All Chapters of Benih Rahasia Sang Pewaris: Chapter 41 - Chapter 50
105 Chapters
Bab 41. Donor Darah
Aku segera menghampiri putraku. Pandangan mataku terasa kabur, tanganku gemetar, dan rasa sesak terasa memenuhi dadaku. Aku terjatuh di aspal dingin sambil memeluk tubuh Kenzie yang lemah. Hatiku remuk dan serpihan tidurku dilanda mimpi buruk yang takkan pernah hilang."Kenzie …."Hiks!Dalam sekejap, impian indah kami berdua pupus. Kenzie, putraku yang paling berharga dan penopang hidup aku, telah pergi meninggalkan sejuta impian, kenangan manis. Aku tahu aku tidak bisa melawan takdir, tapi jantungku tak mampu menerima apa yang terjadi pada anakku."Kenzie ... maafkan mommy. Maafkan mommy yang tak bisa melindungimu," gumamku dengan suara tercekat yang terus berulang-ulang.Sambil memeluk tubuh Kenzie yang beku, aku berlutut di tengah aspal jalan yang padat kendaraan sambil menangis tersedu-sedu. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan karena tanganku terlalu lemah untuk mengembalikan anakku yang sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya yang lemah dan banyak darah segar yang mengalir membuat
Read more
Bab 42. Kekhawatiran Kiara
Ketika aku memasuki ruangan apartemen Keenan, ada sesuatu yang membuat hatiku terasa sakit. Aku tidak pernah berpikir akan melihat pemandangan yang seperti ini. Di depanku, Keenan dan Marissa sedang saling berciuman. "Keenan …" gumamku lirih ketika melihat Keenan dan Marissa tengah bercumbu mesra.Sesaat setelah mereka menyadari keberadaanku, senyum kebahagiaan di bibir mereka menjadi tergantikan dengan wajah tidak senang. "Kiara …" cetus Marissa dengan nada yang seperti terkejut.Mereka segera melepaskan satu sama lain dan menatapku heran. Aku mencoba mempertahankan ketenangan."Mengapa kau datang kemari? Apa kedatanganmu hanya untuk mengganggu kami berdua?" tanya Keenan dengan nada yang menyakitkan.Aku segera menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak tahu kalau kalian sedang bersama.""Mengapa kamu tidak menekan bel terlebih dahulu? Setidaknya, kamu bisa lebih sopan santun." Keenan bertanya dengan sikap sinis."Iya, aku sudah menekannya dari tadi, tapi kalian tak kunjung membuka pint
Read more
Bab 43. Menjaga Kenzie
Setelah menunggu beberapa jam lamanya, akhirnya Keenan keluar dari ruangan transfusi darah. Aku berniat untuk segera mendekatinya dan menanyakan kabar. Namun, Marissa sudah terlebih dahulu menghampiri Keenan dengan wajah begitu cemas. "Sayang, kamu pucat sekali, apa kamu baik-baik saja?" Marissa bertanya sambil membantu Keenan untuk duduk.Keenan hanya menggumam dengan lemah. "Aku baik-baik saja."Aku merasa prihatin melihat wajah pucat Keenan. Aku tidak tahu berapa banyak kantong darah yang telah Keenan donorkan untuk Kenzie, namun aku sangat berterima kasih dengan pengorbanannya karena nyawa anakku terselamatkan. Aku segera mengambil botol minuman yang sudah diberikan oleh Sissi dan berjalan menuju kursi tempat Marissa dan Keenan duduk."Keenan, minumlah," ujarku sambil menyodorkan botol minuman ke arah Keenan.Keenan menatapku sekilas, ia kemudian mengambil botol tersebut dari tanganku sambil mengucapkan terima kasih dengan lemah. Saat ini, aku merasa lega dan bersyukur karena semu
Read more
Bab 44. Perhatian Yang Tulus
Aku menatap putraku, Ken dengan wajah nanar. Dalam keadaan belum sadarkan diri, aku hanya mampu berharap agar putraku segera membuka kedua matanya yang indah. Dengan lembut aku mengusap wajah putraku, aku merasa senang bahwa wajah Ken sudah semakin berangsur tak pucat lagi."Ken, bangunlah, Sayang, mommy ingin melihat senyummu lagi," gumamku lirih sambil memperhatikan putraku.Aku lantas duduk di sebelah putraku, aku merasakan segenap jiwa dan ragaku memperjuangkan kesembuhannya. Melihat makhluk Tuhan yang begitu sangat aku sayangi, yang begitu berarti dalam hidupku, aku tak ingin kehilangannya karena ia adalah alasanku untuk bertahan selama ini.Namun, ketika kejadian mengerikan itu melanda, kekuatan itu mungkin saja tidak cukup. Kepalaku yang penat dan khawatir akhir-akhir ini membuatku kesulitan untuk tidur. Namun, itu tidak sebanding dengan kondisi Keenan, yang terlihat sangat lelah dan pucat di sampingku."Kamu belum ngantuk?" tanya Keenan."Aku tidak bisa tidur," jawabku lirih s
Read more
Bab 45. Sentuhan Hangat Keenan
Kenzie memperhatikan Keenan yang sedang makan dengan menggunakan tangan kirinya. Tiba-tiba ia bertanya, "Paman, kenapa makan menggunakan tangan kiri?"Keenan menjawab, "Tangan kananku kebas.""Tidak boleh makan pakai tangan kiri, Paman. Bagaimana kalau mommy-ku saja yang menyuapi Paman?" Kenzie menyarankan.Kenzie menoleh ke arahku dan bertanya, "Mommy mau kan menyuapi Paman? Kasihan dia harus makan menggunakan tangan kiri."Bibirku terkatup ketika mendengar kata-kata Kenzie, tidak tahu apa yang harus aku jawab. Aku terdiam sesaat sebelum melihat ke arah Keenan dan kemudian mengiyakan permintaan Kenzie."Ya, Sayang. Mommy senang bisa membantu Paman," ucapku dengan senyum ramah. Aku lantas meletakan piring Kenzie yang sudah habis di atas meja, lalu menghampiri Keenan."Biar aku yang menyuapimu," gumamku lembut sambil mengambil alih mangkuk yang ada di tangan Keenan.Keenan hanya memberikan anggukan lemah saat aku mulai menyuapinya. Ketika aku menyuapinya, aku merasa jantungku berdegup l
Read more
Bab 46. Kenzie Pulang
Perlahan tetapi pasti, aku merasakan jantungku semakin tidak terkendali ketika Keenan semakin mendekatiku. Aku meraih lehernya dan memeluknya erat, merasakan kehangatan tubuhnya yang mengalir ke dalam diriku. Kami saling menatap dalam diam, tak ada kata yang terucap, tapi rasanya seperti ada bahasa cinta yang saling terucap antara kami.Aku memejamkan mataku untuk meresapi setiap sentuhan tangan Keenan di atas kulit wajahku. Perasaanku yang canggung dan kaku mulai hilang, digantikan dengan perasaan rindu yang mulai terobati.Ketika bibirku dan Keenan hampir bersentuhan, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan membuat aku terkesiap, begitu juga dengan Keenan. Kami berdua langsung melihat ke arah pintu. Lagi-lagi, aku terkesiap ketika melihat putraku, Kenzie, dan Bagas ada di ambang pintu. Segera saja aku menjauhkan diri dari Keenan, merasa canggung dengan situasi yang terjadi di antara kami.Kenzie dengan polosnya bertanya, "Kalian berdua lagi ngapain?"Keenan menggumam dengan suar
Read more
Bab 47. Menjaga Kepercayaan
"Kenapa Mommy?" Kenzie bertanya padaku dengan wajah bingung.Aku tersadar dari lamunanku dan mencoba memberikan jawaban agar tidak mengkhawatirkannya. "Tidak apa-apa, Sayang"Kemudian, aku meletakkan ponsel di dalam tas dan akan bergegas pergi ke bagian administrasi. "Mommy akan ke bagian administrasi dulu, ya?"Kenzie mengangguk dan setuju akan hal tersebut.Ketika aku hendak melangkah ke luar, tiba-tiba Keenan sudah berada di hadapanku, dan berkata, "Tidak perlu, biar aku saja"Aku merasa ragu dengan usulannya dan mencoba menolaknya. "Tapi …," ujarku. Namun, Keenan dengan tegas dan menatapku sambil berkata, "Kamu bereskan saja barang-barang yang akan dibawa pulang. Biar aku yang kebagian administrasi." Meskipun ragu, aku merasa terharu dengan ketegasannya."Baiklah."Akhirnya, aku pun setuju dan Keenan pergi ke bagian administrasi. Sementara itu, aku memenuhi permintaannya untuk membereskan barang-barang yang akan kami bawa pulang dari rumah sakit. Aku merasa lega karena hari ini p
Read more
Bab 48. Menjadi Asisten
Fina mengangkat alisnya. "Tapi yang aku ucapkan itu memang benar. Wanita ini memang tidak punya harga diri."Keenan yang mendengar ucapan Fina, langsung memandangnya dengan tajam. "Fina! Hentikan omong kosongmu itu, kalau tidak aku akan membuat hidupmu menderita!""Apa yang kamu maksud, Keenan? Kenapa kamu selalu membela Kiara? Apa kamu masih punya perasaan terhadapnya?" tanya Fina dengan nada merendahkan."Aku tidak akan pernah membiarkan siapa pun menghina Kiara, terkecuali kamu!" jawab Keenan sembari menatap Fina dengan serius.Tapi Fina terlihat semakin tidak bisa mengontrol emosinya. "Oh, hebat sekali kamu, Keenan!" Fina menatap ke arahku. "Pelet apa yang sudah kamu berikan pada Keenan, sampai dia begitu tergila-gila padamu?" tanya Fina dengan suara tinggi yang membuat wajahnya merah padam.Aku merasa heran dengan ucapan Fina yang semakin tidak masuk akal. "Apa maksudmu? Kenapa sedari tadi kamu terus saja menghinaku?" tanyaku dengan nada tidak percaya.Tak lama setelah itu, aku m
Read more
Bab 49. Keenan Sialan!
Keenan mengangguk. "Aku ingin kamu menjadi asisten untuk mengurus dan membersihkan apartemenku.""Maksudmu … aku jadi pembantu dan bekerja untuk mengurus apartemenmu?" tanyaku dalam kebingungan."Tepat sekali.""A-apa?""Aku mencari asisten rumah tangga," jelas Keenan dengan tenang, "aku mencari seseorang yang bisa membantuku dengan pekerjaan rumah tangga dan kepentingan pribadi. Aku membutuhkan seseorang yang bisa aku percayai dan dapat membantuku menyelesaikan tugas-tugas harian dengan cepat dan efisien. Kebetulan, kamu menjadi pilihan pertama karena selain aku mengenal kamu, aku juga yakin kamu akan menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik."Aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Aku merasa kebingungan dan tidak mengerti maksud dari semua itu. Apa ia sudah gila? Aku diminta untuk menjadi pembantunya, mengurus apartemennya dan semua kepentingannya? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, apalagi aku bukan seorang pembantu.Namun, pertanyaan masih menghantu
Read more
Bab 50. Hari Pertama Bekerja
Aku terkejut ketika terbangun oleh suara alarm di ponselku, karena aku tahu hari ini aku harus datang tepat pukul 06:00 pagi untuk bekerja di apartemen Keenan. Kuangkat kepalaku dan melihat jarum pendek jam telah menunjukkan pukul 05:55 pagi. Segera aku berlari ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan membersihkan diri.Ketika aku bersiap-siap, terlintas di pikiranku, sepertinya aku tidak akan berhasil sampai ke sana tepat waktu. Aku bertanya-tanya apakah Keenan akan marah padaku jika aku terlambat. Sungguh, ini adalah hari pertamaku bekerja dan aku sangat takut salah berbuat.Setelah aku keluar dari kamar, aku melihat Kenzie duduk di sofa dengan tatapan heran. "Mom, mau ke mana pagi-pagi begini?" tanyanya. Aku tersenyum padanya dan menjawab dengan lembut, "Emm … mommy harus pergi bekerja pagi ini, Sayang. Nanti kamu diantar Tante Sissi ke sekolah, ya."Kenzie mengangguk setuju dan berkata, "Baiklah, Mom, hati-hati di jalan."Setelah berpamitan, langkah ini segera bergegas keluar dari
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status