All Chapters of SIKSA BATIN ISTRI TUAN MUDA : Chapter 41 - Chapter 50
68 Chapters
Ch 41 Mengganti Celana Dalam
Rex melongo mendengar ucapan Marina. “A-apa?” engah sang Tuan Muda menggeleng tak percaya. “Kamu mau apa?”“Aku mau membersihkan badanmu. Itu baju sudah basah semua, harus diganti, ‘kan?” senyum Lyra dengan sabar. Dalam hati, sebenarnya dia juga berdebar. Bagaimana tidak sabar? Selama menikah, tak pernah sekali pun menyentuh atau melihat kejantanan sang suami. Namun, supaya Rex tidak semakin risih, dia berusaha terlihat biasa saja. “Kamu gila! Aku tidak mau!” geleng Rex dengan wajah sontam memerah. Lyra hanya tersenyum, lalu keluar kamar. Ia melihat seorang perawat sedang berlari, “Maaf, bisa meminta satu set sprei dan selimut? Saya dari kamar VVIP. Pasiennya buang air kecil di atas ranjang hingga harus segera diganti.”“Maaf, kami akan segera datang dan mengganti setelah selesai dengan pasien kritis di kamar lain,” ucap perawat sedikit terengah. Menggeleng, Lyra kemudian menanggapi, “Cukup berikan saya set sprei, dan saya yang akan menggantinya.”“Mbak yang akan mengganti? Memang
Read more
Ch 42 Bentukannya Beda
Jantung Lyra semakin berdetak tidak karuan saat ia menurunkan celana dalam mantan suaminya. Tidak ada pilihan selain berbuat total dalam membersihkan tubuh lelaki itu. Jika Rex menutupi wajah dengan bantal karena malu, Lyra menggigit bibirnya karena gugup akibat melihat kejantanan sang suami yang masih tertidur pulas di antara kedua kaki. ‘Ya, ampun! Jadi, seperti itu bentuknya?’ teriak Lyra menahan keinginan untuk menjerit, tertawa, tergelak, teriak, dan entah apa lagi.‘Sial! Kenapa dia diam saja? Apa dia sedang memperhatikan kemaluanku? Sialan! Sialan! Aku malu sekali! Kenapa dia tidak berbuat apa-apa? Jangan-jangan dia sedang mengambil foto dengan ponselnya!’‘Bisa saja dia dendam, lalu menyebarkannya di internet, ‘kan? Kurang ajar!’ Mendadak Rex menjadi geram dan ia spontan menarik bantal dari atas wajahnya. Tidak mau sampai fotonya saat telanjang begini menjadi viral di dunia maya. Apa kata dunia?Ia langsung membentak, "Kenapa kamu diam saja!"Lyra yang sedang tertegun melih
Read more
Ch.42 Jangan Berpikir Macam-Macam!
Kedua pemuda itu terkejut saat melihat hanya ada satu ranjang. Saling tatap selama beberapa saat, kemudian sama-sama memalingkan wajah. Kebingungan melanda, beserta rasa gugup.“Kita ke kamar Papa!” perintah Rex.“I-iya, Mas!” angguk Lyra mendorong kembali kursi roda mantan suaminya keluar. Mengetuk pintu kamar Harlan, keduanya mematung dengan wajah tegang. Begitu pintu dibuka, Rex spontan bertanya. “Kenapa hanya ada satu ranjang di kamar?”“Memangnya kenapa?” Harlan balik bertanya. “Kenapa? Bagaimana aku dan Lyra bisa tidur kalau hanya ada satu ranjang?”Kening Harlan mengerut, “Ya, kalian tidur di atas ranjang itu. Maksudnya bagaimana dan kenapa? Papa tidak paham,” jawab sang ayah mengendikkan bahu.“Pa, itu ... uhm ... aku dan Mas Rex kan sudah bukan suami istri lagi. Jadi, tidur satu ranjang sepertinya agak bagaimana?” ucap Lyra lebih mempertegas. “Aku mau pindah kamar yang double bed!” tukas Rex lebih memperjelas lagi.“Tidak ada lagi, hanya itu yang tersisa,” senyum Harlan. “S
Read more
Ch.43 Sudah Bertukar Nomor Telepon
Selesai diperiksa oleh Dokter Ian untuk screening awal, Rex dan Lyra kembali menunggu di luar ruang periksa. Lelaki itu memandang sekilas pada sang mantan istri. “Sepertinya kamu berbinar sekali hari ini?” sindirnya datar.Lyra menoleh, memasukkan ponsel ke dalam tas kecil. “Berbinar bagaimana, Mas?”“Ya, tidak tahu. Sepertinya kamu senang sekali? Ada apa memangnya?” Rex lanjut menyindir.“Senang yang bagaimana?” Dan Lyra tetap tidak tahu. Menghela napas kasar, Rex menggeleng, “Sudah, lupakan saja!”“Baik, Mas,” angguk Lyra menurut dan tersenyum. Ia sama sekali tidak tahu yang disindir adalah percakapannya dengan Dokter Ian barusan. Rex cemberut karena mantan istrinya itu begitu polos dan tidak sadar apa maksudnya. Semakin cemberut saat Dokter Ian keluar dari ruangan dan menghampiri mereka kembali.“Mari, saya antar ke ruang tunggu yang pertama, yang di dekat tempat praktek Dokter Makoto,” senyumnya ramah dan memegang kursi roda Rex.Lyra berdiri, berjalan di samping sang dokter y
Read more
Ch.44 Hatinya Terbuat Dari Apa
Rex menatap jengkel pada ponsel Lyra. Nama Dokter Ian ada di ponsel sang istri membuat hati sangat tidak nyaman. Entah mengapa, tetapi rasa tidak terima dan ingin marah mendadak muncul ke permukaan.Suara air shower di kamar mandi sudah berhenti. Ia mematikan layar dan meletakkan kembali ponsel di atas meja. Menggeser tubuh dengan lutut ke bawah tidak bisa bergerak, Rex berusaha sebisa mungkin tidak memperlihatkan dia baru saja mengintip ponsel sang mantan istri.Lyra keluar dari kamar mandi dan melihat lelaki itu bergerak-gerak di atas kasur. “Mau ke mana, Mas? Aku ambilkan kursi roda?”“Tidak, hanya pindah posisi saja,” geleng Rex akhirnya kembali rebahan telentang. “Oh, baiklah,” angguk Lyra kemudian menaiki ranjang, juga kembali merebahkan diri sambil telentang.Dua-dua menatap langit kamar, dengan pikirannya masing-masing. Jika Rex dipenuhi dengan kekesalan atas kehadiran Dokter Ian, maka Lyra dipenuhi dengan bayangan melihat lelaki di sampingnya bisa berjalan lagi.Tanpa sadar,
Read more
Ch 45 Cemburu Buta
Lyra turun ke lobby. Di sana nampak Dokter Ian sedang menunggunya dengan dua kantong belanjaan berisi aneka makanan. Wanita yang polos ini tidak banyak berpikir dan menduga macam-macam.Bagi Lyra, mana mungkin lelaki seperti Dokter Ian ada hati untuknya? Mereka bagai langit dan bumi, sama seperti dia dan Rexanda. Jadi, ia hanya menganggap ini sebagai tanda pertemanan saja.“Aduh, Dokter ini kenapa selalu repot-repot membawa berbagai jajan untuk saya?” ucapnya menggeleng sungkan.Ian tertawa. “Siapa yang repot? Kebetulan, kalau pulang dari rumah sakit selalu lewati hotel ini. Jadi, aku mampir saja.”“Aku pikir, mungkin kamu kelaparan tengah malam dan tidak tahu harus mencari makanan ke mana. Kalau kukirimi jajan, paling tidak kamu aman!” kekeh lelaki tinggi dan manis tersebut. “Terima kasih banyak, ya. Lain kali, tidak usah begini. Saya jadi sungkan sendiri, Dokter,” angguk Lyra menerima dua kantung makanan tersebut.Mereka kemudian duduk di kursi lobby saling berhadapan. Kantong bela
Read more
Ch.46 Saling Bingung
Mata Rexanda dan Lyra saling tatap. Keduanya terjebak dalam situasi yang tidak pernah mereka bayangkan bisa terjadi. Bahkan, wanita itu sempat berpikir ia sedang bermimpi. Napas Rex bagai berhenti tiba-tiba saat Lyra membuka mata dan menatapnya bingung. Ia sendiri juga bingung, bagaimana menjelaskan mengapa bibirnya bisa ada di kening sang mantan istri?Didorong oleh ego dan harga diri yang tidak ingin terlihat lemah atau memelas di depan Lyra, detik itu juga Tuan Muda Adiwangsa berimprovisasi. “Kamu sengaja, ya?” tanya Rex menahan engah. Dengan cepat, ia lepas pelukan di pundak Lyra. Bahkan, ia segera menggeser tubuhnya dan sedikit mendorong perawat manis tersebut.Lyra tidak paham, “Sengaja? Sengaja apa, Mas?”“Kamu sengaja tidur di dadaku dan menyentuhkan keningmu di bibirku, ‘kan? Ada apa? Mencoba merayuku?” kilah Rex menutupi rasa malu karena ketahuan terbawa perasaan terhadap mantan istrinya. Makin Lyra terbelalak, “Aku merayumu? Tidak mungkin, Mas! Aku tidak akan berbuat beg
Read more
Ch.47 Kamu Naksir Dia?
Pertanyaan Rex membuat Lyra terbelalak bingung. Pun Dokter Ian, sontak senyum lebar di wajahnya hilang, berganti dengan kening yang mengernyit. “Mas! Jangan be—” Lyra menggigit bibirnya, tidak jadi menyelesaikan kalimat karena Rex sudah memandangingnya lagi dengan sorot tajam mengintimidasi.“Maaf, apa saya ada salah dengan membawakan camilan?” tanya Dokter Ian masih mengulas sedikit senyum di bibir, walau datar.Rex balik menoleh pada asisten dokter senior tersebut. “Tidak ada yang salah. Saya justru menghindari kesalahpahaman saja.”“Kesalahpahaman apa?” Dokter Ian masih bingung, tetapi ia meletakkan tas belanjaan di atas meja, lalu melirik pada perawat manis. “Aku taruh di sini, ya, jajanannya?”Tanpa berani menoleh, Lyra mengangguk dan sorotnya hanya kepada gelas pudding. Rasanya ingin tenggelam ke dasar samudera karena malu dengan dokter itu. Sikap Rex menurutnya sangat berlebihan, terutama karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan sang mantan suami. Tuan Muda Ad
Read more
Ch.48 Meminta Pijat Manja
“Cemburu? Cemburu yang bagaimana, Pa? Siapa yang cemburu?” Lyra menatap gugup pada mantan mertuanya. Saking terkejutnya ia sampai tidak bisa mencerna dengan baik ucapan Harlan.“Ya, Rex cemburu dengan Dokter Ian. Tidak suka kamu didekati Dokter Ian,” ulang Harlan terkekeh.Wajah Lyra merah padam. “Ah, Papa ini aneh-aneh saja. Mana mungkin Mas Rex cemburu dengan Dokter Ian? Dan mana mungkin Dokter Ian mendekati aku. Siapalah aku ini, Pa? Hanya perawat lansia lulusan SMA,” gelengnya sambil tertawa lirih.“Selera Mas Rex itu tinggi. Lihat saja Marina. Lalu, Dokter Ian itu juga pasti akan menyukai wanita yang sekelas dengannya. Kalau aku ... duh, mungkin hanya sopir angkot yang suka denganku,” tukasnya kembali tertawa gugup.Harlan mengendikkan bahu, “Kadang, yang lelaki inginkan hanyalah kenyamanan. Siapa tahu dengan kamu merawatnya selama ini, Rex jadi merasa nyaman bersamamu?”“Dulu, dia terus menolakmu, sekarang dia ketergantungan kepadamu. Makanya, dia takut kamu diambil oleh Dokter
Read more
Ch.49 Mak Comblang
Rex melirik terkejut pada ayahnya yang menggelontorkan ide luar biasa. “Apa? Rujuk?”“Iya, rujuk. Kamu dan Lyra sebelum tiga bulan bercerai masih bisa rujuk tanpa harus akad kembali. Ayolah, Papa senang sekali kalau kamu kembali menikah dengannya. Dia adalah wanita yang baik.”Memalingkan wajah, Tuan Muda Adiwangsa tak nampak yakin atau senang mendengar usulan tersebut. Ia menggeleng jengah, “Aku tidak tahu, Pa. Aku tidak tahu dia masih mau menerimaku atau tidak.”“Dia bilang peduli kepadaku, sehingga mau merawatku seperti sekarang. Aku tidak yakin bahwa peduli yang dia maksud adalah perasaan cinta. Bisa jadi dia hanya iba saja, bukan?”Harlan mengendikkan bahu, “Kalau begitu, tanyakan padanya. Cari tahu apa dia mencintaimu atau tidak. Seharusnya itu mudah.”“Mudah kalau aku tidak cacat, Pa! Dalam kondisiku yang seperti ini, sudah kubilang, mana dia mau denganku? Kalau dia mengatakan tidak ada rasa denganku, mau taruh di mana mukaku?” dengkus Rex memicingkan mata kesal. “Ya, paling t
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status