All Chapters of Budak Nafsu Big Boss: Chapter 11 - Chapter 20
36 Chapters
Bab 11 Anjani Hamil.
pov Ayudya dan Barata. Bergegas Barata mendekati meja, dan meraih gelas yang berisi minuman berwarna oranye serta menciumnya. "Tak ada bau aneh? Tapi kenapa Anjani terkapar?" Barata meletakkan lagi gelas itu, melangkah meninggalkan ruang dapur menuju ruang tengah tanpa ingin ke kamar Anjani. Ia merasa gengsi di depan Ayudya jika dirinya memperhatikan Anjani seorang babu. Sedangkan di kamar Anjani. Ayudya sibuk menghubungi dokter pribadinya yang sebentar lagi akan datang memeriksa Anjani. Beberapa menit kemudian, Anjani sudah sadar dari pingsannya. Ia kaget melihat Ayudya dan bibi Suti ada di kamarnya. Mata Anjani berputar -putar memandang orang- orang yang berdiri di depannya secara bergantian. "Bik, kenapa semua ada di sini?" tanya Anjani sambil mengangkat tubuhnya untuk duduk. "Kamu pingsan Anjani," sela Ayudya. "Istirahatlah dulu, dokter akan segera datang." "Terima kasih Nyonya," ucap Anjani pelan. Ayudya hanya memgangguk, dan mengatakan sama bibi Suti agar bibi Suti t
Read more
Bab 12. Ayudya curiga
Pov Ayudya dan Barata. Andi menyipitkan matanya, ia terlihat bingung dengan pertanyaan bos wanitanya ini. "Memang kenapa dengan suster Anjani, Nyonya?" Ayudya manggut- manggut dan tersenyum, "Bukankah kalian sudah dewasa, tak usah menutup- nutupi. Aku tau kalau kalian pacaran." Andi tersentak. Sambil geleng-geleng kepala. "Mmm, saya ... Saya tidak pacaran Nyonya, sama suster Anjani." Ayudya tak percaya begitu saja, mendengar ucapan Andi, ia yakin ada kedekatan khusus antara Andi dan Anjani yang mereka rahasiakan. Sebab Andi punya istri. Ayudya menghela nafas, seperti menahan beban yang menghimpit. Ia diam sejenak. "Tapi apakah ucapanmu dapat dipercaya? Coba bicara jujur padaku Andi. Yakinlah aku tak akan membocorkan semua ini. Sebab kau tau Anjani Hamil!" "Hah, Hamil ...?!" Mata Andi membulat sempurna. "Ya Andi, maka aku ingin penjelasan kamu, kasian Anjani, dia belum bisa diajak bicara danasih syok. "Demi Allah Nyonya, saya nggak ada apa apa sama suster Anja
Read more
Bab 13. Anjani pergi.
"Dasar wanita jalang, kenapa sampai hamil? Bodoh kenapa tak memakai alat kontrasepsi?" umpat Barata yang ingin rasanya Anjani menampar mulut bosnya itu. Perlahan Anjani bangkit dan duduk, memandang tajam Barata, seolah merasa dialah yang benar. Anjani tetap mengambil sikap diam, ia tak mau amarah Barata semakin memuncak. "Kamu tau resiko apa yang bakal menimpaku? kalau sampai orang tau, dan menyebar luaskan ke awak media, aku menghamili seorang babu sepertimu, bakal jatuh reputasiku!" Pikir pakai otak, Anjani." Barata tak bisa menahan emosinya, bergegas melangkah keluar serta kembali dengan membawa sebuah amplop berwarna coklat. "Ini, biaya untuk menggugurkan kandunganmu, aku tak mau bayi itu lahir." Barata melempar amplop itu tepat mengenai wajah Anjani. Anjani tetap tak menyurakan suara sepatah kata pun. Hanya nafasnya yang memburu dan matanya berkedip kedip menahan amarah yang tersimpan dan bakalan meledak. "Mulai besok kamu harus meninggalkan kota ini." Barata m
Read more
Bsn 14 Anjani pergi.
Anjani terdiam sesaat sewaktu berada di pertigaan jalan, ia bingung harus pergi kemana. Hari merayap semakin gelap. Ia berjalan ke arah kiri mengikuti arah ketika Anjani mengantar Aura ke sekolah. Ia berjalan lurus dengan tas pakaiannya berada di pundak kanan sedang tas kecilnya berada di pundak kiri. Mata Anjani terus menatap kiri dan kanan. Siapa tau ada rumah yang di kontrakan. Tapi Anjani tak yakin kontrakan itu bisa Anjani bayar. Sebab kota besar apalagi di pinggiran jalan pastilah mahal. Dan uang yang di kumpulkan Anjani dari Barata sudah terkumpul tiga puluh juta, tambahan kemarin lima belas juta. Semua terkumpul empat puluh lima juta. Tapi hidup di Jakarta segalanya serba mahal, ia kalau di kampung Anjani. Anjani berhenti tepat di perempatan jalan. Ia berdiri termangu di bawah rambu- rambu lalu lintas, ia memandang sekeliling gedung- gedung bertingkat dengan gemerlapnya lampu warna warni. Ia semakin bingung harus kemana lagi. Kalau lurus pastinya menuju kota besar, ke
Read more
Bab 15 Anjani di usir warga.
Tangan dan bibir Anjani gemetar, saat terdengar suara dari dalam ponsel. "Haloo Mbak, aku Arini." Anjani menarik nafas lega. Dirinya yang mengira yang telpon adalah keluarga dari Barata ternyata Arini adiknya dari kampung. "Ya Allah Arini, kenapa nomormu kamu ganti?" "Ia mbak ke blok, gimana mbak uang bulananku sudah habis, kok belum Mbak kirim?" Anjani kembali menarik nafas panjang, dengan mata melirik Ranti yang duduk di pojok kamar dengan pura-pura tak mendengar pembicaraan Anjani. "Arini ... Kau tau, Mbak sekarang lagi nggak bekerja di rumah tuan Barata, sekarang aku sedang mencari pekerjaan. Aku menginap di rumah teman sambil cari pekerjaan." "Lho kok bisa, Mbak dipecat ya? Tapi aku tak mau tau, Mbak harus mengirim uang secepatnya, hidup keluarga kita bergantung pada Mbak? Bagaimana sekolahku, dan sekolah Alfan? Aku nggak mau tau, besok Mbak segera kirim uang untuk keluarga kita, sudah itu titik." uncap kesal Arini sambil menutup pembicaraannya, tak menggubris
Read more
Bab 16. pertemuan dengan tante Bety.
Anjani menatap sekeliling, ia merasakan berada di tempat yang aneh. Segalanya serba putih. Kepala di perban dan tangannya di beri selang infus. "Kenapa aku ada di sini?" batin Anjani sembari mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya. Dua orang wanita memakai baju putih- putih masuk, tersenyum menyapa Anjani. "Alhamdullilah, Nyonya sudah melampaui masa kritis, semalam Nyonya mengigau terus memanggil nama Barata."Anjani tersentak. "Aku mengigau? Menyebut nama Barata?" lirihnya, yang terdengar ke dua suster itu. "Ya, Nyonya, Nyonya mengalami kecelakaan, beruntung kandungan ibu baik- baik saja. Kalau boleh tau siapa tuan Barata. Biar pihak rumah sakit yang menghubungi."Dengan cepat Anjani mengatakan, "Tidak ...! Mungkin itu faktor kebetulan saja." ucap Anjani. Suster itu tersenyum. "Ya tapi Nyonya tak usah khawatir, sebentar lagi keluarga Nyonya datang kesini, semalam sudah menyelesaikan administrasinya." Anjani semakin bingung, mendengar kata-kata suster menyebut keluarganya
Read more
Ban 17 Permainan cantik Tante Bety
"Maaf saya tadi ketiduran," ucap Anjani tergagap, "dimana bibi Nur sama Ain Tante?" "Ain sudah ada yang mengurusi, sengaja aku membayar suster ini. Untuk mengurus Ain," ungkap tante Bety datar. Anjani tersentak. "Apa? Dia anakku Tante, yang ber hak mengurus aku?" Dengan senyum sinis tante Bety memandang lekat Anjani. "Memang selama ini, kau mengasuhnya?" Tante Bety berdiri menghampiri Anjani. "Sudah kau tak usah mengurusi Ain, kamu urusi pekerjaan yang baru aku berikan padamu, paham!" Anjani dengan cepat melangkah ke belakang dengan memanggil- manggil Ain. Namun tak terdengar suara anak kecil. Bahkan bibi Nur juga tak terlihat batang hidungnya. Dengan rasa jengkel Anjani kembali menemui tante Bety. "Tante, kemana Ain? Aku ingin menemuinya sebentar!" Anjani mengucapkan dengan nada tinggi. Namun perkataan Anjani tak digubris oleh tante Bety, tante Bety malah asyik mengobrol dengan suster Mila, yang mana nantinya bakal mengasuh Ain. Anjani semakin jengkel melihat ke tid
Read more
Bab 18 pekerjaan baru Anjani.
Mobil berhenti tepat di sebuah hotel yang nampak hotel ber kelas. Sangat terlihat bangunannya bertingkat menjulang tinggi. Dan kamar tampak besar dan tertata rapi serta terdapat kolam renang di belakangnya. "Anjani, nama yang cantik, sesuai dengan wajahnya yang cantik pula" Puji Antony sembari menyibakkan rambut Anjani yang tergerai tak beraturan ke belakang telinga. Anjani hanya berdiri terpaku di depan Antony dengan menundukkan kepala. Ia hanya diam menikmati alunan jari-jari tangan kekar Antony yang menelusuri setiap lekuk tubuh Anjani. Ia teringat ancaman tante Bety. Kalau dirinya tak boleh berbuat ulah. Ia harus menuruti kemauan Antony sebab Antony sudah membayarnya. Disamping itu, Anjani merasakan dirinya sangat kotor dan percuma jika ia menolak dan memberontak pada Antony. Anjani pun pasrah ketika Antoni mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Serta melucuti pakaian Anjani Namun Anjani menemukan Antony bukan laki-laki kasar, tidak seperti Barata dan teman-temannya yang
Read more
Bab 19 Fitnah.
"Dasar tolol, apa yang telah kau lakukan? Hingga tuan Antony marah dan tak mau membayar!" teriak tante Bety setelah berada di rumah. Anjani bingung, hanya soal sepele. Gara-gara Anjani jatuh dan Hag nya patah itu yang jadi masalah. "Saya melayani tuan Antony dengan baik, Tante." Mata tante Bety melotot, "Apa ...? dasar pembohong! Kamu belum tidur sama tuan Antony. Kamu menolak ketika di bawa ke sebuah hotel, dasar sok suci!" Anjani memejamkan matanya rapat-rapat, ia gigit bibirnya perlahan, untuk mengurangi beban dalam hatinya, "ya Allah, ternyata semua laki-laki itu sama, di sana sini sama saja, mereka tukang fitnah agar tak membayar." batin Anjani. "Jangan sok suci, berapa laki-laki yang sudah meniduri kamu, hingga anakmu tak punya bapak?" lanjut tante Bety, melangkah meninggalkan Anjani yang terus diam tak menjawab sepatah kata pun, bagaimana mau menjawab? Anjani mau membuka mulut saja beribu-ribu kata sudah terlontar dari mulut tante Bety. Tapi beruntung tante Bety t
Read more
Bab 20, tamu yang baik hati.
"Kenapa takut Sus? Coba aku gendong," ucap Anjani mengacungkan ke dua tangannya ke arah Ain. Namun Ain malah menangis keras, memeluk erat suster Mila sambil meminta agar menjauhi Anjani. Anjani terdiam menatap Ain dengan rasa kecewa. Timbul kucurigaan Anjani, pasti ada sesuatu yang di sembunyikan Suster dan tante Bety. Mungkinkah Anjani percaya adanya orang pintar yang bisa anak kecil lupa pada ibunya. Anjani berdiri lagi dan berusaha membujuk Ain. "Ain Sayang, lihat ini mama, lihat sebentar saja. Mama kangen Sayang, lihat ini mama." Nada terbata menyeringai suara Anjani dengan terus memegang Ain dan mengusap kepala Ain. Namun Ain malah menjerit-jerit tanpa melihat Anjani sambil menunjuk ke arah lain, agar Suster menjauhi Anjani. "Suster ada apa dengan Ain, padahal baru kemarin ia tak bertemu aku, kok semudah itu Ain tak mengenaliku."Suster Mila hanya menggeleng, dengan menepuk nepuk pantat Ain dengan lembut. Tanpa berusaha membujuk Ain dan memberitahu kalau yang di depan mama
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status