All Chapters of Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Chapter 101 - Chapter 110
261 Chapters
Micheal Berhadapan Dengan Stone
Setelah setengah jam berlalu, Ronald meninggalkan ruangan konferensi dengan langkah tegap, diiringi oleh pengawalnya. Sejak awal hadir dalam acara tersebut, ia merasa risih dan menahan emosi akibat berbagai pertanyaan yang menghujam hatinya. Mata Ronald memerah, menahan amarah yang menggebu. Raut wajahnya mencerminkan kekesalan dan rasa malu yang mendalam karena berita yang menimpa anak bungsunya, Hendy. Langkahnya semakin cepat, hendak segera mengakhiri segala permasalahan yang mendera keluarganya. Begitu sampai di ruangan kantornya, Ronald menutup pintu dengan keras, diikuti oleh Stone yang setia menemaninya. Napas Ronald terengah-engah, mencoba menenangkan diri sejenak sebelum memberikan perintah penting. "Perintahkan mereka segera bebaskan Hendy, dan hentikan semua berita yang menyudutkannya!" ucap Ronald dengan nada tinggi, penuh emosi. "Pak, masalahnya adalah..." Stone mencoba menjelaskan, namun suaranya terpotong oleh tatapan tajam Ronald yang menuntut kepastian dan penyelesa
Read more
Pertengkaran Charlie dan Ronald
Stone menatap sang Jenderal sambil berkata," Jenderal, untuk apa melawan beliau? Tidak ada keuntungannya sama sekali. Beliau adalah ayah dari Jenderal dan tuan muda Hendy.""Ini adalah urusan keluargaku, sebagai orang luar tidak perlu ikut campur. Bawahan selamanya hanya penjaga pintu. Ingin aku membebaskan putra kesayangannya setelah dia menimbulkan keributan di rumahku? Jangan bermimpi!" ucap Charlie.Keesokan harinya.Ronald berjalan dengan langkah tegap memasuki kediaman Jenderal, Begitu melangkah masuk, pandangannya langsung tertuju pada Vivian yang tengah sibuk menyediakan hidangan di ruang makan. Tanpa sadar, emosi Ronald langsung memuncak, dan ia menatap tajam pada wanita itu dengan penuh kebencian. "Wanita sialan, kau adalah penghancur keluargaku, tidak seharusnya kau menginjak kaki di sini. Hanya setumpuk rumput liar. Tapi, malah ingin berkuasa," bentak Ronald dengan suara keras. Emosinya tak terbendung, tangan kanannya menyapu hidangan yang tersaji di atas meja, membuat pi
Read more
Celine Menyelidiki Kehidupan Vivian
Ronald menatap Charlie dengan tatapan kesal dan amarah yang terpancar jelas dari wajahnya. "Berani sekali kau mengancamku, Jangan lupa siapa yang menaikan pangkatmu saat itu!" ucapnya dengan suara keras dan penuh emosi. Charlie, yang tak kalah emosinya, menatap tajam balik ke arah Ronald. "Aku tentu ingat," jawabnya dengan nada tegas. "Tapi, kamu juga jangan lupa. Siapa yang mati-matian di medan perang hingga banyak jatuhnya korban. Nyawaku dan prajuritku sebagai taruhannya. Sedangkan dirimu hanya menurunkan perintah. Yang berjuang adalah kami. Pangkat Jenderal aku dapatkan dengan usaha dan tumpah darah." Mereka berdua saling beradu pandang, atmosfer di sekitar mereka semakin tegang. Keringat bercucuran di dahi mereka, namun tak ada yang mau mengalah. "Aku bisa naikan pangkatmu dan bisa rebut semua yang aku miliki saat ini," ancam Ronald dengan suara dingin, menunjukkan betapa seriusnya dia dalam menghadapi situasi ini. Charlie tersenyum sinis, seolah tak takut dengan ancaman Rona
Read more
Emily Kembali Ke LA
Kediaman Jenderal.Charlie duduk di ruang kerjanya yang luas, dan atas meja kerjanya yang besar dan rapi, tergeletak laporan serta foto-foto kecelakaan yang dialami oleh sahabatnya, Hanz. Beberapa foto menampilkan puing-puing kendaraan yang hancur, sementara yang lain menunjukkan Hanz yang terbaring di ranjang ruang autopsi dengan wajah pucat dan penuh lebam. Tiba-tiba, "Drrt!" suara getaran ponsel milik Charlie yang tergeletak di samping komputernya. Charlie menghentikan pandangannya dari foto-foto tersebut dan mengambil ponselnya. Dia melihat nomor yang tak dikenal di layar, dan segera menerima panggilan tersebut. "Hallo!" ucap Charlie, sedikit terkejut dengan panggilan yang datang tiba-tiba. "Charlie, aku sudah tiba di bandara. Apakah kamu bisa datang menjemputku? Aku ingin ke rumah sakit!" suara seorang wanita yang terdengar sedih dan cemas melalui sambungan telepon. "Emily?" tanya Charlie."Iya, Charlie. Apa kamu datang menjemputku?"tanya Emily."Aku sedang sibuk sekarang, A
Read more
Celine Menemui Ryan dan Ruby
Ronald duduk di ruang kerjanya, wajahnya tampak semakin merah karena emosi yang tak terbendung. Di layar televisi di depannya, berita tentang rekaman Hendy yang melempar barang di ruangan Charlie menjadi headline berita utama. Rekaman itu menampilkan betapa brutal dan tak terkendali Hendy saat itu, mempermalukan keluarga mereka di mata publik. "Kurang ajar sekali! Kenapa dia harus melakukannya tanpa berpikir risikonya? Apakah dia tidak menganggap Hendy adalah adiknya?" ujar Ronald dengan geram, mengepal tinju di atas meja. Rasa marah dan kecewanya terhadap Charlie semakin memuncak, membuat napasnya terasa memburu. Stone, asisten pribadi Ronald, berdiri di sampingnya dengan wajah khawatir. Dia takut melihat Ronald dalam keadaan seperti ini, namun dia merasa perlu untuk berbicara. "Pak, sepertinya Jenderal tidak peduli dengan tuan muda. Apakah dia menaruh dendam karena perbuatan nyonya?" tanya Stone dengan ragu. Mendengar perkataan Stone, Ronald menatap asistennya dengan mata nanar.
Read more
Ryan dan Ruby Ketakutan
Ryan dan Ruby semakin cemas melihat reaksi Celine yang tak biasa. Selain itu mereka juga dikepung oleh kaki tangan wanita pendiri Group Stars. Celine yang menyadari pasangan itu yang ketakutan, dan wajah mereka juga pucat pasi Ia semakin menekan mereka agar mendapatkan jawaban yang dia inginkan."Celine mengeluarkan kalung yang berkilau dari dalam tasnya, menggantungkannya di depan Ryan dan Ruby. Kalung bulan sabit itu seperti memiliki aura yang membuat pasangan itu gemetar ketakutan. "Kalian mengenal kalung ini?" tanya Celine dengan tatapan tajam yang menusuk hati. Ryan dan Ruby saling pandang, keringat dingin mengucur di kening mereka. Mereka menyadari perbuatan yang mereka lakukan telah terungkap."Kenapa kalung ini ada padanya? Bukankah sudah ku buang malam itu," gumam Ryan. "Tidak....Kami tidak tahu kalung apa itu," jawab Ruby dengan suara gugup dan bergetar. "Benarkah tidak tahu? Tapi, kenapa Vivian mengakui kalung ini adalah miliknya?" tanya Celine sengaja memancing pasan
Read more
Ancaman Celine
"Vivian, Apakah selain kamu, Mereka masih memiliki anak yang lain atau kamu pernah melihat mereka membawa pulang anak kecil?" tanya Charlie.Vivian menatap jauh, mencoba menggali kenangan masa lalu yang terpendam dalam benaknya. Dia mengernyitkan dahi, berusaha keras mengingat setiap detail yang sempat terlewatkan. "Saat aku berusia dua belas tahun, aku pernah menyaksikan momen di mana mamaku menangis pilu sambil berbicara dengan papaku. Aku tak sengaja mendengar mereka membahas tentang kehilangan anak kesayangan dan betapa menyesalnya mereka," ungkap Vivian dengan nada sedih."Charlie menatap Vivian dengan ekspresi penuh penasaran, "Anak yang mereka maksudkan itu siapa ? Apakah sebelumnya mamamu pernah mengalami keguguran, atau ada cerita lain yang belum kamu ketahui?" Vivian menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu pasti, Charlie. Apa yang aku dengar saat itu sudah hampir aku lupakan. Mereka tidak suka banyak bicara denganku sehingga aku tidak berani bertanya," jawab Vivian."Andaikan
Read more
Berita Penyakit Charlie Telah Diketahui
Keringat dingin mulai mengucur di dahi Ryan dan Ruby saat mereka mendengar ancaman Celine yang akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Mereka berdua tak bisa menyembunyikan rasa cemas yang semakin memuncak. "Tidak! Kau tidak bisa melakukan ini pada kami. Kami sudah membesarkan putrimu. Seharusnya kamu berterima kasih pada kami," teriak Ryan dengan nafas yang tersengal-sengal. Sementara itu, anak buah Celine dengan paksa menarik tangan Ryan ke arah mobil yang telah menunggu. "Alex, layangkan tuntutan pada mereka. Karena telah menculik putriku...," ucap Celine dengan tegas, namun suaranya mendadak terdiam. Sepertinya ada sesuatu yang terlintas dalam pikirannya."Direktur, apakah ada masalah lain?" tanya Alex dengan nada khawatir. Matanya menatap Celine yang terlihat sedang berpikir keras. "Vivian... aku harus memberitahu dia dan Charlie mengenai hal ini," gumam Celine lirih. Ryan dan Ruby terus menatap Celine dengan penuh kekhawatiran dan ketakutan. Mereka merasa dunia mereka seolah
Read more
Mencari Bukti
Micheal mengeluh panjang saat menyusuri jalan di sekitar lokasi kecelakaan yang menimpa Hanz. Dia telah berusaha keras mencari bukti dengan menghampiri semua rumah di sana untuk memeriksa kamera CCTV yang mungkin terpasang di sekitar. Namun, upaya tersebut seakan sia-sia karena tak ada satupun kamera yang ditemukan. "Aku sudah mencari setengah hari di sini dan masih belum dapatkan kamera CCTV, apakah benar tidak ada yang pasang? Tidak mungkin juga, sungguh aneh," gumam Micheal yang berdiri seberang jalan dari lokasi kejadian, kebingungan terpancar di wajahnya. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, mengeluarkan suara notifikasi. Micheal segera mengangkatnya saat melihat nama Alexa di layar ponselnya. "Hallo!" sapa Micheal. "Apa kamu sudah melihat berita?" tanya Alexa dengan nada khawatir. Micheal mengernyit, belum sempat melihat berita hari ini karena sibuk mencari bukti. "Belum, kenapa?" tanyanya penasaran. Alexa menghela napas sebelum menjelaskan, "Berita tentang penyakit Charlie ada
Read more
Micheal Diincar
Reporter yang terus mencatat jawaban Ronald akhirnya melontarkan pertanyaan berikutnya, "Pak, bukankah CIPA adalah penyakit keturunan? Lalu, bagaimana dengan kondisi Anda?" Mendengar pertanyaan itu, Ronald menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kondisi saya sama sekali tidak mempengaruhi kesehatanku, karena sejak masih kecil saya sangat menjaga kesehatan. Menghindari pekerjaan berat dan banyak istirahat. Charlie ingin menjadi militer sehingga dia mengabaikan kondisinya. Saya cukup menyesal karena membiarkan dia bekerja keras sehingga berdampak buruk pada kesehatannya," ujarnya dengan nada pura-pura sedih. Wajah Ronald terlihat muram, matanya berkaca-kaca seolah ingin menangis. Namun, di dalam hatinya, ia merasa lega karena berhasil meyakinkan reporter bahwa ia berhasil mengelabui mereka.Reporter itu mengangguk mengerti, mencatat jawaban Ronald dengan seksama sebelum mengakhiri wawancara.***Alexa yang sedang melihat berita konferensi Pers Ronald sambil bergumam," Ternyata dia
Read more
PREV
1
...
910111213
...
27
DMCA.com Protection Status