All Chapters of JANGAN MENCINTAIKU, PAMAN!: Chapter 271 - Chapter 280
287 Chapters
Extra 3 - Keluarga yang Salah
“Jangan membuang airnya. Susah sekali menghangatkannya.”Ryu menyayangkan Kyoko yang menyemburkan air hangat tadi. Karena minimnya alat, Ryu harus menghangatkannya memakai botol, dan harus berhati-hati agar tidak pecah.Tapi Kyoko tidak peduli dengan air, sambil mengusap bibirnya ia menatap Ryu yang sudah kembali duduk. Wajah Ryu sangat tenang. Tidak menampakkan tanda kegilaan yang merupakan tebakan Kyoko pertama saat mendengar kata menikah itu.“Apa udara dingin membekukan otakmu sampai mengkerut?” tanya Kyoko dengan wajah heran.“Pagi ini memang dingin, tapi saat ini otakku baik-baik saja. Api ini cukup menghangatkanku tadi malam.”Ryu menunjuk perapian menyala yang beraroma semakin lezat karena daging kelinci itu mulai matang.“Kalau otakmu masih normal, kenapa
Read more
Extra 4 - Kabar Benar yang Tidak Disangka
“Dia dihukum selama dua puluh lima tahun atas percobaan pembunuhan.”Ryu duduk di hadapan Hide—melaporkan hasil persidangan Karin, kepada Hide yang tengah memangku Natsu. Ia menyingkirkan kelopak sakura yang menyangkut di rambut Natsu.“Aku sudah katakan jangan membahas hal buruk saat aku bersama Natsu.” Hide mendesis.Ia punya peraturan baru, yaitu melarang siapapun untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan maupun hal-hal buruk saat dirinya sedang bersama dengan Natsu.Bukan berarti bayi berumur kurang dari lima bulan itu akan mengerti, tapi tidak membuat Hide peduli. Ia tetap meminta siapapun untuk berhati-hati.“Tapi aku sedang menyampaikan berita gembira. Ini tentang Karin yang dihukum. Ini bukan hal yang buruk,” sanggah Ryu.“Apa pun yang
Read more
Extra 5 - Keadaan yang Tidak Benar
“Hmm…” Ryu mengeluarkan keheranannya dalam gumaman.“Kau ingin mengatakan apa? Katakan saja.” Kyoko tidak marah. Ia hanya tegang.Ini pertama kalinya ia pulang setelah hampir delapan tahun pergi dari rumahnya—dalam keadaan tidak baik. Kyoko perlu menenangkan diri sebelum mereka memasuki rumah itu.“Kau tinggal di kuil?”Ryu menunjuk Torii—pintu gerbang kuil Shinto yang menjadi pembatas antara kawasan suci dengan kawasan tempat tinggal manusia, berwarna merah yang ada di dekat tempat mereka berhenti. Sesuai dengan petunjuk Kyoko.Mereka terbang ke Fukuoka tadi pagi, karena jaraknya memang jauh dari Osaka. Ryu ragu Kyoko akan menyuruhnya berhenti di sembarang tempat. Tapi jelas ia tidak akan siap kalau mereka akan berhenti di depan kuil.“Ya, aku
Read more
Extra 6 - Orang yang Benar
“Astaga! Ternyata …” Megumi menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar alasan yang dibuat oleh Ryu itu.“Pantas saja kalian sampai tak punya waktu untuk memberi kabar sebelum sampai ke sini,” katanya. Tentu saja alasan Ryu itu sangat cocok dengan keadaan di mana mereka harus terburu-buru menikah.“Benar, begitu…” Ryu tersenyum sambil meraih tangan Kyoko menggenggamnya. Tangan itu tentu saja sangat dingin.“Apa kau ingin duduk di dalam, atau mungkin ke dokter?”Ryu memberi penawaran yang terdengar normal, tapi sebenarnya ia sedang meminta pertimbangan dari Kyoko tentang mereka harus bagaimana. Apakah pergi atau tetap tinggal melanjutkan rencana.“Duduk saja di dalam. Aku akan baik-baik saja,” kata Kyoko. Meski keadaannya sangat buruk, tapi
Read more
Extra 7 - Siksaan yang Benar
Kyoko memandang tubuh yang terbaring miring dengan mata tertutup di geladak kapal yang mereka tumpangi. Tidak mengatakan apapun, tapi jelas melihatnya tidak berdaya seperti itu membuatnya tidak mual.Tidak ada kemungkinan pria itu bisa menyakitinya, rasa mualnya hilang begitu saja, meski sekarang tempatnya berdiri terus bergoyang karena gelombang laut yang cukup tinggi.“Sialan!” Terdengar umpatan dari Ryu dan itu mengherankan. Ia biasanya jarang mengumpat. Tapi kali ini merasa perlu karena ternyata ia mengalami mabuk laut. Ryu belum pernah menaiki kapal seumur hidup, dan kini tahu kalau hal itu adalah ide buruk. Setelah ini ia tidak akan pernah melakukan perjalanan di atas air lagi.“Lemah,” ejek Hide, tapi tangannya sambil mengulurkan obat anti mabuk.“Eh? Kau membawanya?” Ryu tentu kaget.
Read more
Extra 8 - Dendam yang Benar, tapi Tidak Akan Hilang
 “Aku… Jangan… Maafkan aku…” Shuji kembali merintih.“Kau meminta maaf berarti kau tahu telah melakukan kesalahan.”Ryu mendekat sambil mengeluarkan ponselnya, merekam apapun yang akan dikatakan Shuji.“Kau sekian lama menyembunyikan kesalahan itu, tidak mengakuinya, membuatnya trauma seumur hidup, membuatnya bermimpi buruk, bahkan membuat Kyoko tidak bisa menemui ibunya lagi.”Ryu menyebut dosa Shuji, dan kembali membuatnya merintih. Selain ‘merusak’ tubuh Kyoko, tentu rusaknya mental Kyoko lebih sulit disembuhkan. Apa yang dilakukan Shuji mengubah kehidupan Kyoko sepenuhnya, menghapus sifat aslinya, hanya menyisakan Kyoko yang ketus dan pedas untuk menghadapi dunia.Tapi di sisi Shuji, dunianya tidak berubah. Ia mas
Read more
Extra 9 - Seharusnya Ini Benar
Setelah sekian lama berjalan, Kyoko akhirnya menemukan penghuni utama rumah besar itu di dekat taman tengah. Ayu sedang bermain bersama Natsu di taman tengah.“Kyoko–chan!” Ayu melambai ke arahnya, sementara Natsu yang berdiri di depannya, langsung jatuh terduduk di tanah. Tapi bayi itu tidak menangis, dia berpaling dan tersenyum cerah menyambut Kyoko seperti ibunya.“Hai… Bocah.”Kyoko menyapa seadanya sambil mengusap kepala Natsu. Kyoko tidak terlalu menyukai anak kecil. Tidak seperti Ryu—maupun Yui yang membenci konsep hamil, tapi langsung menempel pada Natsu semenjak anak itu muncul di dunia—Kyoko masih tidak tahu harus bersikap seperti apa saat bersama anak kecil.Ia tidak membenci Natsu, tapi tidak juga memaksakan diri untuk antusias. Natsu juga tidak keberatan dengan sikap itu tampaknya. Kyoko hanya melihat Natsu yang menghambur ke arahnya setiap kali ia datang.Kyoko bersyukur untuk itu. Paling tidak sudah terlihat anak itu akan cukup ramah seperti ibunya, tidak keji seperti a
Read more
Extra 10 - Selamat Tinggal yang Benar
  “Silakan.” Setelah menghilangkan terkejut, Kaito membawa mereka masuk ke ruang depan rumahnya. Ayu memandang sekitar. Rumah itu tidak besar. Atau Ayu merasa seperti itu. Setelah tinggal di Osaka, penilaian Ayu atas rumah yang besar tentu saja berubah. Ukuran rumah biasa menjadi terlalu sempit menurutnya. Tapi memang terlihat nyaman dan bersih. Rumah itu bergaya tradisional tentu, sedikit mengingatkan Ayu atas rumah Miura di Utoro. Tapi kegiatan Ayu mengamati rumah itu terganggu karena Kyoko menarik tangannya agar duduk. Itu untuk meluapkan kejengkelannya. Sejak tadi Kyoko menatap galak ke arah Kaito yang tampak salah tingkah karenanya. “Ini benar-benar kejutan,” kata Kaito. Memutuskan untuk mengabaikan Kyoko dan tersenyum untuk Ayu.
Read more
Extra 11 - Permintaan yang Benar
Ayu mematut dirinya di cermin, menatap kimono baru yang akan dipakainya lusa. Kimoni itu dipesan khusus untuknya, jadi tentu semua pas. Tapi Ayu ingin melihat apakah warnanya cocok sesuai bayangan. Dan memang semua cocok. Jatuh dengan pas di tubuhnya, tidak berat dan panas. Itu yang penting, karena saat ini masih musim panas. Kimono modern dengan warna dasar putih itu, dihiasi oleh bunga sakura pink. Ayu bahkan menyiapkan hiasan rambut yang juga penuh dengan hiasan bunga sakura juga untuk melengkapinya. Ayu tidak memakai hiasan bunga itu sekarang, tapi saat mencoba untuk menempelkannya di kepala, warna pink itu juga cocok dengan rambut hitamnya. Semua beres kalau begitu. Ia sudah menyiapkan baju untuk Natsu, juga Hide. BRAK! Ayu tersentak dan menjatuhkan hiasan rambut di tangannya. Suara keras pintu geser yang tertutup itu, tentu membuatnya kaget. Untung saja Natsu ada di kamar sebelah, jadi tidak akan terganggu. Tidak terdengar suara tangis, bahkan saat suara langkah Hide saat m
Read more
Extra 12 - Misi yang Benar
Ryu menggelengkan kepala saat kembali dengan mudahnya bisa membuka pintu apartemen Kyoko setelah memasukkan tanggal ulang tahunnya—dan akan datang lusa.Ryu sudah berpuluh kali mengingatkan Kyoko untuk pengganti password yang terlalu mudah ditebak itu. Bukan hanya sekali—saat dulu ia berhasil masuk untuk mencari alat penyadap, tapi beberapa kali setelahnya juga sama.Saat ini Kyoko sudah tidak lagi tinggal di Tokyo. Ia pindah ke Osaka karena memang pekerjaannya lebih banyak di daerah Osaka, setelah benar-benar aktif menjadi bagian dari Kuryugumi yang membantu Hide dan Ryu.Hanya Kyoko belum rajin bekerja setelah kunjungan ke rumah orang tuanya, dan tidak ada yang memaksa juga. Hide tidak menyuruh apapun, tergantung Ryu.Keamanan apartemen itu benar-benar lemah, terutama karena masih tidak ada suara apapun meski Ryu sudah berjalan memasuki ruangan selama beberapa saat. Sudah jelas Kyoko tertidur karena memang hari sudah cukup malam. Ryu memang langsung pergi ke apartemen itu setelah kem
Read more
PREV
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status