All Chapters of Ayah Untuk Anakku: Chapter 101 - Chapter 110
123 Chapters
100. Rania nekat
"Kakak ...." Nana membuat bibirnya tersenyum tipis mendengar lirihan Renan. "Mandi, ya ... kau harus mandi agar tubuhmu lebih rilex lagi. Aku akan membantumu …," tawar Nana dengan mengelus bahu pria itu untuk memberikan penenangan. Dalam keadaan seperti ini, orang seperti Renan hanya butuh tempat bersandar dan orang yang mengerti dengan dirinya. "Aku mandi sendiri saja seperti biasanya ...." balas pria itu dan kembali memandang air hujan yang sejak tadi tidak ingin reda sebentar. Lalu, Nana berjongkok dan melepaskan kaos kaki yang sedang dikenakan oleh Renan. "Baiklah, jika itu maumu. Kakak tidak akan memaksa ...." "Terima ka-" Cklek! Pintu mansion milik Renan terbuka dan menampilkan seorang wanita bertubuh tinggi dengan penampilan swag-nya yang memakai topi baret gelap. Tangannya menjatuhkan koper bajunya saat melihat Nana yang sedang membantu Renan melucuti kaus kaki. "R-rania," reflek Renan saat melihat siapa wanita yang datang dengan wajah sedikit tirus dan tubuh yang sema
Read more
101. Tawaran Jeffrey
"Kakak Rania!!" "Iya?" Rania membalikkan tubuhnya saat ada yang memanggilnya. Bisa-bisanya dia menemukan seseorang yang mengenalnya di German. Tapi, dirinya juga reflek menoleh, mana tau bukan dirinya yang dipanggil, hanya nama saja yang sama. "Nah, kan bener. Ini Kakak," ucap Jeffrey yang sudah berhasil berdiri di depan Rania. Senyum dengan dimple yang dalam bisa membuat wanita mana saja meleleh. "Hah? K-kau Jeffrey, bukan?" Rania memajukan wajahnya, menelisik wajah laki-laki yang ada di depannya, sungguh sulit dipercaya jika itu adik tingkatnya. "Benar. Kakak sedang apa disini?" "Mengejar sesuatu." "Renan, ya?" Seolah tahu apa yang terjadi, Renan membuat Rania salah tingkah. Rasanya seperti satu dunia tahu bahwa Rania sekarang tengah mengejar Renan. Lalu, Rania berusaha menyimpulkan senyumannya. "Kau tahu?" Nada bicaranya mengecil di akhir. "Tahulah, feed ig renanadtm97 isinya foto anyarst95 semua, haha …," tawa Jeffrey dengan menampilkan senyum lesung pipitnya. Tangannya b
Read more
102. Kekesalan Renan
"Kakak! Kakak! Bantu aku sebentar! Aku di kamar mandi! Kakak …," teriak Renan yang sudah memasang kolor dengan asal. Tidak ada jawaban dari Nana, Renan terus kembali memanggil kakaknya. "Kakak! Apa kau dengar aku! Kemarilah, aku butuh bantuanmu!" Cklek. Seorang wanita telah membuka pintu kamar mandi Renan dengan hati-hati, membuat Renan terkejut dan reflek bergerak menutupi pahanya yang terpampang dengan jelas. Paha sexy berotot idaman para wanita itu bisa dilihat sempurna oleh Rania. "Kau butuh bantuan? Kakakmu sedang ke pasar," tawar Rania yang masih berdiri diambang pintu dengan tatapan biasa saja. Tidak memperhatikan yang lain karena tidak berminat, dia murni ingin menolong. "Tidak! Pergilah sana, aku tidak butuh bantuanmu!" tolak Renan dengan suaranya yang begitu keras. Mendengar penolakan Renan, Rania menatap ke arah kaki pria itu dan mendapati celana tidur Renan yang masih tergantung di dekat tisu toilet. Jelas, pria itu sangat membutuhkan bantuan. "Aku akan membantumu mem
Read more
103. Menyakiti Rania terus-menerus
"Memang dia siapa? Aku sedang mengobrol bersama Kakak dengan tenang dan dia ikut menimbrung. Merusak mood-ku saja, aku jadi tidak berselera untuk melanjutkan makan, huh!" kesal Renan dan kembali berfokus pada Nanan yang ada di depannya. Tidak peduli pada perasaan Rania yang mungkin terluka akibat perkataan kasarnya. Tes! Satu bulir air mata Rania turun tanpa permisi, buru-buru Rania menghapusnya dengan cepat dan menaruhkan daging mentah tersebut ke dalam wadah mangkuk yang cukup besar. Setelah itu, ia melanjutkan mencuci sayuran dan kembali ke dalam kamarnya. Tidak ada yang dia ucapkan, langkah kakinya juga tidak menandakan dia marah, wanita itu mampu mengontrol emosinya agar tidak menangis di depan Renan. Mata Renan juga terus memperhatikan Rania yang berjalan dengan santai tanpa menegur laki-laki itu lagi. "Cih! Lewat dia di depanku! Semakin merusak ketenanganku sekarang!" Rania meneguk ludahnya susah payah dan dengan cekatan menutup pintu kamarnya. Setelah pintu tertutup, bar
Read more
104. Kehidupan baru Raihan
"Selamat atas peluncuran atas brand-mu sendiri, kau gadis yang hebat." Raihan menyodorkan tangannya pada seorang gadis yang ada di depannya. Si gadis menerima jabatan tangan dari Raihan dengan senyuman yang merekah cantik. "Terima kasih, Mas. Akhirnya, aku bisa mendapatkan apa yang aku mau," ungkapnya, terlihat wajahnya yang berseri-seri karena sedang bahagia. "Kau memang penuh ambisi dan layak mendapatkan semua ini," tutur Raihan lagi sambil melepaskan jabatan tangannya. Sesekali, dia melirik ke arah perempuan berambut panjang hitam yang sedang berdiri sendirian dan tidak punya teman untuk sekedar mengobrol. Jeni tersenyum miring menanggapi seniornya tersebut. "Benarkah? Aku tersanjung mendengarnya. Aku pikir wanita dengan paras good looking sangat mudah mendapatkan apa yang mereka inginkan," sarkasnya dengan menyindir seseorang yang jelas Raihan tahu. "Perkataanmu ada benarnya dan ada juga poin yang salah, aku rasa kau mengerti maksudku." Jeni terkekeh kecil mendengarnya. "Aku
Read more
105. Mengerjai Rania
"Tidak! Sanalah pulang sendiri! Sudah puas kan lihat aku yang berjalan sendiri? Itu mau dirimu, kan? Sana pulang!" desak Renan, mata tajam seperti elang itu hampir meruntuhkan pertahanan Rania. Tapi, syukurlah Rania masih mampu menahannya agar tidak menangis hebat di depan laki-laki itu. Dengan berat hati Rania menundukkan kepalanya dan menggeser tubuhnya perlahan ke samping dan berbelok ke jalur kanan lorong rumah sakit. Tanpa pamit lagi, Rania langsung mengayunkan kakinya meninggalkan Renan dan Nana dengan tangisan pecah tanpa suara. Akhirnya, dia meluruhkannya sendiri tanpa dilihat oleh orang lain. Renan memperhatikan punggung Rania yang semakin jauh pergi meninggalkannya. "Ini yang terakhir dan maaf …," gumam Renan. Setelah ini, dia akan benar-benar meminta maaf yang banyak pada wanitanya. Bukankah ini terlalu kejam, Ren? *** Sudah hampir tiga jam lebih atau lebih tepatnya hampir pukul 23.00. Rania masih setia duduk di bawah bangku taman seorang diri. Dia tidak berniat pulang
Read more
106. Hari pernikahan Rania
"Cantik …," gumam Rania saat dirinya bercermin dengan gaun putih sederhana yang terpasang dengan indah di tubuhnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja dan diiringi polesan make up kuat di bagian wajah. "Tentu, kau kan adikku makanya cantik …," ucap Yogi yang memperhatikan adiknya dari pantulan cermin. Dirinya terlihat kurang sehat karena kehilangan jejak dari sang istri. Beginilah dia sekarang, membuntuti Rania akhir-akhir ini. "Mas terlihat kurang sehat, jika nanti ku-" "Dimana Irene?" Rania tercekat atas pertanyaan Yogi yang memotong ucapannya. "Mas ... kalian sudah berpisah, apalagi yang Mas mau? Bukannya itu pilihan sepihak dari Mas sendiri? Biarkan Kakak Irene bahagia dengan hidupnya, jangan mengusiknya lagi," jawab Rania dengan datar. Dia dapat melihat pantulan wajah Yogi dari cermin, ekspresi itu menyedihkan. "Aku tahu, aku menyesal Rania. Katakan padaku dimana Irene?" "Anya tidak tahu," jawab Rania dan langsung berpura-pura mencari sesuatu dalam tasnya. Dia
Read more
107. Menuju altar pernikahan
Sebelum Renan mengikrarkan janjinya, dia menyempatkan memberi senyuman pada Rania dan kembali menghadap ke arah pendeta. Matanya terpejam sebentar dan menarik napas dengan dalam. "Aku Renan Aditama menerima untuk bersedia menjadi suami dari Rania Arsita. Aku bersumpah pada Tuhan dan berjanji, bahwasanya hanya akan ada satu wanita untuk menemani di masa muda dan tuaku kelak. Aku dengan sangat yakin akan mencintai istriku dengan tulus dan menjaganya lebih dari aku menjaga diriku sendiri. Aku menerima Rania Arsita sebagai bagian dari hidupku. Tuhan, restuilah aku sebagai kepala rumah tangga yang baik untuk keluarga kecil yang akan kami bangun. Terima kasih, sudah percaya dengan menitipkan satu malaikat tanpa sayap ini untuk aku jaga sampai akhir hayatku nanti." Tes!Bulir air mata Rania menetes begitu saja, ucapan janji Renan sungguh membuat hatinya bergetar. Baginya, kehadiran Renan membuat pengaruh besar untuknya. Ia berharap akan mampu menjadi istri yang berbakti pada suaminya ini da
Read more
108. Kolega ayah
"Menurut pada suami." Dengan berat hati, Rania melepaskan kalungnya dan diberikan pada suaminya. Bibirnya sedikit cemberut karena tidak jadi memakai kalung, padahal dia ingin memakai perhiasan agar terlihat lebih mewah nantinya. Renan pun tersenyum miring dan melayangkan kecupan hangat di pipi sang istri. Kakinya melangkah ke arah lemari dan menaruh kalung Rania di dalam laci. Setelah itu, dia mengeluarkan sesuatu dan berbalik lagi ke hadapan Rania. Sekarang, mata Rania dipenuhi dengan pemandangan abs Renan yang begitu kekar dan menggoda. Buru-buru Rania menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak kalap menyentuh perut suaminya. Set! Renan memasangkan kalung lain ke leher Rania. Iya, dia hanya ingin istrinya memakai barang-barang darinya saja mulai sekarang. "Pakai yang ini karena ini dari suamimu." Rania menunduk dan menyentuh kalung tersebut. "I-ini untukku, mewah s-sekali." "Tentu, aku sudah jauh-jauh hari membelikannya untukmu. Jadi, mulai sekarang harus pake kalung ini saja
Read more
108. Keputusan Renan
18+ "Apa masih perih?" "S-sedikit ...." Rania membuka kedua matanya dan mendapati Renan dengan tatapan dalam memperhatikan dirinya. "Tatapanmu, kenapa seperti itu? Menakutkan ...." "Tatapan cinta, Sayang." Rania sedikit menurunkan pandangannya ke arah dada Renan. "Abs yang sangat jantan, kekar dan menggoda …," ungkap Rania. Jari-jari lentiknya mengusap dari dada ke perut Renan dengan gerakan menyentuh yang menggoda suami tampannya tersebut. Renan tidak bisa mengelak, sentuhan Rania sungguh nikmat dan membuatnya ketagihan. "Enak. Aku tidak menyangka bahwa kita sudah bersama. Rasanya, baru kemarin Rania menolakku, sekarang sudah satu ranjang berdua dan bersentuhan ...." Jari-jari Rania naik ke atas dan menyentuh jakun milik Renan, bibir kemerahannya juga menciptakan sebuah senyuman saat jakun milik suaminya naik turun berulang kali. "Dulu, aku pikir hanya akan menganggap adik. Ternyata, suamiku kerja keras untuk membuktikan keseriusan cintanya. Perempuan mana yang bisa mengabaika
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status