All Chapters of Jelata Jadi Penguasa: Chapter 11 - Chapter 20
21 Chapters
Chapter 11
Prakkk "Arghhh!" Jeritan kesakitan menggema ke seluruh ruangan. Seorang pria seketika terkapar begitu besi panjang itu menyabet tubuhnya. "KATAKAN YANG SEBENARNYA, DARI MANA SAJA KAU?!" Jirea, sang pelaku pemukulan itu tanpa belas kasih membuat babak belur puteranya. Beberapa saat lalu Adrian memang berhasil sampai di peraduannya sebelum Jirea datang, namun malangnya Jirea menyadari sosok Adrian yang telah kembali berkat bercak tapakan kaki yang tertinggal di depan pintu. Saat itu juga Jirea mengobrak-abrik perabotan kamar sang pangeran. "Apa kau mendadak bisu usai berjalan-jalan keluar?!" Adrian entah mengapa sedari ia dipergoki sang ibu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menolak menjawab hingga menyebabkan Jirea menyiksanya secara brutal. "Masih tidak menurut rupanya, baiklah bagaimana kalau kuhilangkan salah satu kakimu agar kau tak bisa kabur lagi?" ujar Jirea mengeluarkan senyuman iblis. Tangan Jirea bergerak menodongkan moncong besi itu pada kaki kanan pangeran. Seda
Read more
Chapter 12
George keluar dari Pavilium Waterist usai menyelesaikan pembelajarannya dan langsung dikejutkan dengan lorong istana yang mendadak riuh. "Apa yang terjadi?" tanyanya kepada pengawal yang membuntutinya di belakang. "Izin menjawab, Yang Mulia, baru saja terjadi penangkapan Selir Agung Jirea dan sekarang telah dimasukkan ke penjara para bangsawan," jawab pengawal putera mahkota yang sedari tadi berjaga di depan pavilium. George menghentikan langkahnya. "Jadi ayah benar-benar mampu menunaikan apa yang menjadi hukuman selir itu ya?" gumamnya tersenyum sinis. "Tapi sepertinya jika hanya selir itu saja yang masuk penjara, ia akan merasa kesepian. Baiklah, karena suasana hatiku sedang baik, sepertinya ia akan senang jika kukirimkan anaknya untuk menemaninya," lanjutnya yang tiba-tiba saja terpikirkan sebuah ide yang brilian. Pandangannya segera berseri begitu menatap buku tipis yang ia bawa. Sepertinya ide picik untuk menjebloskan sang pangeran mengikuti jejak sang ibu telah ia temukan
Read more
Chapter 13
"ADRIAN HENTIKAN JIKA KAU MASIH MEMILIKI RASA MALU!" Kedua pemuda kakak beradik itu menghentikan aksinya. Pandangn mereka terpatri pada sosok yang baru saja hadir. Dewi fortuna tak berpihak kepada Adrian begitu Vernon hadir dengan wajah murkanya. "Lepaskan tanganmu sebelum kutebas lehermu!" Cengkeraman tangan pangeran pada leher George mengendur. Hal itu dimanfaatkan George untuk mendorong agar ia tak lagi dipojokkan. Dorongan kuat George membuat Adrian terdorong kebelakang beberapa meter namun untung saja ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. "Sebenarnya ini ada apa? Mengapa kalian semua berapi-api menyerangku?" tanya Adrian sudah lelah beberapa hari ini terus diganggu dan diciderai baik fisik maupun mentalnya. Baru kemarin ia sempat disiksa oleh ibu kandungnya hingga babak belur. Belum kering luka pada fisik Adrian, kini sang ayah dan saudara kandungnya ikut menyerangnya secara verbal. Kaisar berjalan mendekat, aura dingin dan kemarahan tentu menguar dari sosoknya.
Read more
Chapter 14
Seorang gadis terlihat duduk tertunduk di sebuah ruangan putih dengan aroma obat yang menyeruak. Di depannya terdapat seseorang yang tengah berbaring tak sadarkan diri dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuhnya. "Kak, kapan kau akan terbangun? Mengapa kau sangat betah tertidur? Apa kau tidak ingin menjahiliku lagi?" gumam gadis tersebut menggenggam tangan sang kakak yang tertempel selang infus. Pertanyaan demi pertanyaan gadis itu lontarkan, namun tak kunjung juga ada sahutan. Sudut matanya tiba-tiba berair memandang wajah pucat sosok yang selalu menampilkan raut kejahilan. "Andai saja Kim lebih berani membela kakak di depan papa. Pasti semua ini tidak akan terjadi." Penyesalan yang ia lontarkan membuatnya tergugu dalam tangis. Di sela tangis, gadis itu terkejut bukan main melihat jari tangan yang tengah ia genggam bergerak. "Kak Adrian?" "Kak Adrian, bangun?!!" Gadis kecil itu spontan beranjak dari duduknya. Ia bersorak gembira melihat ada respon tubuh dari sang
Read more
Chapter 15
Di tengah gelapnya malam, terlibat dua pemuda yang baru saja keluar dari Penjara Scarevon. Mereka nampak berjalan dengan santai namun sesekali menoleh memantau situası Pemuda bersurai hitam itu berjalan lebih cepat meninggalkan pemuda lainnya yang berpakaian Kerajaan."Hey kau mau membawaku ke mana?" tanya Adrian mulai merasa khawatır jika pemuda di depannya ini berniat buruk.Terdengar hembusan napas berat "Meskipun kau tak mengingat siapa aku, setidaknya percayalah, aku bukanlah orang jahat," jawabnya yang kesal akibat pertanyaan itu telah berulang kali Adrian utarakan"Ya, tapi kau tidak menjawab pertanyaanku. Aku di sını kehilangan ingatan jadi aku tak mau terjebak dalam tipu muslihat musuhku," tanggap Adrian dengan entengnya."Hey kenapa kau memilih jalanan seperti ini?" lanjut Adrian bertanya-tanya.Jalan yang mereka lalui berbeda dengan jalanan yang dilewati Adrian saat diseret prajurit istana. Jalan setapak dengan kanan dan kiri jalan ini dikelilingi pepohonan membuat Adrian b
Read more
CHAPTER 16
Langkah cepat tunggang langgang Adrian membawanya masuk ke sebuah hutan yang begitu gelap. Beberapa saat lalu ketika ia melarikan diri dari orang misterius yang berusaha menyerangnya, yang ada dipikirannya hanyalah pergi sejauh-jauhnya maka dari itu kini ia merasa kebingungan mendapati dirinya telah pergi terlalu jauh.Meskipun ia masih terengah dan syok dengan kejadian luar biasa yang hampir saja merenggut nyawanya itu, ia berusaha sebisa mungkin tenang dan berpikir dengan kepala dingin."Sekarang aku harus apa?" bisik Adrian yang sekarang tengah bersembunyi di belakang sebuah pohon besar. Ia sesekali menoleh ke belakang memastikan tak ada musuh yang mengikutinya."Orang tadi tak apa-apa kan kutinggal sendiri?" ucapnya mendadak gusar memikirkan pemuda menyebalkan yang melindunginya.Perasaan bersalah seketika menghantuinya, ia gelisah memikirkan penolongnya yang menahan gerombolan musuh seorang diri. Meskipun ia belum bisa memastikan orang yang menolongnya itu orang baik, terbesit se
Read more
CHAPTER 17
Keadaan di dalam penjara sangat mencekam. Asap yang mengepul semakin hitam di tambah dengan jeritan para tahanan membuat Adrian memandang ironis. Ternyata masih banyak tahanan yang belum diselamatkan. "Ibu ... apa kau masih bertahan?" panggil Adrian begitu sampai di sekitar sel yang ditempati Jirea. "YA! ADRIAN TOLONG IBU!!" teriak seorang wanita yang meronta di depan pintu sel. Adrian bergegas maju mendekat. "Aku akan menyelamatkanmu, bertahanlah," ujarnya berusaha mencari lubang gembok yang mengunci pintu sel. Yap! Ia memiliki kunci sel ibunya. Sebelum ia meninggalkan Zilano, Zilano memintanya untuk mengambil kunci sel yang ada di belakang pakaiannya. Itu sangat menguntungkannya karena ia tak perlu bersusah payah menghancurkan gembok yang sekeras batu itu. Keadaan penjara yang teramat gelap di tambah dengan kepulan asap yang menghalangi pandangan, membuat Adrian kesulitan mencari letak pintu sel. "Ashhhh," desis sang pangeran begitu tangannya menyentuh besi sel yang rupanya
Read more
CHAPTER 18
Seorang gadis dengan paperbag coklat di tangan kanannya baru saja memasuki pintu sebuah ruangan. Ia terlihat senang sekaligus antusias memeluk paperbag yang ia bawa."Halo, Kak Adrian! Kim kembali .... " ucapnya dengan wajah kegirangan.Raut wajahnya tak bisa dibohongi jika hari ini harinya sedang berjalan baik. "Kak, Kim mau cerita deh. Hari ini Kim lagi ketiban durian runtuh tau!" jelasnya dengan kebahagiaan yang meletup-letup.Gadis berambut lurus itu mengambil paperbag dan mengeluarkan isinya. "Lihat, Kak, akhirnya Kim bisa mendapatkan novel impianmu, Kak!"Sebuah buku berjudul 'Ksatria Perebut Tahta' dengan girangnya ia angkat tinggi-tinggi. "Sebenarnya Kim masih bingung dengan ending cerita ini terlalu plottwist dan mengada-ada. Bagaimana bisa karakter utama justru menududuki peran antagonis. Bukankah itu tidak menarik sama sekali. Tapi aneh sih mengapa novel ini langka, Kak?" celoteh Kim sembari memainkan tiap lembar buku dengan jarinya.Helanaan napas terdengar. "Bangunlah,
Read more
Chapter 19
"Apa yang terjadi, Paman?" tanya pangeran begitu Terrson telah menapaki teras. "Bukakan pintu itu terlebih dahulu, Pangeran," ujar Terrson jelas dengan suara penuh kepanikan. Adrian tak berbicara lagi, ia segera membukakan pintu dan mempersilakan masuk. Adrian juga segera memanggil Andrew agar Zilano bisa segera di tangani. Jirea yang tadinya tengah tertidur terperanjat penuh keterkejutan begitu pintu dibuka dengan kasar. "Hey! Bisakah kalian tidak berisik!!" teriak Jirea murka. Murka Jirea nyatanya tidak digubris sama sekali. Andrew segera fokus menangani pasiennya sedangkan Terrson sibuk dicecar pertanyaan oleh Adrian. "Situasi sedang genting, Pangeran, maafkan aku tidak bisa menjelaskan sekarang. Aku harus segera menghadap Yang Mulia Kaisar," jawab Terrson yang memng terlihat berburu-buru. "Aku titipkan Zilan kepadamu," lanjut Terrson menepuk pundak sang pangeran. Ia kemudian membungkuk hormat dan kembali keluar ruangan untuk melaporkan situasi. Adrian menatap Zilano yang n
Read more
Chapter 20
"Panglima Agung Roger Widelson memberi salam kepada Yang Mulia Kaisar." Roger berlutut menghormat sesampainya ia di depan singgahsana Vernon. Wajah Sang Kaisar yang sedari tadi terlihat tak tenang berubah drastis begitu melihat utusannya. "Saya ingin melaporkan situasi yang menimpa Penjara Scarevon, Yang Mulia," lanjut Roger mengangkat wajahnya menatap kaisarnya. Sang kaisar dengan berusaha santai menjawab, "cepat laporkan." "Dugaan atas pemberontakan benar, Yang Mulia. Insiden penyerangan penjara adalah bentuk pemberontakan dari Kerajaan Muez." Mendengar sepenggal jawaban bawahannya itu, sang kaisar kontan murka. "KURANG AJAR! Ternyata William Muez memang ingin mengibarkan bendera perang kepadaku?!" seru Vernon keras. Urat pelipisnya menonjol dan rahangnya mengeras pertanda amarahnya sudah menggebu-gebu. "Lantas apa tujuannya menyerang penjara?" Keheningan seketika tercipta. Roger terus tertunduk dengan menggigit bibir bawahnya takut. Nyalinya yang tadinya menggebu mendadak
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status