Semua Bab Benih Rahasia Sang Pewaris: Bab 31 - Bab 40
105 Bab
Bab 31. Sudah Berkhianat
Uhuk!Uhuk!Kiara tersedak mendengar perkataan Kenzie, membuatku semakin yakin bila Kenzie adalah putraku.Perlahan-lahan, aku memperhatikan wajah Kiara yang tampak gelisah dan mungkin merasa tertekan. Namun, aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaannya karena sebelum ini aku bahkan tak tahu bahwa Kenzie adalah anakku. Sejenak kami terdiam, tak ada yang mengucapkan sepatah katapun.'Kiara, tanpa tes DNA pun aku yakin bila Kenzie adalah putraku. Lihat saja Kiara, aku ingin melihat bagaimana reaksi kamu selanjutnya. Apa kamu pikir kamu bisa membohongiku.'"Pelan-pelan, apa kamu tidak apa-apa?" ujar Jordi, sambil mengusap bibir Kiara dengan tisu. Sikapnya benar-benar menggangguku.Tanpa disadari, tangan ini mencengkeram erat sendok yang ada di tangan kananku. Hatiku seperti teriris pedang ketika melihat lelaki itu begitu perhatian kepada Kiara."Tidak apa-apa, terima kasih," jawab Kiara."Oh iya, Sayang, apa kamu mau coba ini? Kamu selalu suka kepiting lada hitam, kan?" Marissa menawar
Baca selengkapnya
Bab 32. Menemui Kenzie
Pagi ini terasa sangat berat. Ada begitu banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan dan masalah sepertinya tak pernah berhenti datang. Meskipun begitu, aku terus mencoba untuk fokus agar semua tugas dapat selesai tepat waktu. Pikiranku agak terganggu oleh masalah pribadi, tetapi aku ingat betapa pentingnya untuk tidak membiarkan itu mempengaruhi produktivitasku.Aroma kopi hitam yang menyenangkan berhasil mengalihkan perhatianku. Segera aku meraih secangkir kopi hitam yang telah menanti di dekat meja kerjaku dan menyeruputnya dengan nikmat. Rasanya begitu nikmat dan menghangatkan tubuhku. Kopi selalu menjadi teman setia saat aku butuh semangat.Namun, semangat saja tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas yang menunggu. Meski aku merasa tak mampu, aku harus memaksakan diri untuk terus bekerja agar tidak mengecewakan klien dan rekan kerjaku. Aku mencoba untuk mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan diri sejenak sebelum melanjutkan pekerjaan.Tok! Tok! Tok!"Masuklah!" tit
Baca selengkapnya
Bab 33. Mencari Fakta
"Emm … Kenzie ada, dia sedang ada di kamarnya," ujar Bu Sinta dengan gugup.Setelah beberapa saat, Kiara turun dari lantai atas. Dia terlihat terkejut ketika melihatku ada di sini. Wajahnya tampak tidak ramah kepadaku."Ngapain kamu ada di sini?" tanya Kiara dengan nada tidak sabar."Aku hanya ingin bertemu Kenzie," jawabku sambil mencoba menjaga ketenangan."Tidak ada Kenzie di sini. Lebih baik kamu pergi sekarang!" Kiara mengusirku seperti orang yang tak berguna. Apakah dia pikir aku akan pergi begitu saja? Aku tidak akan menyerah untuk bertemu dengan Kenzie."Kenzie memang tidak ada di sini, tapi dia ada di kamarnya," jelasku dengan sabar, berharap Kiara akan setuju bila aku bertemu dengan Kenzie.Kiara terdiam sesaat sebelum akhirnya menyatakan, "Baiklah, aku akan coba memanggilnya." Dia berlalu ke salah satu kamar di apartemen tersebut.Beberapa saat setelah itu, Kenzie keluar dari kamarnya dan terkejut melihat kehadiranku di sini. "Paman Galak, ternyata Paman ada di sini. Om Jord
Baca selengkapnya
Bab 34. Meminta Maaf
"Paman, Mommy, kenapa kalian diam? Tadi aku mendengar keributan dan Paman bilang aku ini anak paman? Benarkah itu?" tanya Kenzie dengan polos.Aku terdiam melihat bola mata Kenzie yang berkaca-kaca melihat kepadaku. Aku ingin memberitahu dia bahwa aku ini adalah ayahnya, tapi aku tidak ingin membuatnya berharap lebih. Aku ingin memperoleh bukti-bukti terlebih dahulu sebelum membuat jawaban pastinya."Apa yang sedang terjadi di sini?" tanya Ibu Sinta dengan nada yang terdengar khawatir."Tidak ada apa-apa, Ibu," jawab Kiara dengan cepat. "Hanya sedikit perdebatan kecil antara aku dan Keenan.""Apakah kamu baik-baik saja, Paman?" tanya Kenzie terlihat khawatir kepadaku."Iya, semuanya baik-baik saja," jawabku sambil mengusap rambut Kenzie.Saat itu, aku menyadari betapa keras percakapan aku dengan Kiara. Seharusnya kami tidak membiarkan pertengkaran kecil menjadi begitu besar. Aku merasa bersalah karena membiarkan keadaan menjadi seperti ini."Keributan kalian terdengar sampai depan, ma
Baca selengkapnya
Bab 35. Ketakutan Kenzie
Ting! Tong! Ting! Tong!Ketika aku hendak bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit, aku mendengar bel apartemen berbunyi begitu nyaring. Segera kumelangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang. Aku tidak tahu siapa yang berkunjung pagi-pagi begini.Ketika aku melihat di layar monitor kecil yang ada di samping pintu, aku melihat Marissa di depan pintu sendirian. Aku pun segera membuka pintu apartemen.Setelah pintu terbuka, Marissa tersenyum manis kepadaku. "Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini di pagi hari?" tanyaku padanya."Aku datang untuk menemanimu ke rumah sakit. Apa kamu sudah sarapan?" tanya Marissa sambil menatapku."Aku sudah makan sandwich. Silakan masuk. Aku akan bersiap-siap dulu," jawabku pada Marissa.Marissa mengangguk dan masuk ke apartemen. Sementara aku pergi ke kamar untuk mengambil barang-barang yang perlu dibawa.Aku merasa sangat antusias ketika Kiara setuju untuk melakukan tes DNA. Aku sangat berharap bahwa Kenzie adalah putraku. Entahlah, aku
Baca selengkapnya
Bab 36. Hasil Tes DNA
Aku duduk di meja kerjaku, selepas rapat dengan klien. Tiba-tiba, keinginan untuk mengoreksi anggaran departemen keuangan membuatku menghubungi Maria."Halo, Maria …,"ujarku dengan hormat."Ya, Tuan?" sahut Maria dari ujung telepon."Aku butuh laporan selama enam tahun terakhir. Aku ingin mempelajarinya ketika aku absen, kirimkan ke ruanganku secepatnya.""Baik, Tuan," ujarnya.Aku segera menutup telepon dan menatap Bagas yang berada di depanku, mencari tahu bagaimana alur keuangan departemen kami."Ada apa? Sepertinya kamu ingin tahu sesuatu hal?" tanya Bagas."Aku ingin melihat anggaran selama enam tahun terakhir dan bagaimana alokasi dananya, apa aku salah?" tanyaku khawatir seraya menatap ke wajahnya.Bagas menggeleng dan menjawab, "Tidak, tentu saja kamu tidak salah."Ya, anggaran keuangan selama ini menjadi salah satu perhatian utama bagi departemen keuangan. Seperti perusahaan, keuangan departemen kami juga harus terukur dengan baik.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Maria m
Baca selengkapnya
Bab 37. Kehancuran Keenan
Ketika Malam Datang. Aku memandang keluar dari jendela apartemen, dengan pandangan kosong seolah tak tahu apa yang ingin kukatakan. Sudah beberapa botol wine yang kuhabiskan malam ini, namun rasa sakit yang menghujam hatiku tak kunjung berkurang. Keresahanku semakin menjadi-jadi ketika melihat lampu-lampu yang terang bersinar, memberi kesan bahwa di balik dinding-dinding gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, ada kebahagiaan dan damai yang selalu merindukan hatiku.Aku terus berpikir dan memikirkan kejadian beberapa waktu lalu. Tes DNA yang mengejutkan. Hasilnya mencantumkan bahwa anak yang selama ini kukehendaki bukanlah anakku. Kenzie, anak yang kusayangi, bukanlah putraku. Aneh, karena jika kulihat wajahnya dan kesukaan kami sama, semua itu begitu mirip denganku. Semirip pinang dibelah dua.Hati ini merasa sangat pilu. Kenapa ini terjadi? Apa yang salah dengan diriku hingga Kenzie bukanlah putraku? Apakah selama ini aku salah menganggapnya sebagai anak kandungku? Kenzie yang
Baca selengkapnya
Bab 38. Perasaan Tidak Bisa Dibohongi
Pov KiaraAku duduk di balkon apartemenku, menikmati keheningan malam. Namun, kesedihan dan kebingungan memenuhi pikiranku. Hasil tes tersebut memperlihatkan bahwa Kenzie bukanlah anak Keenan. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dan siapa yang telah memanipulasi hasil tes itu.Ketika aku terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, tiba-tiba Sissi memanggil namaku. "Kiara." Aku menoleh padanya yang sudah berdiri di belakangku."Apa kamu sedang memikirkan hasil tes itu?" tanyanya.Aku mengangguk dan melirik ke bawah, memandangi jalan raya yang ramai meskipun sudah malam. "Aku tidak bisa mempercayai hasil tes itu," ujarku.Sissi duduk di sampingku. "Mengapa kamu merasa begitu?""Aku tahu betul Kenzie memiliki kesamaan dengan Keenan, baik dari wajah hingga sifatnya. Namun, hasil tes ini justru menunjukkan sebaliknya.""Aku mengerti perasaanmu, Ara," katanya mengulurkan tangan dan meletakkannya di punggung tanganku. "Tapi, apa pun hasil tes itu, Kenzie masih tetap sama seperti sebel
Baca selengkapnya
Bab 39. Harta Yang Paling Berharga
Ketika pagi hari tiba, kulihat Bi Indri sedang sibuk di dapur memasak sarapan pagi. Sejak beberapa hari terakhir, Bi Indri bergabung menjadi anggota keluarga kami sebagai asisten rumah tangga. Aku merasa senang melihat Ibu menjadi lebih santai karena Bi Indri membantunya dalam setiap pekerjaan rumah tangga. Meskipun Ibu pandai dalam memasak, aku merasa tidak enak melihatnya terus bekerja keras di usia yang sudah tua. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk mencari bantuan dengan merekrut Bi Indri untuk membantu kami.Sambil memperhatikan Bi Indri yang sibuk memasak, aku pun ikut membantu mempersiapkan makan pagi. "Bi, tolong buatkan teh hangat untuk Ibu, ya?" "Baik, Nyonya." Bi Indri pun langsung mengiyakan permintaanku dan mulai membuat teh hangat untuk Ibu."Ayo, Ken, sarapan dulu, Sayang," seruku kepada Kenzie yang tengah asyik menonton kartun di TV.Kenzie pun mengangguk dan segera turun dari sofa. Ia lalu duduk di kursi dan tersenyum kepadaku. "Terima kasih, Mom."Aku senang meli
Baca selengkapnya
Bab 40. Nasib Tragis Kenzie
Tepat pada pukul 20:25 malam, kami sampai di sebuah restoran yang terletak di Tuban. Restoran ini memiliki pemandangan indah yang memukau kami semua. Kami dapat melihat pantai yang cantik di malam hari dengan ombak yang menyenangkan terdengar begitu syahdu.Kami berempat duduk di kursi yang menghadap ke pantai. Walaupun udara dingin mulai terasa, tapi ini semua tak berarti tergantikan dengan keindahan pemandangan yang ada. Kami menikmati keindahan yang dipersembahkan oleh restoran tersebut."Ken, kamu mau pesan seafood?" tanya Jordi kepada Kenzie yang sedang terdiam.Namun, Kenzie hanya menggeleng tegas dan berkata, "Malam ini aku tidak mau makan seafood."Jordi seperti penasaran dengan alasan Kenzie yang berbeda dari biasanya. "Kenapa kamu tidak ingin makan seafood? Biasanya, kamu sangat suka dengan seafood, kan?"Kenzie hanya diam dan tak berkata apa-apa. Sejak dia mengetahui hasil tesnya dengan Keenan yang tak sama, Kenzie menjadi lebih pendiam, cuek, dan terlihat sedih. Aku tidak t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status