badan yang naik. Suamiku selalu membawa cemilan sehabis pulang kerja, aku jadi suka khilaf memakannya tanpa berhenti." Rania memijat lengannya yang membesar sambil melihat dari pantulan cermin di dekat dapur. "Apa aku harus diet? Aku seperti boneka pooh sekarang, tinggal menenteng gentong dan itu benar-benar mirip. Huhu, bagaimana ini? Aku tidak ingin terlihat seperti pooh …," resah Rania sambil melihat ke arah box besar berisi cemilan yang bertumpuk-tumpuk karena Renan yang terus membelikannya. "Coba David belum menjadi trainee, pasti dia yang akan menghabisi cemilanku, huhu .... David bagaimana ini … bunamu menggendut." Rania menyentuh wajahnya. "Apa ini … gembil sekali. Bagai- Hoek! Hoek!" Rania menutup mulutnya saat sesuatu yang sesak ingin keluar melalui tenggorokannya. "Hoek! Ughh ... uhuk! Ughh!" Rania mengeluarkan semua isi perutnya yang terasa mual. Saat sudah mendingan, ia membasuh mulutnya dan seka
Read more
112. Rania tahu
"Sayang, kau kenapa? Ah, sial! Kaki sialan!" maki Renan sambil mencoba mengangkat kakinya untuk turun ke bawah. Nihil, dia tidak bisa, kakinya semakin kebas dan mati rasa. "Hoek! Ughh! Hoek!" Rania memuntahkan seluruh isi perutnya yang terasa begitu mual. "Kenapa disaat seperti ini aku tidak bisa apa-apa! Sialan! Kaki sialan! Cih!" Renan memukul sofanya dengan kuat. Kepalanya menoleh ke belakang untuk memperhatikan istrinya yang masih setia di wastafel. "Rania, kau kenapa?" Brsss! Aliran air terbuka dan Rania berkumur untuk mengembalikan netral asam pada mulutnya. "Tidak apa-apa. Perutku mual, sepertinya kemarin salah makan." Rania mengambil tisu dan mengusap wajahnya yang basah. Setelah itu, dia berjalan ke arah Renan lagi sambil membawa satu gelas air hangat untuk dirinya dan satu gelas teh lemon untuk suaminya. "Maafkan aku, kakiku …," ungkap Renan yang penuh dengan rasa penyesalan mendalam. Rania terkekeh kecil menanggapi ungkapan suaminya, begitu polos dan manis. "Apanya y
Read more
113. Mengunjungi David
"Kau itu tidak cocok naik bus, cocoknya naik mobil mewah saja," sindir Rania saat melihat wajah Renan sedikit pucat. Laki-laki itu mengatur nafasnya karena merasa mual saat berada di dalam bus tadi. Mereka duduk di bawah pohon di dekat area hamparan tanaman jeruk yang sangat luas. Belum sampai di pemberhentian bus pertama, Renan secara asal memberhentikan sopir karena merasa tidak nyaman berlama-lama di dalam sana. Alhasil, mereka belum sampai menemui David karena daerah agensi Jeffrey cukup jauh dari kepadatan kota Jakarta. Renan menggeser duduknya merapat ke samping istrinya yang sedang mengeluarkan kotak makan. "A-aku bukan tidak bisa naik bus, aku lapar dan menjadi mual mencium aroma bus," adu Renan sambil menyenderkan kepalanya di bahu Rania. Rania membuka kotak nasinya dan memberikan pada Renan. "Ini makan dulu, biar enakan," titahnya agar Renan menuruti. "Suapi, Bunnnnnn …," pintanya karena Rania terlihat asik sendiri dengan kotak makan yang lain. "Uh, manja sekali kau ini
Read more
114. Rania hamil
"Iya, ini sebentar lagi selesai .... sabar dulu, ya," bujuk Rania saat tali baju tidurnya ditarik-tarik oleh Renan. "Tadi sebentar, sekarang sebentar, kapan selesainya, Bun …," rengek laki-laki itu yang berjongkok di bawah untuk memeluki kaki Rania. "Iya, ini Buna belum siap mengetiknya. Handa jangan seperti bayi, ah. Sini duduk disamping Buna." Rania masih terus fokus pada laptopnya, dia mengambil job sebagai model untuk iklan skincare. "Buna lama sekali, kapan akan memulai nananinanya?" "Tidak ada nananina malam ini Handa, Buna sangat lelah." "Seperti orang hamil saja cepat lelah," sindir Renan karena sampai saat ini Rania belum memberitahu tentang testpack itu. Tap! Jari-jari Rania berhenti mengetik saat mendengar ucapan Renan. Lalu, melanjutkan lagi dan pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Renan barusan. "Ck!" decih Renan, dia berdiri dan menutup laptop Rania paksa. "Selalu tidak ingin memberitahuku duluan, apa kau akan memberitahu pada Jeffrey dulu?" "Apa maksudm
Read more
115. Pemotretan Rania
Slit! Cekrek! Bunyi jepretan tercipta dari kamera seorang fotografer yang sedang mengambil foto seorang Rania Arsita. Di usia kandungannya yang sudah menginjak tiga bulan, Renan masih memperbolehkan Rania mengambil job menjadi seorang model dengan catatan job yang diambil harus di seleksi oleh Renan sendiri. "Tolong, ya, istri saya jangan dipegang-pegang seperti itu," kesal Renan karena seorang model laki-laki tidak sengaja menyentuh bahu istrinya. "Bapam, model kami tidak melakukan pelecehan, kenapa kau sangat sensitif sekali?" "Itu istriku, Nyonya. Di perjanjian kontrak tidak ada aku menyetujui berfoto bersama model laki-laki." Nanda menghela nafas pasrah, sudah dijelaskan berulang kali pada Renan, tapi tetap laki-laki itu bersikukuh tidak mau tahu. "Bapak, sudah saya katakan, foto ini untuk bagian depan sampul majalah brand kami. Tentu istri Bapak akan mendapat gaji lebih karena sudah menerima tawaran untuk menjadi cover majalah kami." Renan tampak kesal dan menautkan kedua
Read more
116. Perkara nafsu
Renan menjadi diam seribu bahasa. Perkataan Rania sungguh ada benarnya. Setelah menikah, bahkan Rania tidak melakukan apa-apa pun Renan tetap bernafsu. Renan kembali memandang Rania dengan keberanian dan tatapan yang teduh. "A-aku bisa jamin itu, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu khawatir." "Ini sudah sore, kau akan meninggalkan istrimu yang juga sedang hamil demi temanmu itu?" "Buna, tidak. Handa hanya sebentar melihat keadaannya. Hanya sebentar ...." "Ren, tidak bisakah kau mengerti perasaanku sedikit saja?" "Aku tahu aku salah." Rania menarik napasnya dengan dalam, lagi-lagi dia mengalah. "Pergilah, aku tidak melarang. Dari pada bayiku terguncang pertumbuhannya karena aku yang terus-terusan emosi, lebih baik aku diam." Rania menarik gagang pintu kamarnya dan masuk tanpa melihat Renan lagi. "B-buna ...." Stak. Pintu kamar tertutup rapat, bahkan bunyi pintu itu tidak keras. Biasanya orang yang suka emosi akan menutup pintu secara kasar. Yah, Rania membuat seoran
Read more
117. Naik kuda
Suatu hari di kediaman Renan dengan pemandangan senja yang menyenangkan dari jendela unitnya. "Enan sayang ....." Renan tidak melepaskan penglihatannya dari karikatur superman yang kepala dan tubuhnya secara terpisah. "Buna pasti ada maunya kalau sudah panggil sayang-sayang. Ada apa? Tas gucci lagi? Atau jaket gucci?" "Issss, memangnya Handa merasa diporotin ya kalau Buna minta barang-barang bermerek seperti itu?" Rania berjalan mendekati Renan yang sedang fokus pada karikatur superman tersebut. "Handa bekerja untuk Buna, kenapa Handa harus merasa diporotin? Memangnya kemana lagi uang Handa kalau bukan buat Buna?" Rania berusaha jongkok dan memeluk punggung laki-laki itu. "Buna, si kecil terjepit, apa tidak sesak seperti itu?" "Lembang village. Buna ingin ke lembang village ...." "Mau lihat apa disana? Mending ke kebun binatang, lebih jelas banyak binatang yang bisa dilihat." Rania terus memeluk punggung Renan. "Mau naik kuda, Buna ingin naik kuda di Lembang village." "Loh?"
Read more
118. Wanita baru?
"Raihan punya pilihan sendiri, walupun tidak yakin untuk, tapi Raihan akan mencoba ...." Raihan memandang ayah dan bergantian. "S-siapa?" Hani ragu-ragu. "I-itu, sekretaris pribadi Raihan yang baru." Hani merasakan merasakan lega di hati. "Raisya? Yang kemarin siang dokumen ke rumah?" Raihan menggaruk belakang kepalanya, dia menjadi salah tingkah dan malu untuk merespon pertanyaan ibunya. "Tidak apa-apa. Anaknya sopan dan baik seperti Rania. Ayah setuju saja," ucap Haru yang mengerti kegugupan anaknya. "A-ah itu ... Raihan masih tidak yakin apa dia mau menerima Raihan ...." Hani menyentuh punggung tangan Raihan dan diusap lembut. "Berjuanglah, jalanmu lebih mudah sekarang, Nak ...." ungkap Hani menyemangati anaknya. Benar, jalan Raihan sekarang lebih mudah karena tidak ada halangan, tidak seperti dulu banyak penghalangnya antara dia dan Rania. "Terima kasih Ayah, Ibu ... Raihan akan mencoba membuka hati dan berjuang untuk gadis itu." *** Grup Atmadja. "Raisya, apa?" tanya
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status