Semua Bab JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Bab 231 - Bab 240
287 Bab
Pengakuan Berbahaya tapi Benar
Hide menatap sekitar, mencari dengan mata menyipit karena suasana sekitarnya remang-remang. Beberapa orang menatapnya—karena memang sosoknya menjulang lebih dari yang lain. Orang yang mengenalinya, langsung membungkuk. Sejenak berhenti bergoyang, mengabaikan musik menghentak yang terdengar.Klub tempatnya berada terletak tidak jauh dari rumah utama Kuryugumi, tentu ada beberapa orang yang mengenalinya. Tapi tentu Hide tidak membalas maupun peduli. Matanya hanya terfokus pada satu orang yang memang dicarinya.Orang yang saat ini tampak berdiri dikelilingi paling tidak tiga wanita yang tertawa riang sambil menyodorkan minuman padanya.“Sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini,” kata Hide.“EII! Kau datang! Lihat!” Ryu berseru gembira sambil mengangkat gelasnya yang berisi minuman. Melihat warnanya
Baca selengkapnya
Kejadian Sebenarnya
Ryu menarik leher Kyoko dan melumat bibirnya tanpa ragu, dan tentu saja amat bahagia, karena Kyoko tidak melawan sama sekali. Ryu terus menarik tubuhnya mendekat.“Lebih baik kau lepaskan tanganku, segera. Sebelum kau kehilangan hidung dan bibir.”Ryu langsung membuka mata saat itu juga, karena suara yang didengarnya berat—bukan suara Kyoko.Yang dilihatnya memang bukan Kyoko. Adalah Hide yang tengah berbaring di samping Ryu, menatapnya dengan jijik. Sementara lengan Hide berada dalam genggaman Ryu dan sedikit basah. Sudah sangat jelas benda apa yang menjadi korban mimpi dan bibir Ryu, lengan Hide.“WUAA!” Ryu berteriak dengan horor di wajahnya, sementara mendorong wajah Hide, sementara ia sendiri berguling menjauh.“Apa… Kenapa kau …”Ryu bangkit da
Baca selengkapnya
Tebakan yang Mungkin Benar
Suara nyanyian regu paduan suara yang ada di atas panggung, merdu menggema di ruangan luas yang ada di area yayasan milik Nakamura.Acara istimewa, untuk merayakan pensiunnya ketua yayasan. Hal yang pantas dirayakan, karena ia pensiun lebih cepat untuk menempati jabatan baru sebagai menteri pendidikan.Maka tidak satupun orang di panggung—maupun di ruangan itu berwajah muram. Semua ikut bergembira merayakan, karena apa yang diraih ketua yayasan itu adalah tingkat baru dari kesuksesan. Kaname Nakamura, berhasil membawa kejayaan keluarga Nakamura dan yayasan itu ke level yang lebih lanjut.Prestasi yang mendatangkan jutaan pujian, dan mencerahkan masa depan yayasan itu, terutama karena pengganti Kaname adalah Kaito yang digadang akan melebihi ayahnya, karena dianggap membawa pikiran lebih segar dalam bidang pendidikan, dan saat ini b
Baca selengkapnya
Hasil yang Benar
Hide menatap kertas yang ada di tangannya, menimbang apa yang harus dilakukannya dengan dokumen itu. Cukup lama, sampai ia terperanjat oleh Ryu yang menghambur masuk ke ruangannya.“Sudah keluar! Hasilnya sudah ada!” Ryu berseru sambil mengacungkan amplop berwarna putih.“Kau bisa mengirimkannya padaku. Untuk apa kau sampai kembali ke Osaka?” Hide heran.“Aku punya urusan, jadi sekalian. Cepat! Buka itu!” Ryu mengibaskan tangan, menunjuk amplop yang diserahkannya pada Hide.“Kau belum membukanya?” Hide meraih pisau pembuka amplop, dan merobek penutupnya yang masih tersegel. Ia mengira paling tidak Ryu sudah mengintip hasilnya.“Belum. Aku ingin melihatnya bersamamu. Cepatlah!” Ryu semakin tidak sabar.“Sudah aku katakan padamu, aku pasti be
Baca selengkapnya
Kebenaran yang Akhirnya Diketahui
“Ken, jangan dimakan!”Kaede menoleh saat mendengar seruan itu. Terlihat Karin melesat menghampiri Kenzo yang tengah merayap di atas tatami dan berusaha memasukkan kepingan lego berwarna merah ke mulutnya. Karin mengangkatnya dari lantai, merebut lego yang sudah basah oleh liur dari tangan Kenzo.“Dia cerdas sekali. Aku baru saja meninggalkannya dan ia sudah berpetualang.” Kaede yang menghampiri asistennya untuk mengambil surat, tersenyum gembira melihat semua itu.“Ken akan tersedak jika terus begitu.” Karin mengucapkannya dengan nada biasa, tapi itu sebenarnya adalah keluhan.Kaede yang tadi mengatakan akan menjaga Ken, saat dirinya memasak, tapi dengan mudah meninggalkannya di lantai. Seolah meninggalkan tanggung jawab.“Apa kau baru saja menegurku?” Kaede menatap K
Baca selengkapnya
Obat yang Tidak Benar
“Apa yang terjadi?!”Kaito berseru sambil menghampiri Karin yang mondar-mandir di hadapan UGD—bersama Kenzo yang tertidur dalam gendongannya. Dan hanya dia. Tidak tampak Kaname didekatnya, atau di kejauhan.“Okaa–san, dia tiba-tiba saja terjatuh. Aku tidak mengerti kenapa. Dia … dia sedang menegurku tentang masakan yang tidak enak. Lalu jatuh.”Karin menjelaskan sementara air matanya mengalir di pipi. Ia terisak sambil menghambur dalam pelukan Kaito, tapi Kaito menahan bahu dan memundurkan tubuh Karin. Dengan dua jari—telunjuk dan jempol. Seolah sedang menyingkirkan barang menjijikkan.“Apa yang kau lakukan? Tak ada siapapun di sini.” Kaito menatap sekitar. Area di depan UGD itu cukup sepi. Mereka tidak perlu bersandiwara untuk orang lain. Kaito tidak akan mau menyen
Baca selengkapnya
Persiapan yang Benar
“Kau terlalu tenang untuk ukuran wanita hamil.”Hide tidak menegur, dia sedang sangat heran karena melihat Ayu dengan mudah menjalani kegiatannya yang biasa.Tidak ada mual, atau pusing, apalagi muntah. Ayu menelan semua makanannya dengan baik, tidur dengan tenang, dan sejauh ini belum meminta apapun yang aneh.Hide menyiapkan semua jenis makanan yang pernah disukai Ayu, tapi tidak satupun mendapat sambutan istimewa. Ayu memakannya, tapi tidak pernah berlebihan. Standar makan yang biasa, bukan menghabiskan berkotak-kotak mochi sekali duduk. Keadaan normal yang tentu saja mengherankan Hide karena teringat bagaimana dulu Ayu sering pusing dan mual paling tidak.“Dia tenang karena sangat pintar.” Ayu meletakkan buku yang ada di tangannya ke meja, berpindah mengelus perut yang akhirnya menunjukkan perubahan
Baca selengkapnya
Alasan Benar
“Kau yakin tidak ingin menyewa orang lain lagi untuk membantu?”Kaito mengajukan pertanyaan itu untuk kesekian kali—setelah ibunya pulang dari rumah sakit sekitar dua minggu lalu—kepada Karin.“Tidak. Aku masih bisa jika hanya memasak untuk Okaa–san, maupun mengurus kebutuhannya yang lain. Aku gembira melakukan ini, karena akhirnya bisa membalas budi atas pertolongannya padaku.” Karin menjawab dengan nada terharu, sambil menyuapkan bubur ke bibir Kaede. Tapi bubur itu kembali meleleh keluar, karena Kaede menyemburkannya lagi.Terus seperti itu, dan Karin akan mengulanginya lagi. Diantara sepuluh sendok bubur mungkin hanya dua yang benar-benar masuk ke tubuh Kaede. Meski terlihat miring, otot bibirnya masih bisa membuat gerakan menyembur. Sayangnya ia hanya bisa membuat suara gumaman&l
Baca selengkapnya
Kecurigaan yang Diharap Tidak Benar
Kaito menatap pria yang duduk di sampingnya. Tampak ramah, sudah lebih dari setengah baya dengan kepala botak yang licin.Kaito tadi awalnya sempat terkejut saat melihatnya, karena berharap akan menemui pria amat renta atau orang yang berkaki cacat mungkin. Itu bayangan yang terbentuk dalam benaknya saat dua pria yang kini ada di deretan depan mengatakan orang yang mereka layani tidak bisa turun dari mobil.Ucapan salah yang langsung membuatnya waspada, dan setelah berada di samping pria itu, Kaito semakin curiga. Pria itu tampak tersenyum ramah, tapi senyum ramah menyelidik. Ia terus mengamati.“Maaf tapi apa maksudnya ini?!” Kaito sedikit berang. Ia butuh penjelasan bukan pengamatan.“Tidak perlu panik. Aku hanya akan membawa Anda berkeliling sebentar. Tidak akan jauh.” Pria itu menjelaskan sambil tersenyum.Kaito melihat bukti perkataan pria itu, karena ia bisa melihat mobil itu hanya berjalan dan berbelok mengitari area sekolah.“Itu tidak menjelaskan apa tujuanmu membawaku.” Kaito
Baca selengkapnya
Kebenaran yang Ternyata Diketahui
“Sandaime, tamu yang Anda tunggu sudah datang.”Kojima menemui Hide di ruang kerjanya, dan melaporkan siapa yang telah datang. Hide membanting dokumen yang ada di tangannya ke atas meja. Berang, karena kedatangan Pria Sampah itu adalah tanda adanya kesalahan. Hide sudah bisa menebak ada sesuatu yang terjadi, sayangnya ia tidak tahu apa.Semenjak mendengar laporan tentang gerakan aneh yang dilakukan oleh Kaito—yang mana sejenak ia menghilang di dalam mobil asing---lalu keluar dan mengunjungi rumahnya yang ada di Tokyo. Laporan itu mengherankan, tapi laporan yang berikutnya membuat Hide marah, karena ternyata Kaito pergi ke Osaka—ke rumah besar milik Kuryugumi.Urutan kunjungan—ke rumah Tanaka di Tokyo dan di Osaka, sudah jelas memperlihatkan pengetahuan Kaito tentang dirinya. Tentang Hideki Tanaka sebagai Sandaime, adalah sama dengan Hideki Tanaka yang tinggal di rumah paman dari Ayu. Masalahnya, Hide merencanakan langkah awal penghancuran Nakamura adalah besok. Sedikit lagi saja.“Di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
29
DMCA.com Protection Status