All Chapters of Pembalasan Istri Yang Teraniaya: Chapter 111 - Chapter 120
124 Chapters
Bab 111
"Brengsek!"batin Addab! Tangannya dia tampak mengepal karena saking emosinya. Diapun merasa frustasi. Wajahnya begitu muram."Apa aku harus menjadi monyet seumur hidup? Hah?"Tidak...! Tidaaaak...!"jerit Addab dalam hati.Saat ini Addab yang ingin sekali berubah wujud menjadi prajurit seperti sedia kala berfikir seolah kesempatan menjadi manusia sangatlah kecil. Oleh sebab itu, dia kemudian melangkah pergi dari sana. Melihat hal itu, Arod merasa heran. Dia mengikuti Addab yang tampak berlari."Kenapa dia malah pergi disaat kondisi seperti ini? Aku tidak habis fikir! Kalau begini bisa-bisa kehilangan jejak? Aku harus ikuti Addab?"Dengan cepat Arod mengejar lalu menangkap Addab disaat dia berhenti."Hai....! Kau kenapa malah pergi dari sana? Saat ini kondisinya sangat darurat? Harusnya kita terus bersiap berjaga di sana sampai melihat ada titik terang?"ucap Arod seraya menatap bola mata Addab yang tampak merah.Karena penasaran ada apa dengannya, lalu Arod bertanya."Hai. Ada apa dengan
Read more
Bab 112
Intan, Haris dan Haikal juga melihat Arod dan Haical. Mereka tampak senang namun juga khawatir karena kondisi yang masih kurang baik untuk Addab dan Arod. Saking takutnya Intan meremas jerusi besi dengan kuat bahkan tangannya tidak berkedip.Saat ini dengan cepat mereka dikepung oleh manusia purba. Addab dan Arod melihat gerak lawannya yang cepat mereka saling memunggungi satu sama lain lalu berkata,"Arod. Aku akan menjadi raksasa, sebaiknya kamu manfaatkan waktu ini untuk membuka jerusi besi itu,"ucap Addab."Apa kamu yakin bisa melawan mereka sendiri? Apa kondisi kamu sudha benar-benar pulih?"tanya Arod memastikan."Arod. Aku akan berusaha melawan mereka. Jangan sampai Genderwo tahu hal ini. Jika mereka tahu kita bisa ditangkap. Kita tidak bisa memiliki senjata selain kalung liontin milik Intan dan pedang dewi naga yang bisa menghabisinya,"Mendengar ucapan Addab, Arod tampak setuju dengan menganggukan kepala, lalu berkata," Baiklah. Aku percaya padamu!"ucapnya seraya menatap musuh d
Read more
Bab 113
Kalau difikir -fikir tentang itu, Arod betul-betul kesal. Dia memang serigala yang memiliki sifat serius dan keinginan kuat, tepatnya tidak membuang-buang waktu. Mendengar itu Addab yang merupakan seorang prajurit yang memiliki jiwa kepemimpinan dan kuat hanya saja kekurangannya saat itu putus asa tiba-tiba muncul di benaknya."Arod, aku tahu aku salah. Tapi kamu juga salah kenapa kamu malah mengikuti aku? Sementara aku sekarang mampu membebaskan Intan dan yang lainnya. Apa kamu lupa itu?"Addab berkata dengan kesal pasalnya Arod seperti sedang memojokkan dan mempengaruhi yang lain. Dia merasa tersinggung namun masih berusaha sabar, walaupun bagaimana dia adalah pribadi yang baik.Suara Arod dan Addab yang tampak sedang tidak baik-baik saja membuat suasana semakin tidak enak.Lalu, Intan yang tidak terlalu tau duduk permasalahan mereka menyadarkan agar fokus untuk yang ada di depan mata."Tapi Intan, Arod yang memulai duluan,"tutur Addab. Dia berbicara seraya sejenak mengedipkan mata
Read more
Bab 114
konon katanya pedang naga Dewi berada di sebuah kotak dan di dalam gua, oleh sebab itu, mereka malam itu mempersiapkan untuk masuk ke dalam gua.Setelah mereka istirahat dengan puas, lalu mereka bersiap siaga.Mereka semua ikut. Ara dan Ira sebagai petunjuk di mana dirinya melihat kotak itu. Semangat kami membara pasalnya memiliki harapan besar untuk mendapatkan pedang dan memberantas genderwo.Addab yang memiliki kemampuan dapat menghilang memudahkan jalannya.Saat ini mereka semua berada di dalam gua. Dan benar, di sebuah ruangan terdapat sebuah kotak. Namun anehnya kotak itu hanya dapat dilihat oleh Ara dan Ira yang mana darah keperawanannya berada di sana.Ara dan Ira bekerja sama membuka kotak itu dengan kunci yang menempel di kota. Dan saat dibuka, pedang naga Dewi nampak memancarkan cahaya.Dan sekarang, mereka semua bisa melihat keberadaan pedang naga Dewi itu."Wah ini sungguh keren!"tuturnya.Semuanya yang melihat juga berkata seperti itu. Selain memancarkan cahaya, pedangny
Read more
Bab 115
"Aku tidak menyangka akan melihat Franz kembali,"gumam Intan setelah melihat Franz sekali lagi. Intan yakin tidak salah lihat.Namun jika Intan berada di kota gaib untuk menyerang dunia gelap yang membantu Franz selama ini, lalu apa saja yang dia lakukan di sini? Apakah setelah kepergian Intan yang menghilang dia mencoba mencarinya? Ataukah dia memiliki wanita lain?Sebelum-sebelumnya setelah Intan pergi Franz bergonta ganti wanita. Oleh karena itu, Intan menduga dia telah menemukan wanita lain lagi? Lalu apakah dia memakai tumbal juga?"Bos. Apa bos baik-baik saja?"Seketika Haris menyadarkan bosnya yang sedari tadi tampak diam. Haris memang begitu, dia selalu saja mengawasi bosnya setulus hati di luar pekerjaannya."Bos, apa bos baik-baik saja?"Pertanyaan Haris dia ulang lagi hingga menarik perhatian yang lainnya.Namun karena tidak mendengar juga Haris menaikan nada suaranya seraya menyentuh bahunya takut jika terjadi apa-apa dengannya."Bossss....!!!!"Seketika itu Intan menoleh k
Read more
Bab 116
"Kenapa tidak boleh? Makanlah, barusan guru bilang seperti itu!"Intan kemudian menengahi,"Kemaren kami dalam peejalanan diberitahu jika kami tidak dapat memakan sembarangan. Jika tidak, sesuatu hal bisa terjadi kepada kami,"Addab kemudian berkata,"Kalau begitu, kalian makan saja buahnya dan air putih. Makanan yang lainnya itu memang milik kami,"tutur Addab."Baiklah,"Di sela-sela sibuk makan, Intan masih juga teringat akan Franz, oleh karena itu dia menanyakan kepada Addab."Addab, aku melihat mantan suamiku lagi. Dia ternyata masih berada dan berkeliaran di kota gaib,""Suami kamu yang suka bermain dan bekerja sama dengan makhluk gaib?" "Iya, benar,"tutur Intan."Lalu apa yang kamu takutkan?""Aku ingin sekali menghabisinya! Apa mungkin itu bisa membuat keluargaku yang menjadi tumbal selamat?""Itu tidak bisa!""Suami kamu juga mendapat perlindungan dari makhluk abstral karena itu kita tetap saja harus melawan genderwo dan raja iblis!""Okeh, baiklah kalau begitu,"tutur Intan.Di
Read more
Bab 117
"Maaf guru. Kami tidak bermaksud lancang!" Addab berkata seraya menundukan punggungnya sebagai penghormatan kepadanya, diikuti pula dengan yang lainnya.Guru tampak berjalan seraya kedua tangannya tampak disimpan dibelakangnya, lalu beliau memutari mereka melihat beberapa ekor burung merpati yang sudah terkena bidikan sehingga tak berdaya di lantai."Addab. Sebaiknya kalian segera mengolah dan memakan burungnya,"tutur sang guru yang membuat mereka semua tampak lega."Jadi maksudnya guru tidak marah karena kami tidak meminta izin pada guru?"Senyuman tampak memancar di wajah Addab dan yang lainnya yang semula tampak tegang.Sang guru menganggukan kepala,"Burung-burung itu bukan milik saya. Jadi tidak seharusnya kalian meminta izin padaku!"tutur guru."Segera bersihkan!"tuturnya guru kembali.Dalam diam guru tersenyum tanpa sepengetahuan mereka. "Semoga kalian mampu memberantas dunia gelap,"ucapnya di dalam hati guru penuh harap.Sebenarnya burung-burung merpati itu adalah undangan gur
Read more
Bab 118
Lagi-lagi di dalam perjalanan Intan mendengar kereta kuda. Dia kemudian menjadi teringat dengan Franz. "Intan, kenapa kamu menghentikan langkahmu?"Bukan hanya itu, Intan juga kemudian menarik tubuh Arod dari tepi jalan dan mengumpat."Hustt. Arod, aku mohon kamu diam dulu sebentar saja,"Arod mengerutkan alisnya. Mereka mengumpat di balik semak-semak tepi jalan.Sebuah kereta kuda yang indah tampak lewat. Di sana Intan mengumpat bersama dengan Arod."Siapa dia? Apa kamu mengenalnya? Astaga, kamu? Padahal aku di sini ingin jalan-jalan melihat indahnya malam, indahnya kereta kuda, mungkin saja ada wanita cantik di sana, tapi kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini?"Arod terus saja berbicara yang pada akhirnya membuat Intan menceritakan apa yang terjadi.Mereka berjalan dan melupakan apa yang dikatakan oleh Addab. "Intan, apa kamu ingin tahu dimana para manusia yang menumbalkan akan menyerahkan sajennya?""Untuk apa aku ingin mengetahui hal itu? Arod, asal kamu tau yah, itu semua ga
Read more
Bab 119
"Tunggu. Apa kau tidak lihat sajen ini? Sayanglah kalau tidak dihabiskan!"Di sana ada beberapa tempat sajen. Barusan mereka makan bersama disatu tempat. Namun Arod melihat sajen-sajen yang masih utuh ditempat lain merasa sangat disayangkan.Intan seraya mengelus perutnya ingin pergi dari sana dan meninggalkan Arod. namun saat memutar tubuhnya hingga 180 derajat ada seorang pria di sana."Fffranz...!"Intan berkata dengan susah payah bahkan terbata-bata. Matanya tampak membulat. Dalam hati Intan berkata,"Bagaimana mungkin Franz ada di sini? Apakah aku mimpi?"Intan berkata seperti itu seraya menyubit tangannya."Auuu...Ini bukan mimpi?"Arod di sana masih juga sibuk makan. Sementara itu Haris yang melihat Franz juga tidak jauh terkejut seperti Intan."Bagaimana mungkin pria ini ada di sini? Bos! Astaga. Bosku tidak memiliki pelindung. Kalung dia hilang,"Namun di sisi lain Franz sendiri yang melihat wanita yang dicarinya menghilang ternyata berada di sini kemudian berkata," Intan? Ken
Read more
Bab 120
Melihat hal itu Haris tetap kekeh."Aku tidak takut kepada siapapun!"tutur Haris."Haris!" batin Intan. Bola matanya tampak melebar,"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan Haris.Saat Haris dan Franz mulai saling adu jotos, Intan berteriak."Stop! Stop!"Intan berkata seraya melangkah maju dan melerai keduanya. Namun apa yang terjadi?Mereka tidak bisa di lerai.Haris kemudia berteriak,"Intan, sebaiknya kamu pergi saja. Biarkan aku yang mengatasi lelaki ini!"Bagaimana Intan tidak takut. Franz yang berada di depannya ternyata separuh manusia. "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?"Franz yang sudah ingin menguasai Intan tidak segan-segan terus memberi pukulan kepada Haris.Bug bug bug!Haris kalah serang! Dia saat ini malah tampak terjatuh."Haris...!"Kemudian Franz saling menepukan kedua tangannya di depan Intan."Sayang! Ada apa dengan kamu? Kenapa kamu takut kepadaku?"Franz berjalan melangkah hingga Intan terus melangkah mundur."Franz! Jangan berani-beraninya kamu mendekati aku!""H
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status