All Chapters of Terkabulnya Doa Istri Pertama: Chapter 41 - Chapter 50
115 Chapters
bab 41 Untung Tidak Lihat
Di saat Sarah sedang memandangi para tamu yang terus berdatangan di seluruh penjuru, Sabrina datang untuk memberikan selamat juga menenangkannya agar ketika potong pita dan memberikan sambutan sama sekali tidak gugup. “Gemeteran ya, Mbak?” Sarah mengangguk dengan sorot mata berkaca-kaca, sementara tangannya tiba-tiba menjadi dingin. Siapapun orangnya jika dalam menghadapi keadaan di luar dugaan dapat dipastikan akan mengalami hal yang sama. Hal itu yang kemudian dimaklumi oleh Sabrina dan menjadi alasannya memberikan ketenangan dan semangat untuk Sarah. “Hal itu wajar, Mbak! Sekarang baca bismillah, berdzikir dan tarik napas dalam-dalam lalu buang pelan-pelan. Ulangi terus menerus, In syaa Allah ntar menjadi rileks dengan sendirinya.” Setelah kalimat demi kalimat Sabrina selesai terucap, Sarah langsung mempraktekkannya. Benar saja setelah mencoba beberapa kali, ia berhasil menenangkan dan mengembalikan detak jantungnya menjadi normal. “Gimana, udah oke?” Sabrina yang sejak kedat
Read more
Bab 42 Dua Sisi Berbeda
Keesokan harinya, kemeriahan, kelancaran serta mengharu birunya peresmian dan pembukaan Podho Moro yang disiarkan secara langsung secara khidmat menjadi perbincangan di mana-mana termasuk kantor Hendrik dan salon tempat Novi menghabiskan waktu di hari Senin pagi. “Eh, kemarin lihat live toktoknya kafe baru, gak?” Salah satu staff membuka obrolan saat Hendrik melewati gerombolan itu di pagi hari sebelum jam masuk. “Kafe yang ada di Jalan Ayam Kate, kan? Aku lihatnya di Instakilo,” sahut lainnya. “Oh, kalau aku lihatnya di YT-nya EO Podho Tentrem. Uh, bagus banget tempatnya!” ungkap girang lainnya. “Wah, berarti kemarin itu ada di mana-mana ya siaran langsungnya? Keren tahu!” Obrolan demi obrolan sejenis terus berlanjut hingga membuat Hendrik menggelengkan kepalanya karena bosan yang dibahas hanya itu-itu saja. Ia pun meninggalkan mereka yang masih saja asyik. Pada awalnya, ia tidak berniat menguping. Namun, karena pembahasan adalah kafe-restoran baru dan sebagai penikmat yang ser
Read more
Bab 43 Maukah?
Jarak antara tempat utama dengan dirinya dijemput oleh manager tidaklah jauh, bahkan sangat dekat. Namun, Reno merasa jaraknya sangat jauh dan langkahnya melambat. Meskipun ini bukanlah pertama kalinya menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, tapi Reno merasakan perasaan seperti baru pertama kali melakukannya. Jantungnya bertalu-talu, badannya tak bertenaga sehingga berjalan seperti terseok-seok, keringat dingin mengucur perlahan membasahi tubuhnya, lidahnya kelu, tangannya bergemetar memegangi tangan Farah. “Sudah sampai?” tanyanya gugup saat manager yang berada di hadapannya sudah berhenti melangkah, dijawab dengan anggukan saja. Selanjutnya adalah urusan sang bos, manager pun undur diri.Sepeninggalnya manager, Reno mengedar pandangnya ke sekeliling. Takjub atas dekorasi dan penataan yang tersaji. Ia sangat puas sekali dengan kinerja para pegawai yang ia pasrahkan untuk mengerjakannya. Dengan melihat sekeliling, perlahan ia sudah bisa menguasai dirinya sendiri. Perlahan jantung
Read more
bab 44 pengacau
Tak selamanya hidup selalu berpatokan dengan satu rencana saja. Kadang, ada rencana baru mengorbankan rencana sebelumnya agar apa yang diinginkannya berjalan dan berhasil. Seperti yang dilakukan oleh Reno saat ini. Pada sebelumnya ia berniat memberikan kejutan untuk keluarga Farah dengan datang memberikan kejutan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Akan tetapi, setelah berfikir-fikir cara itu sangat tidak etis sekali apalagi ini berkenaan dengan niat dan nama baik keluarganya. Maka, juga harus dilakukan dengan cara baik-baik. Pagi ini, kediaman mewah Rudi Wijaya, ayah dari Farah Wijaya sangat ramai oleh lalu lalang orang-orang yang sedang kerepotan dan sibuk mendekor dan menata tampilan di dalam rumah itu karena nanti malam akan diadakan lamaran resmi dari Reno setelah dua hari lalu ia menyampaikan niat kedatangan keluarganya pada Farah. “Yang, besok lusa ba'da maghrib in syaa Allaah keluargaku akan datang ke rumah ayah. Tolong sampaikan padanya, ya? Atau apa perlu aku yang ngomon
Read more
Bab 45 O, Pantas!
Farah sama sekali tidak gentar ataupun sakit hati juga kecewa saat satu per satu pengakuan yang keluar dari mulut perempuan tak diketahui identitasnya itu. Sementara itu para tamu terdengar saling berbisik-bisik. Mereka ada yang langsung percaya dengan ucapan perempuan tersebut. Namun, tak sedikit yang meragukan juga menyangkal pengakuan-pengakuan itu. Terutama yang benar-benar mengenal siapa itu Reno sebenarnya. “Siapa sebenarnya kamu? Mengapa kamu datang ke tempat yang akan menjadi musuhmu? Hah, jawab! Kamu tidak tuli, kan?” Tak disangka oleh perempuan itu bahkan oleh semua yang hadir, Farah dengan beraninya mendekati lalu mencengkram dagunya, kuat-kuat sampai meringis kesakitan. “A-aku….” Perempuan itu tergagap, kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman Farah. “Aku apa? Ke mana kesongongan dan keberanianmu tadi? Kenapa sekarang malah hilang nyali?” Perempuan itu semakin terpojok. Posisinya saat ini benar-benar kalah telak, satu lawan puluhan orang. Apalagi orang yang ak
Read more
bab 46 Semua Berdaya
Tak ada sesuatu apapun di dunia yang tercipta tanpa adanya manfaat. Tak hanya tentang bendawi atau ragawi yang bernyawa, pun keadaan juga memiliki manfaat bagi manusia dan makhluk lainnya di sekitarnya jika kita sadar dan menelisiknya dalam-dalam. Seperti sejak hadirnya dua lini usaha milik Sarah, tak ayal sangat bermanfaat bagi pelaku usaha di sekitarnya. Tak hanya yang sudah mempunyai usaha sebelum usaha Sarah hadir, tapi juga orang-orang yang diberdayakan setelah hadirnya Ada Kue Enak ditambah Podho Moro. Manfaat itu juga tidak hanya dirasakan di lingkungan tempat usaha Sarah , tapi juga Sabrina. Ia yang mempunyai salah satu usaha yaitu peternakan ayam petelur dan pedaging menjadi bertambah laris dan maju sejak usaha Sarah ramai. Hal itu tentu berdampak pada keberdayaan di masyarakat sekitar, yaitu direkrutnya banyak pekerja dari warga sekitar. Sebelum usaha kue Sarah maju, Sabrina hanya menghabiskan beberapa ratus kilogram telur saja yang berhasil didistribusikan ke pasar, toko
Read more
bab 47 Karena Apa?
Beberapa hari ini Novi terlihat tenang, diam tanpa melakukan sedikitpun kesalahan atau pun kemaksiatan. Selama itu, ia sama sekali tidak bepergian ke mana pun. Hendrik yang sebelum-sebelumnya selalu lelah terlalu banyak pekerjaan sehingga tidak peduli akan tingkah laku Novi menghilang saat dirinya pulang kerja, menjadi keheranan.“Kenapa Novi di rumah saja?” Ah, biarkan! Justru itu bagus, saat aku butuh tidak kelabakan.” Senyumnya penuh nafsu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Novi pun sendiri tidak tahu akan hal itu. Namun, yang pasti ia mempunyai firasat buruk sehingga untuk melakukan aktivitas apapun itu menjadi sangat malas, bahkan untuk sekedar memegang HP. Novi hanya duduk diam, melamun, pandangannya kosong seakan ada yang hilang, sementara itu jantung dan perasaannya di dalam dadanya sana tidak karuan. Di tempat berbeda dan waktu yang sama, kondisi kesehatan Miranti—ibu Novi—semakin hari semakin menurun. Ia terkulai lemas tak berdaya di ranjangnya. Badannya kurus kering, waj
Read more
bab 48 Tunggu, Bu!
Delapan bulan telah berlalu. Waktu berjalan dengan begitu sangat cepatnya. Banyak hal terjadi dalam kehidupan Sintia selama itu, bersama ibu yang tidak pernah bisa sembuh. Ia yang tidak mau ada campur tangan Novi, ada rasa tidak suka padanya hingga kini karena perlakuan ibunya berbeda antara dirinya dan Novi. Selama itu, ia dan Bi Mun sudah mengoptimalkan untuk membawa Miranti berobat ke mana-mana. Bukan hanya berobat medis saja, tapi juga ke paranormal. Namun, dari semuanya itu sama sekali tidak bisa membawanya pada kesembuhan. Dari sekian bulan berjalan membersamai ibunya yang tak kunjung sembuh, Sintia akhirnya tiba pada titik jemu. Ia sudah lelah jika harus ke mana-mana lagi untuk mencari obat. Pada titik inilah, ia sudah pasrah apapun keadaannya. Jika ditanya kenapa Sintia tidak membawa Miranti sang ibu ke RSJ? Jawabannya hanya satu, ia masih ingin merawatnya di rumah. Dengan begitu, ia jelas tahu apapun yang terjadi pada ibunya dan bisa memantausetiap saat ketika sedang di r
Read more
bab 49 Fakta Menyakitkan
“Ibu!” Novi langsung menubruk ibunya yang terbaring lemah di atas ranjang dengan disertai tangis, kesedihan,kecemasan sekaligus kekecewaan begitu tiba di rumah itu setelah menempuh perjalanan hampir satu jam di kondisi jalan ramai dan padat merayap karena jam pulang kerja. “Ibu…, kenapa bisa begini?” tanyanya membelai tangan ibunya saat ia sudah lebih tenang. Novi nelangsa melihat perubahan raga ibunya yang sangat signifikan dibandingkan sepuluh bulan lalu saat ia meninggalkan dirinya untuk ikut Hendrik. Kesedihan Novi semakin menjadi saat Miranti sama sekali tidak terpengaruh dengan sentuhan, dan elusan-elusan yang ia berikan. Ia menjadi tersedu-sedu, mengira jika ibunya benar-benar sudah tidak bisa lagi diajaknya bicara. “Ibu, bangun, Bu! Aku Novi, Bu. Apa gak kangen sama aku, Bu?” tanyanya di sela tangisnya sembari menggoyang-goyang tubuh Ibunya. Jelas saja Miranti tidak akan meresponnya, sebab pengaruh obat tidur yang saat ini sedang melakukan tugasnya.Tangis Novi terdengar
Read more
bab 50 Tega Kamu!
Benar saja, Hendrik pagi harinya pergi ke rumah mertuanya menggunakan taksi online sebab mobilnya sudah berada di sana sejak kemarin sore di bawa oleh Novi. “Sakit tinggal sakit, kenapa pakai menyusahkan sih? Kalau gak ada mobil gini aku pakai apa coba? Naik taksi? Ish, mana level?” gerutunya pagi-pagi seraya bergidik. “Sial! Ngapain sih pake bawa mobilku segala!” umpatnya kesal sembari mengotak-atik HP. Meskipun sempat mencela salah satu moda transportasi umum itu karena dalam pikirannya pasti dipakai oleh banyak orang dan ia tidak bisa mentolerir itu, Hendrik tetap saja memakainya. ****Mendengar ada mobil yang berhenti di depan rumah ibunya, Novi mengintip dari balik jendela. Melihat siapa yang datang, ia pun membuka pintu dan menyambutnya. Namun, bukannya keramah tamahan yang ia dapatkan. “Ada apa panggil aku suruh ke sini?” Tanpa basa-basi sedikitpun atau menanyakan keadaan Miranti, Hendrik langsung menodong pertanyaan pada Novi dengan marah-marah. “Ibu sakit karena kamu,
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status