All Chapters of Pembalasan Istri Yang Teraniaya: Chapter 71 - Chapter 80
124 Chapters
Bab 70
Tiba-tiba Haris menjadi batuk-batuk tiada henti."Haris. Kamu baik-baik saja kan?"Tangan Haris terus saja memegang lehernya. Dia bahkan tidak bisa berbicara. Seolah dia sangat tersiksa dan kesakitan, Haical dan Intan sampai tidak tega melihatnya.Dalam hati Haical berkata," Jangan-jangan mereka tidak suka dengan ucapan Haris dan bos. Aduh gimana ini?"batin Haical. Haical menggaruk rambut karena merasa bingung juga."Bos. Kita harus jaga bicara kita, jangan sampai mereka tersinggung," Kemudian, Intan menganggukan kepala seolah faham."Terus bagaimana ini Haris?"Padahal Haris sudah minum air putih, tapi kenapa dia juga belum membaik?""Haical, aku takut terjadi sesuatu dengan Haris,"Saat ini mereka bertiga berada di dalam mobil. Haical mengambil alih untuk mengemudi. Sementara Haris wajahnya tampak pucat bahkan tidak bisa bicara. Dia masih batuk-batuk.Bagaimanapun kota yang indah ini adalah kota gaib, kotanya para jin. Mereka saja tidak tahu apa yang di suka dan tidak di sukai. S
Read more
Bab 71
"Franz!"Intan melihat Franz. Dia menaiki kuda dengan pakaian seorang abdi negara yang bertugas. "Hormat kami Tuan!"Orang-orang yang melihat sampai membungkukan badan termasuk Aruna. Bahkan mereka menyebut dengan sebutan,"Tuan?"Intan bingung. "Kenapa mereka memanggil Franz dengan sebutan Tuan?"Haris saja masih hilang entah kemana, sekarang wajah Franz mantan suami Intan yang ternyata adalah John harus muncul juga berada di kota gaib itu. Ada apa ini sebenarnya? ""Aruna, apa kamu mengenal pria tadi?"Aruna tampak menganggukan kepala. "Iya, aku mengenal dia, Intan. Ada apa? Kamu menyukainya? Semua orang yang mengenal pasti akan menyukainya,"Intan menggelengkan kepala. Tanpa ditanya namun Aruna menjelaskan siapa Franz di desa itu."Dia bernama Laurenz. Dia terkenal di sini karena dia bukan orang asli sini. Tapi, dia rekan bisnis seorang raja di sini,"Aruna menganggukan kepala seraya menatap Intan .Dalam pandangan Intan, Aruna seperti orang yang baik dan lugu. Oleh sebab itu, dif
Read more
Bab 72
"Apa? nggak bisa di rem terus bagaimana dong?" Intan berkata dengan takut, bola mata tampak melebar memegang tulang mobil."Kamu ngga becanda kan Haical?" Haris berkata tidak percaya. Pasalnya, ini semua seperti sebuah mimpi dan tidak masuk logica."Haris mana mungkin aku bercanda dalam kondisi kaya gini?" teriak Haical panik seraya berusaha melawan gerak setir yang di rasa amat kuat.Kemudian, Intan mencoba mengambil alih mengemudi namun tidak ada hasil jua. Begitu juga dengan Haris mencoba mengemudi."Awas Haical. Biar aku yang mengemudi!"Intan memegangi setir dengan kewalahan dan tidak percaya."Astaga! Apa yang terjadi dengan mobil ini?"gumam Intan tak percaya.Mereka semua yang berada di dalam mobil menjadi panik. Apalagi, mobil begitu cepat melaju.Mereka semua berpegangan kepada tulang mobil. Apalagi rasanya di dalam mobil sangat menakutkan."Haical. aku mohon lakukan sesuatu!"teriak Intan. Dia berbicara seraya menghapus airmatanya. Ia yakin akan mati jika mobil tidak bisa d
Read more
Bab 73
Raut wajah yang tidak beraturan dan suara yang terdengar serak karena sedari tadi berteriak kini berada di hadapan kakek."Trimakasih kakek..!""Terimakasih kakek...!""Terimakasih kakek...!"Kemudian kakek yang memakai pakaian serba berwarna kuning seperti warna yang dipakai oleh penghuni alam gaib ini berkata,"Siapa kalian? Kenapa kalian menghalangi jalanku! Awas! Aku mau jalan!"teriak pria paruh baya dengan suara berat serta menggerak-gerakan tongkatnya namun merasa ada orang di sana."Kakek yang tadi menolong kami kan? Karena kakek, mobil kami tadi bisa berhenti!"sahut Intan dengan suara wibawanya."Oh berarti kalian bangsa manusia yang telah mengganggu ketenangan wilayah kami. Iyah?"Kakek itu berbicara seperti marah. Oleh sebab itu Intan dan dua bodyguardnya saling menatap.Memang sepanjang jalan mobil yang melaju dengan sendirinya membuat kegaduhan di jalan. Tapi itu kan bukan karena salah mereka. Bahkan mereka juga hanya korban?Mereka yang merasa bersalah segera bertekuk lutu
Read more
Bab 74
Haical menjadi merasa bersalah, oleh sebab itu dia meminta maaf. Selain dia memang yang paling muda, dia juga sedikit labil."Maaf Mbah. Ini Salah saya. Aku berjanji akan memperbaiki ucapanku,""Bagus, memang itu yang harus kamu lakukan,"tuturnya.Haical menyadari kesalahnnya. Dia hanya tidak mau gara-gara dia nanti malah ke depannya menjadi susah."Bukan hanya salah kamu Haycal. Mbah, kita ke sini itu ada tujuannya. Apa mbah mengenal seorang pria tua yang bernama ki Saleh? Mereka berdua adalah anak buah yang setia menemaniku, di sini aku adalah pemimpin, karena itu, tidak benar jika kamu yang merasa bersalah Haical,"ucap Intan. Dia berbicara lembut namun tetap berwibawa, seraya jari telunjuk miliknya menunjuk dengan sopan kepada anak buahnya seolah mengenalkan identitas nya kepada sesepuh yang berada di depannya."Ki Saleh? Untuk apa kalian mencari Ki Saleh?"ucapnya seolah menyelidik.Lalu, Intan menjelaskan kembali agar tidak terjadi salah faham."Keluargaku dijadikan tumbal oleh se
Read more
Bab 75
Barusan Intan mendengar obrolan seorang wanita dan Ki Saleh mengenai Jenderal. Dirasa Intan penasaran. Dia dengan takut-takut mencoba menanyakan kepada pengawal.Sebenarnya pengawal itu sama sekali tidak menakutkan. Hanya saja, bagaimanapun dia warga kota gaib atau jin. Jadi perlu waspada bukan?Saat ini mereka sedang sedang diajak menaiki sebuah kuda milik Ki Saleh.Kereta kuda itu masih sangat mirip dengan zaman peperangan lampau. Namun bedanya, ini jauh lebih modern dan tampak mewah." Silahkan Naiklah!" serunya.Pengawal itu tampak serius dan sopan. Wajahnya tampan walau hanya pengawal, kulitnya putih, namun seperti penduduk kota gaib lainnya, mereka tidak memiliki garis bibir. Itulah yang membedakan dengan manusia. Sebelum naik, Intan bertanya mengenai hal yang membuatnya penasaran tadi.Bola matanya seolah sedang memperhatikan pengawal itu dengan ragu."Hai. Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"tanya Intan."Apa yang ingin kamu tanyakan, bertanya saja, kalau aku bisa, pasti
Read more
Bab 76
Godaannya sangat kuat. Seolah berbisik di telinga mereka berkata," Mampir sebentar saja. Nanti kalau tidak nyesel. Belum lagi perjalann jauh. Ini rezeki. Belum lagi nanti di depan bisa makan dan istirahat di tempat yang enak kayak gini,"Namun di sisi itu sebuah bisikan mengingatkan,"Jangan! Ingat pesan Ki Saleh! Kalau tidak kalian busa celaka! Apa kalian mau celaka!"Perut menjadi terasa begitu keroncongan, mata sangat sulit teralih apalagi seorang gadis menatap kepada netra milik Haris dan Haical. Jika bisa diumpamakan ini bisa dikatakan seperti menghipnotis atau memiliki sesuatu kelebihan yang membuat Haris dan Haical merasa begitu berat.Beruntung Intan yang pernah mengalami dipelet teringat. Dia saat itu tajam mencium aroma tidak beres di sana. "Tatapannya sungguh memikat wanita itu!"batin Intan."Ini tidak bisa dibiarkan," ucapnya kembali."Bos. Aku sebentar saja ke sana!"tutur Haical kesal dan memaksa."Iya. Gimanapun kita butuh istirahat," kekeh Haris pula sama dengan Haical
Read more
Bab 77
"Melanggar pantangan?"batin Haris mengulang ucapan Intan seraya menatap mata indah milik bosnya yang bisa dia tatap sepuas mungkin.Mereka bertiga duduk di sana saling menatap pohon buah. Ada rasa ragu untuk mengambil namun qda fikiran mungkin ini rezeki.Kebingungan menghinggapi mereka."Oh. Jadi bos sengaja menarikku karena takut buah ini hanya jebakan?"batin Haris dan Haical dengan raut wajah yang sudah tampak amat pucat.Lagi-lagi mereka harus menelan salivanya."Tenggorokan sangat haus. Perut sangat lapar. Kita harus jalan lagi tanpa mengambil buah sedikitpun atau hanya sekedar menghilangkan dahaga?"Haical dan Haris berkata di dalam hati. Mereka berfikiran sama."Ayo sebaiknya kita jalan lagi," seru intan."Apa aku masih bisa hidup hari besok?" batin Haical.Berbeda dengan Haris."Wanita ini benar-benar tangguh. Andai saja dia bukan bosku, aku pasti akan memperjuangkan apapun rintangannya! Tapi sayang, wanita tanggu yang sempurna seperti dia harus menjadi korban lelaki yang bren
Read more
Bab 78
"Huh capeknya,"keluh Intan di hati seraya menghapus keringatnya lagi dan lagi. "Haikal juga berat, kalau kayak gini terus kapan sampainya?"Beberapa kali langkah mereka yang memapah Haikal harus berhenti selain mereka karena kecapean juga berat, oleh karena itu Haris yang menyadari memutuskan menggendong Haikal. Setelah duduk kembali di atas kerikil yang sudah tidak terhitung berapa kali mereka berhenti karena seringnya."Kamu nggak usah bercanda Haris!"ucap Intan mendengar keputusan Haris."Sudah enggak apa-apa, percayalah sama aku, ayo kita jalan lagi, kita nggak akan sampai kalau kita nggak jalan-jalan,"tutur Haris.Pada akhirnya Intan nurut sama bodyguardnya apalagi perkataan Haris itu benar walaupun dia sendiri sebenarnya tidak tega."Jika tidak jalan, apalagi bolak balik berhenti tidak akan mungkin ada hasil?""Semoga Haris kuat deh!"ucap Intan yang hanya bisa mendoakan saja.Haical dari tadi di cubit pipinya di tepuk masih belum sadar, wajahnya tampak sangat pucat pula. Mau ti
Read more
79
Intan merasa tidak enak apalagi dia tidak kenal dengan ibunya, oleh sebab itu, dia merasa gusar. Haris dan Haikal pun jadi nggak enak juga mendengar keluh Intan, oleh sebab itu sekarang mereka berbisik-bisik untuk mencari jalan keluar. Di sela-sela itu, Ibu tadi keluar."Bagaimana? makannya sudah selesai apa belum?"Mendengar pertanyaan ibu mereka menyahut jujur. Ada penyesalanan karena merasa tidak sopan seluruh buah dan makanan habis tanpa sisa. Mereka berbicara dengan sungkan tampak senyum namun senyuman itu penuh arti, melihat hal itu Ibu tadi yang berada di ambang pintu mendekat ke meja makan. Mereka lantas berkata;"Maaf Bu, kami kelaparan jadi makanannya habis,"sahut Intan.Kemudian Intan melanjutkan lagi dan berkata,"Tapi saya janji nanti kalau sudah sampai rumah saya akan mengganti dengan mengirim uang untuk membayar makanan ini," tutur Intan.Gubuk Itu tampak berjejer. Setiap gubuk ada yang menjual aneka minuman seperti kopi ada juga yang menjual makanan buah-buahan dan
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status