All Chapters of Pembalasan Istri Yang Teraniaya: Chapter 81 - Chapter 90
124 Chapters
Bab 80
Haical sebenarnya kan berharap ingin bertemu adiknya juga. Oleh sebab itu, dia juga tidak mau tujuannya berantakan gara-gara makhluk itu.Ibu yang kesurupan terus saja berbicara seolah memfitnah mereka. Dia marah-marah tidak karuan."Hai kalian manusia! Untuk apa masih di sini. Pergi sekarang juga. Jika kalian tetap di sini sebentar lagi pasti terjadi malapetaka!""Aku tidak akan membiarkan kalian di sini!"Suara ibu itu dalam, sekarang malah matanya tambah menakutkan, bahkan seperti akan copot. Dia maju mulai menyerang Intan dan dua bodyguardnya.Melihat hal itu, tentu saja Intan spontan mundur, begitu juga dengan Haris. Berbeda dengan Haical."Haical...!" Intan dan Haris spontan berteriak melihat malah Haical maju."Apa yang akan Haical lakukan?" Intqn berkata di dalam hati, dia tidak mengerti dengan Haical.Haaris mengerutkan keningnya, dia mencegah Haical yang entah akan bertindak apa, dia tidak mengerti."Apa sih bro! Please jangan halangi aku! Aku akan mendoakan beberapa ayat a
Read more
Bab 81
Mendengar ucapan Intan Haical lalu menarik nafas dalam-dalam. Di saat itu, ibu yang kesurupan semakin marah-marah. Piring yang di atas meja jatuh, bahkan mejanya dia gulingkan. Dia juga berkata,"Kalian harus pergi dari sini! Kalian harus pergi...!"Melihat hal itu, penghuni makhluk gaib berkata kepada kami," Hai ...Kalian untuk apa kemari? Bukannya kalian punya alam sendiri. Sebaiknya kalian segera pergi saja dari sini. Jika tidak, saya takut makhluk yang merasuki ibu itu akan menghancurkan tempat ini, apa kalian mau tanggung jawab! Kalian egois. Kalian berbuat tidak memikirkan dampaknya!"Penghuni makhluk gaib itu seorang laki-laki. Dia berbicara seolah benar-benar kesal kepada kami. Dia menekankan beberapa kalimat seolah sudah tidak mau melihat kami kembali. Penyebabnya mereka duga kami akan menyembah iblis di bulan purnama."Gara-gara kami warung ibu itu juga jadi berantakan. Pada akhirnya kami harus pergi. Tapi harus pergi kemana malam-malam seperti ini? Apa di perjalanan ada tem
Read more
Bab 82
Kami yang sedang duduk tanpa alas merasa ada yang tidak beres."Haical...!"Intan berteriak, dia terkejut saat tangannya meraih tubuh Haris."Haical! Haical...! Apa yang akan kamu lakukan! Istighfar haical!"Wajah Haical tampak gelap, matanya menyala merah. Tubuhnya yang sejajar tiba-tiba mengepal, dia berdiri dan mendekati Haris.Kemudian, dia mengangkat tubuh Haris."Astaga! Ada apalagi ini?"Jika penghuni makhluk gaib tahu bisa-bisa mereka marah."Lepaskan aku Haical!" Haris berteriak panik melihat kekuatan Haical yang mampu mengangkat tubuhnya. Dia merasa terancam nyawanya. Dia tubuhnya diangkat makin lama makin tinggi."Haical...Tolong lepaskan aku!""Tolong...Aku...!"Haris menjerit-jerit melihat tubuhnya semakin diangkat tinggi. Intan bingung. Dia panik. Dia juga tahu anak buahnya sedang ada yang merasuki. Sebelum terlambat Intan harus berbuat sesuatu.Intan melantunkan doa seperti yang diucapkan untuk ibu tadi yang kesurupan. Dia berdoa seraya menangis.Berkali-kali dibacakan
Read more
Bab 83
Haris semakin salah tingkah, tubuhnya kaku seperti robot.Di saat kondisi seperti itu, Haical yang barusan ibu bantu olesi yang katanya minyak herbal ternyata tidak selang lama bangun."Eh kamu sudah bangun Haical, kamu baik-baik saja, kan,"Intan merasa bisa bernafas lega malam ini. Pasalnya kedua bodyguardnya sudah mendapat pengobatan dari ibu.Haical saat itu tidur di ranjang. Dia kini sudah mulai beranjak bangun dan tampak duduk di tepi ranjang."Kamu sebaiknya minum air ini anak muda,"Ibu menyerahkan sebuah cangkir unik tampak berkelas, kemudian Haris menerima dengan tampak heran menatap air yang berwarna hijau,"Ini air apa bu? Kenapa berwarna hijau?"Haical mengerutkan keningnya, dia berkata seraya mencium aroma yang rasanya asing."Apa ini jamu?"batinnya.Melihat Haical Intan lalu menyahut."Haical. Itu adalah minuman yang bisa menjadi obat penenang. Minumlah hingga habis, setelah itu kamu bisa istirahat,"tutur Intan menjelaskan."Penenang? Kenapa aku harus minum obat penenan
Read more
Bab 84
Mereka pada akhirnya memutuskan berjalan ke arah kanan setelah difikir mateng-mateng.Namun pria misterius itu tiba-tiba menghilang setelah meninggalkan sebuah suara tawa. Oleh sebab itu mereka menjadi merinding."Hahahahha....Manusia bodoh!""Apa maksudnya itu ibu?"Intan bertanya seraya memeluk lengan ibu layaknya anaknya. Hawa tempat itu seolah sudah bisa ditebak, selain karena sunyi dan gelap, suara seperti gamelan dipagi itu tetap saja terasa horor. Sesekali suara tangisan terdengar samar-samar."Ibu tidak tahu, menurut ibu mereka memang suka mengganggu orang-orang yang berjalan melalui jalur ini,"Intan dan ibu berjalan di depan Haris dan Haical. Mereka masing-masing memegang satu senter. Dan pegangan mereka sangat kuat karena saking takutnya.Rasanya Intan sendiri ingin mundur melihat keadaan yang seolah tidak bersahabat. Alasan mereka memilih jalan arah kanan ini karena pria itu menunjuk dengan jari ke arah jalan ini. Lalu kenapa dia mengatakan bodoh seraya menertawai kami?
Read more
Bab 85
"Tolonggggg...!""Bagaimana ini...?""Hahaha...!"Suara itu kembali terdengar menggema dan menakutkan di telinga."Siapa kau?"Intan bertanya dengan berteriak kepada makhluk yang masih belum tampak."Hai keluar kau! Jangan kau jadi pengecut!"Mereka saling memutar bola matanya yang lebar itu mencari di mana keberadaan sosoknya itu.Kemudian makhluk itu berkata kembali!""Hahaha...! Hai manusia yang lemah tidak usah kau berteriak-teriak padaku. Sebentar lagi kalian akan mati hahahah....!""Tuhan. Apa yang harus aku lakukan?"batinnya tampak gusar melihat batu itu terus saja jatuh dari bukit, begitu juga airnya yang akan menenggelamkan mereka."Sepertinya tempat ini akan berubah menjadi danau atau sungai!""Lalu, apa yang harus kita lakukan?""Aku juga tidak tahu?"Ibu menggeleng lemah,Sepertinya ini memang akhir dari riwayat mereka! Itulah yang ada difikirannya. Jika berfikir memakai logika memang tampak mustahil."Hai lepaskan kami! Apa salah kami?""Arg susah sekali! Jika seperti ini
Read more
Bab 86
Pada saat ini, mereka mulai sadar mengapa jalan yang dilaluinya disebut jalan yang merenggut nyawa.Tentu saja setelah mereka di bawa oleh sosok hitam dengan mata merah dan bau yang menyengat gosong mirip seperti genderwo itu. Siapapun akan takut melihatnya? Bahkan saja mungkin nyawa mereka hanya tinggal dalam 1 hingga 5 menit lagi.Selain itu, mereka menahan tekanan di dalam hati. Intan yang sangat takut hanya bisa memberi semangat dan berdoa. Kemudian mereka saling berpelukan karena saking takutnya. Menangis bersama.Pakaian mereka yang sudah lusuh dan basah serta kehidupan yang harus dijalani di wilayah raksasa itu langsung saja dimulai detik itu juga mereka bekerja tanpa istirahat."Ibu, apakah di sini memang tidak ada waktu siang?"bisik Intan setelah di turunkan dari telapak tangan raksasa yang sangat bau itu. Tentu saja mereka selama perjalanan menutup hidungnya, bahkan berkali-kali ingin muntah.Tubuh ibu tampak gemetar, kemudian ibu berkata," Ibu tidak tahu persis, Nak. Sepert
Read more
Bab 87
Air matanya Intan terus saja keluar karena ketakutan. Bibirnya tampak bergetar. Rasanya begitu lemas. "Tuhan. Apa aku bisa melewati ini?"batin Intan.Ingatannya kembali kepada keluarganya yang juga dijadikan tumbal yang memprihatinkan.Tiba-tiba angin berhembus, terdengar suara Kyai Hasanudin di telinganya Intan."Assalamualaikum Nak Intan,""Kyai..?." batin Intan seraya melihat sekeliling yang penerangannya remang-remang. Intan sangat berharap itu adalah suara Kyai.Bagaimana tidak remang-remang sementara di sana hanya memakai obor di beberapa sudut. Ini benar-benar seperti zaman masa kuno."Di mana Kyai?"ucap Intan lirih."Nak. Intan. Jangan lupa ingat selalu dengan Tuhan jika kamu ingin selamat, Nak. Berdzikirlah jangan pernah sekalipun terputus,"Kemudian, Intan yang mendengar pesan Kyai mengatakan kepada ibu apa yang didengarnya.Sejak saat itu, Intan tidak berhenti berdzikir.Seperti apa yang dikatakan ibu, kemudian, dua wanita purba menghampiri Intan untuk memberikan mewangian
Read more
Bab 88
Intan menendang wanita purba dengan kekuatannya. Intan melompat berjalan di dinding serta mendang dada wanita purba masing-masing lalu mendarat dengan mulus."Arggh!"Mengetahui hal itu, Intan segera pergi dari ruangan itu dan menghampiri Ibu. Namun di tengah jalan, Intan melihat wanita purba," aku harus sembunyi?"Netranya melirik mencoba mencari tempat persembunyian.Di rasa mendesak. intan berlari kesembarang arah dan mencoba mencari tempat aman."Huah...huhh!"Setelah di rasa sepi Intan kembali keluar untuk menemui ibu, ia sadar betul ibu sangat membutuhkah pertolonganya karena tidak memeliliki kalung seperti dirinya.Intan menahan nafas dalam setiap langkahnya berusaha selalu berdzikir agar dimudahkan urusannya.Namun tidak sengaja, Intan mendengar suara Haical yang sesekali berteriak."Haical...!"gumam Intan."Aku harus mencari Haical!"Karena merasa ada sesuatu yang berbahaya dengan Haical. Intan tentu saja reflek segera mencarinya."Ibu, semoga ibu baik-baik saja,"batin Intan
Read more
Bab 89
Saat itu, Intan berusaha mencari Haris dan Haical. Namun berbeda dengan, Ibu, dirasa terbebas dari wanita purba serta gerderwo kenapa tidak kabur saja? fikir ibu.Oleh sebab itu, ibu mengajak Intan untuk kabur dari sana tentu saja karena ibu tidak memiliki benda yang dapat melindunginya itu. Bukan hanya itu saja, ibu juga takut jika bertemu dengan gerderwo. Siapa yang akan menolongnya nanti?Saat melewati terowongan, di sana terdengar suara."Tolong...!"Suaranya samar.Intan yang sedang berjalan berhati-hati serta buru-buru menghentikan langkahnya. "Suara itu?""Nak, ayo...! Kenapa kamu berhenti?"Ibu berkata seraya menatap wajah Intan. Dia tampak ngos-ngos dan terburu-buru. Melihat Intan ibu turut berhenti."Bu, Intan mendengar suara Haris dan Haical?"sahut Intan seraya menoleh kepada Ibu dan celingukan mencari sumber suaranya. Ibu yang sebenarnya mendengar namun sengaja menyembunyikan dari Intan."Tidak. kamu salah dengar Intan!"Ibu berbicara sedikit gugup, tapi dia kemudian men
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status