Semua Bab JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Bab 171 - Bab 180
287 Bab
Salah dan Benar yang Telah Berlalu
“Ini sangat Wow.” Ayu membuat gerakan membuka jari di samping kepalanya, untuk mengungkapkan jika otaknya kembali penuh oleh keindahan. Kali ini ia terpesona oleh pemandangan yang ada di luar kamar hotelnya.Ayu menoleh untuk mencari Hide, karena tidak mendengar tanggapan apapun atas ucapannya itu. Tapi rupanya Hide belum mengikutinya masuk ke kamar.Hide masih tertahan di pintu, bicara pada bellboy yang ikut membawa barang mereka ke kamar. Entah tentang apa, dan Ayu tidak ingin tahu.Ia kembali memalingkan wajah untuk melihat ke luar jendela. Kamar hotel itu bisa dikatakan unik. Bentuk hotel itu secara keseluruhan mengikuti gaya barat—bahkan namanya saja Furano La Terre.Tapi kamarnya merupakan campuran klasik Jepang. Ada ruangan ber-tatami dengan meja rendah tapi ada ranjang juga. Tapi Ayu jelas ti
Baca selengkapnya
Kau yang Benar-Benar Ada
Sapuan bibir Hide, menghilangkan daya dalam tubuh Ayu. Tubuhnya pasrah dan menggelayut sepenuhnya dalam pelukan Hide, semakin terasa hangat saat lidah Hide mendesak bibirnya untuk membuka.Ayu hanya bisa menurut saat Hide mendorong perlahan ke dinding, merangksek, meminta apa yang selama ini dinantikannya dengan sangat sabar. Hide melepaskan bibirnya, menyusuri pipi dan rahang Ayu, lalu mendesakkan gigitan gemas pada lehernya.“Ini bukan mimpi… kau milikku… kau benar-benar menjadi milikku…” Hide bergumam, sedikit kebingungan karena nafsunya bercampur dengan haru dan kebahagiaan.Sangat tidak mudah mempercayai bagaimana Ayu saat ini bisa menjadi miliknya. Setelah sekian lama—bertahun-tahun hanya percaya jika Ayu adalah sesuatu yang mustahil untuk diraih. Benda terlarang yang seharusnya tidak untuk disentuh olehnya.“Ya… Aku di sini.” Ayu membalas dalam bisikan, lalu melakukannya dengan lebih rapi.
Baca selengkapnya
Kebahagiaan yang Benar
Bahagia dan bersemangat saja, tidak bisa menggambarkan emosi Ayu saat ini.Deretan stal yang ada di kedua sisi jalan, memperlihatkan aneka barang dagangan, serta bermacam permainan membuat Ayu nyaris tidak berkedip. Mata Ayu yang melebar sempurna, memantulkan cahaya—dari lampion beraneka ukuran yang ada sekitarnya, saat ia memutar tubuhnya ke segala arah. Seakan tidak ingin melewatkan satupun detail semua benda yang ada di sekeliling.Ayu tidak mengingat dirinya menyukai festival musim panas, tapi ia langsung tahu jika hal itu benar, satu detik setelah ia melihat keramaian. Tidak ada satu kata pun yang bisa menggambarkan perasaannya dengan benar. Semua terasa indah, bahagia, menyenangkan, tapi sekaligus lebih dari itu. Kesempurnaan level tertinggi.“Bagaimana kalau kita membeli itu?” usul Hide, setelah berapa saat menem
Baca selengkapnya
Pencarian Kebenaran yang Berbahaya
“Kau cantik,” kata Ryu.“Apa… Kau waras atau tidak? Aku baru saja menyebut banyak hal, dan hanya itu yang bisa kau katakan?” Kyoko mendesis—terpaksa mendesis karena tidak bisa berteriakMereka sedang ada di tengah pesta yang kemarin disebut Kyoko. Pesta dimana Ryu seharusnya tidak ada, karena pesta itu hanya untuk para pemegang saham di MOL, dan juga beberapa pegawai pada tingkat manajemen yang cukup tinggi.Kyoko tadi mendapat kejutan saat melihat Ryu dengan santai melenggang masuk. Tentu saja Ryu memakai dalih menjadi wakil dari Hide untuk datang. Tidak ada yang berani melarangnya jika sudah seperti itu.“Kau sudah bersusah payah untuk masuk ke pesta ini, dan hanya itu yang ingin kau bahas?!” Kyoko kembali mendesis jengkel.Sebelum Ryu memujinya tadi, Kyoko sudah me
Baca selengkapnya
Penawaran Benar tapi Mengejutkan
“Kau mengenal Sato–san dengan akrab?” tanya Murakami saat meninggalkan ruangan tempat pesta terlaksana. Ia tentu sedikit heran melihat Kyoko bisa mengobrol akrab dengan Ryu.Mereka menyusuri lorong menuju pintu, melewati lobi cantik dan mewah yang bernuansa temaram. Pesta itu mengambil tempat di aula salah satu hotel besar di Tokyo, dan Kyoko tidak akan heran jika hotel itu milik Kuryugumi.“Tidak terlalu. Kami bertemu beberapa kali karena Hi… Sandaime.” Kyoko nyaris saja hanya menyebut nama Hide. Ryu tidak akan mempermasalahkan, tapi untuk Murakami tentu akan sangat aneh.“Oo, Ya, mereka biasanya sering bersama.” Murakami mengangguk.“Apa kau sudah lama bekerja untuk Sandaime?” tanya Kyoko.“Belum lama. Baru sekitar tiga tahun ini,” j
Baca selengkapnya
Benar tapi Meresahkan
“Aku hanya ingin kau membantuku memeriksa apartemen apakah sudah aman atau tidak.”Kyoko memprotes selama perjalanan dan mengulangnya selama perjalanan menuju rumah Ryu. Bahkan saat mobilnya telah berhenti.“Tidak. Jika aku membantu memeriksa apartemenmu, maka akan ada kemungkinan siapapun yang masuk ke sana akan melihat kita bersama. Apa gunanya kau kita saling menghindar selama ini jika akhirnya ada orang yang melihat kebersamaan kita? Semua kerja keras yang kau lakukan akan percuma.” Ryu menjelaskan dengan lebih panjang, karena seluruh penjelasan versi pendek yang sebelumnya telah di dibantah oleh Kyoko.“Kalau begitu antar aku ke tempat lain! Aku tidak mau berada di rumahmu!” Kyoko masih bersikukuh, meski saat ini mobil Ryu sudah masuk ke dalam garasi rumahnya.“Tidak mau. Bukan si
Baca selengkapnya
Kesimpulan yang Jauh dari Benar
Kyoko terbangun dan mengeluh, kakinya terasa nyeri. Ia terlalu memaksakan diri berlari kemarin. Kyoko duduk di ranjang dan memandang sekitar.Tadi malam, begitu masuk ke kamar, ia langsung merebahkan diri dan hampir saat itu juga jatuh tertidur. Hal yang disesalkan saat ini, karena seharusnya ia tidak selengah itu saat ada di tempat asing.“Aku lelah… aku hanya lelah.”Kyoko mengajukan alasan agar otaknya tidak dengan berani membentuk alasan jika dirinya merasa aman karena keberadaan Ryu. Kyoko lebih menyukai alasan yang menyebut dirinya terlalu lelah. Ia tidak ingin rasa aman itu berasal dari orang lain.Kyoko beranjak bangun, membuka pintu dengan hati-hati. Hari sudah cukup siang. Seharusnya Ryu sudah bangun juga. Tapi suasana masih terlihat sepi. Kyoko melangkah ke ruang tengah, dan terperanjat saat mende
Baca selengkapnya
Tidak Benar tapi Perlu
Kyoko menatap bisu keributan yang terjadi di depannya—keributan yang bahkan melibatkan fisik karena Yui membalas kejengkelan Ryu dengan pukulan sumpit lain.Kyoko menatap tanpa bisa mengatakan apapun, karena sedang mengalami shock. Kyoko tidak menyangka dirinya bisa begitu salah dalam menyimpulkan. Dan tentu Kyoko bisa menemukan penyebabnya dengan mudah.Ini karena ia menyimpulkan menggunakan hati, bukan pikirannya. Kyoko menyimpulkan dengan tergesa tanpa menimbang bukti maupun kemungkinan lain yang masuk akal. Ia dengan mudahnya percaya jika Yui adalah kekasih atau mungkin istri dari Ryu, meski ada banyak hal yang patut dipertanyakan.Bahkan Ryu sudah pernah menyebut jika ia mempunyai seorang kakak, meski hanya sekilas dan tidak menyebut gender, tapi kemungkinan itu tidak nol. Kebodohan yang sangat jarang dilakukan Kyoko. Dan sumb
Baca selengkapnya
Tidak Benar tapi Perlu
Kyoko menatap bisu keributan yang terjadi di depannya—keributan yang bahkan melibatkan fisik karena Yui membalas kejengkelan Ryu dengan pukulan sumpit lain.Kyoko menatap tanpa bisa mengatakan apapun, karena sedang mengalami shock. Kyoko tidak menyangka dirinya bisa begitu salah dalam menyimpulkan. Dan tentu Kyoko bisa menemukan penyebabnya dengan mudah.Ini karena ia menyimpulkan menggunakan hati, bukan pikirannya. Kyoko menyimpulkan dengan tergesa tanpa menimbang bukti maupun kemungkinan lain yang masuk akal. Ia dengan mudahnya percaya jika Yui adalah kekasih atau mungkin istri dari Ryu, meski ada banyak hal yang patut dipertanyakan.Bahkan Ryu sudah pernah menyebut jika ia mempunyai seorang kakak, meski hanya sekilas dan tidak menyebut gender, tapi kemungkinan itu tidak nol. Kebodohan yang sangat jarang dilakukan Kyoko. Dan sumber kebobodohan itu adalah Ryu. Kyoko tahu benar jika Ryu tidak hanya meresahkan, tapi juga membuatnya bodoh sekarang. Maka piki
Baca selengkapnya
Gangguan Dalam Keadaan Benar
“Kau mau kemana?” tanya Hide, saat melihat Ayu mengikutinya keluar dengan pakaian rapi. Hide akan bekerja, dan biasanya Ayu di rumah.“Mengantar ini ke Miura-san.” Ayu mengangkat macrame yang akhirnya selesai dibuatnya.“Dia akan menggodamu lagi. Lihat saja nanti.” Hide tertawa pelan sambil duduk di kursi yang ada di samping pintu untuk memakai sepatunya.Ayu langsung cemberut, karena memang benar. Miura tidak pernah bosan menggoda setiap kali bertemu dengannya. Upacara pernikahan itu telah lewat hampir tiga minggu yang lalu, tapi Miura masih terus membahas soal ciuman yang yang dilakukan Ayu di hadapan umum.Banyak foto yang dan video yang diambil oleh tamu saat kejadian, jadi Miura dengan mudahnya bisa menunjukkan kenekatan Ayu saat itu.“Kau seharusnya menghentikanku buka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
29
DMCA.com Protection Status