All Chapters of Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Chapter 141 - Chapter 150
261 Chapters
Vivian Menemui Emily
Vivian bangkit dari posisi duduknya, air mata mengalir di pipinya. Perlahan ia berdiri dan melangkah menuju ke kamarnya. Hatinya begitu sakit melihat rekaman suaminya bersama Emily menggunakan kamar yang selama ini menjadi saksi cinta mereka. Setiap langkah terasa begitu berat, namun Vivian terus melangkah. Saat melangkah masuk ke dalam kamar, hatinya semakin sakit melihat pakaian wanita yang tergeletak di atas kasur. Pakaian tersebut bukan miliknya, melainkan milik Emily. Vivian mengepalkan tangannya dengan kuat, kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu. "Bryan, kamu tega menyakitiku, lalu, apa gunanya kita menikah," ucap Vivian dengan suara yang parau. Air mata yang tak bisa dibendung kembali mengalir deras membasahi pipinya. Vivian yang kesal meninggalkan kediaman dengan langkah cepat. Ia mengemudi mobil sendiri, dengan kecepatan yang cukup tinggi. Jiwanya sedang tidak tenang, tidak peduli dengan resiko yang ada."Bryan Anderson, Kalau pun ingin menceraikan aku, keluar ber
Read more
Pembagian Harta
Emily keluar dari rumah sakit dengan langkah cepat dan wajah murung, mengambil kunci mobilnya yang di dalam kantong jaketnya. Ia melangkah menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu utama. Sementara itu, Vivian duduk di dalam mobilnya, mengawasi setiap gerak-gerik Emily dengan tajam. Matanya tak lepas dari sosok wanita itu. Saat Emily menghidupkan mesin mobilnya dan mulai melaju perlahan meninggalkan rumah sakit, Vivian segera menggenggam setir mobilnya dan mengikuti dari jarak aman. Hatinya berdegup kencang, seraya bergumam dengan nada penuh amarah, "Aku yakin kamu tahu di mana Bryan berada. Jangan harap kalian bisa bekerja sama membodohiku, andai kalian saling mencintai. Maka, buktikan di depan mataku!" Dengan penuh kewaspadaan, Vivian mengikuti Emily yang tampaknya tidak menyadari keberadaannya. Ia memastikan jarak yang cukup agar tidak terlalu mencolok di mata Emily. Namun, Tiba-tiba, sebuah mobil melaju dengan kencang dan menghadang jalannya, membuatnya terpaksa menge
Read more
Alasan Cerai
Pengacara Jeff membuka map berisi dokumen yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Wajahnya tampak serius dan tatapannya tajam. "Pembagian aset untuk nona Zanetta," ujar Jeff sambil mengeluarkan lembaran dokumen. "Mansion mewah yang berada di Jerman, Toko Fashion, dua mobil mewah, serta uang tunai yang telah ditransfer ke akun rekening Anda oleh tuan Anderson. Semua telah resmi diganti menjadi nama Anda." Mendengar ucapan Jeff, Vivian terkejut dan menatap Jeff dengan wajah bingung. "Toko Fashion?" tanyanya heran, tidak mengerti maksud dari apa yang baru saja diucapkan. Jeff mengangguk lalu menjelaskan lebih lanjut, "Benar, nona Zanetta. Toko Fashion tersebut baru dibeli oleh tuan Anderson beberapa bulan lalu, dan kini akan sepenuhnya diserahkan kepada Anda." Bukannya bahagia mendapatkan sebagian aset dari sang suaminya, Vivian semakin hancur perasaannya. Ia menyadari hubungannya dengan Bryan sudah di ujung tanduk. "Apakah dia sudah menyiapkan semuanya, Karena dia tahu suatu saat dia
Read more
Permintaan Bryan
Dokter Cale dan Emily menghampiri Bryan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajah pucat dan tubuhnya yang kurus membuat hati mereka terenyuh. "Tuan Anderson, bagaimana dengan kabarmu hari ini?" tanya Dokter Cale sambil mencoba tersenyum penuh harapan. Emily menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, namun berusaha tegar demi pasien dan juga pria yang dia cintai. "Bryan, kamu harus percaya diri dan semangat. Jangan meminta kami melakukan itu. Kamu harus berjuang," ujarnya lembut. Bryan hanya mampu menatap mereka dengan mata yang terbelalak. Bukan hanya lumpuh seluruh anggota tubuh, Bryan juga tidak bisa mengedipkan matanya. Penderitaan yang dia alami akan mengambil jangka waktu yang panjang. CIPA yang telah memburuk membuat Bryan tidak bisa bicara dan hanya bisa mendengar. Hatinya hancur, merasa tidak berguna dan terkurung dalam tubuhnya sendiri. Dokter Cale berkata," Anda adalah pria tangguh dan hebat, Sudah berapa banyak musuh yang Anda kalahkan. Sekarang musuh terbesar An
Read more
Ketidakpuasan Emily
"Apakah Mama ingin aku tinggal di Jerman?" tanya Vivian.Celine sambil menyeka wajah putrinya," Iya, mama butuh orang terpecaya, kamu adalah kandidat paling kuat," jawab Celine dengan senyum."Tapi, aku tidak memiliki pengalaman," kata Vivian."Kamu bisa belajar, Anggap saja mulai dari bawah. di sana ada sekretaris Nicole yang akan membantumu!" jawab Celine."Ma, aku ingin mulai dari nol," ujar Vivian."Vivian....""Ma, jangan memberiku jabatan tinggi, Aku tidak layak. Aku tidak ingin menjadi atasan mereka karena hubungan kita!" Celine tersenyum lembut dan mengelus pucuk kepala putrinya, lalu berkata, "Apakah kamu benar-benar berpikir seperti itu?" Vivian mengangguk mantap, "Iya, Ma. Mengelola hotel butuh pengalaman, Sedangkan aku tidak memiliki pengalaman. Jadi, aku ingin belajar sambil bekerja," jawab Vivian dengan senyum tulus. Celine tampak merenung sejenak, kemudian tersenyum kembali dan berkata, "Baiklah, Mama akan atur untukmu!" Ia pun memeluk putrinya erat, merasakan ketegu
Read more
Tamu VIP
Malam itu, suasana kamar rumah sakit begitu hening dan sepi. Emily berjaga di samping Bryan, yang telah terbaring lemah selama hampir dua bulan. Tangannya mencengkeram erat tangan Bryan, merasakan denyut nadi yang lemah namun masih ada. Raut wajah Emily terlihat tegar, meski di dalam hati dia merasa cemas dan takut. "Bryan, apa pun yang terjadi, aku akan tetap setia menemanimu hingga kamu sembuh. Kamu pasti bisa, Bryan," ucap Emily dengan suara bergetar, berusaha memberikan semangat kepada pria yang selama ini menjadi cinta hatinya. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu kamar. Emily menoleh dan melihat sosok Micheal yang berdiri di ambang pintu. Wajah Micheal terlihat serius."Ternyata kamu masih di sini," ujar Micheal"Aku hanya ingin menemani Bryan," jawab Emily singkat, tak ingin mengungkit masalah lain dengan Micheal. Micheal menghela napas, lalu berkata, "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ayo kita keluar sebentar." Kemudian, Micheal beranjak meninggalkan
Read more
Serangan Sekelompok Penjahat
Billy yang sedang duduk di sofa kamar hotel mulai melepaskan dasinya dengan perlahan. Wajah tampannya terlihat tegang, tanpa senyuman seperti biasa. Di ruangan itu, Vivian dan dua rekannya berdiri dengan rasa cemas dan tidak nyaman. "Tuan, makan siang akan disediakan. Silakan menunggu sebentar!" ucap salah satu rekan Vivian dengan suara lembut dan sopan, berusaha mencairkan suasana yang terasa berat. Namun, Billy tidak menyambut baik ucapan tersebut. Tanpa menoleh ke arah mereka, ia mengeluarkan perintah yang tegas, "Jangan mengangguku, keluar!" Mendengar perintah tersebut, Vivian dan kedua rekannya hanya bisa menelan ludah dan beranjak pergi dari sana dengan langkah yang tergesa-gesa. "Istri seorang Jenderal bekerja di sini, sementara Bryan Anderson menghilang begitu lama." Rasa penasarannya terhadap situasi ini semakin membuat Billy merasa frustasi dan tidak sabar.***Di tengah hutan yang lebat di Los Angeles, pasukan prajurit yang dipimpin oleh Edward tengah memburu sekelompok
Read more
Tatapan Dingin Seorang Billy
Klien menatap cemas wajah Edward yang serius, "Ada yang tahu bahwa Jenderal tidak berada di markas?" tanyanya dengan suara berat. "Bisa jadi! Mungkin di antara kita ada mata-mata," jawab Edward dengan ekspresi tajam, memperhatikan gerak-gerik para prajurit melalui jendela kantornya."Markas begitu banyak jumlah prajurit, bagaimana kita cari orangnya?" tanya Klien, merasa khawatir akan keselamatan Jenderal. "Kita hanya bisa buktikan bahwa Jenderal dalam keadaan baik-baik saja," jawab Edward dengan tegas. "Caranya?" tanya Klien, penasaran dengan strategi yang akan diterapkan Edward. "Kumpulkan semua pasukan kita, dan umumkan ada yang ingin saya sampaikan!" perintah Edward. "Siap," jawab Klien, mengangguk dan segera melaksanakan perintah Edward. Tak lama kemudian, seluruh pasukan berkumpul di lapangan markas. Mereka berdiri tegak, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Edward. Wajah mereka tampak serius dan tegang, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam markas. Edward berdi
Read more
Vivian Menolak Pembagian Aset
Vivian yang gugup ia bertanya," Ada apa, Tuan?" Billy menatap tajam tajam pada mata indah wanita itu," Di mana suamimu? Apakah dia bekerja di sini?" Vivian terdiam dan tentu hampir tidak percaya dengan pertanyaan aneh dari pria itu," Kenapa Anda bertanya tentang dia?" tanya Vivian penasaran.Billy menatap tajam ke arah jari manis Vivian, mencari keberadaan cincin pernikahan yang seharusnya ada di situ. "Tidak ada! Seorang wanita yang telah menikah tidak mengenakan cincin pernikahan, bukankah sungguh aneh," ujar Billy dengan nada dingin dan sinis. Vivian merasa tersudut, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan menjawab, "Sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya." Wajah Vivian tampak tegang, namun ia berusaha menutupinya dengan senyuman paksa. Billy kemudian beralih tatapan pada hidangan yang disediakan hotel, seolah mencari topik pembicaraan lain. "Apakah hotel ini milik suamimu? Agak aneh ketika dia membiarkan istrinya melayani tamu hotel," ujar Billy mencoba m
Read more
Makanan Kesukaan Billy
Vivian berdiri di depan cermin, meremas-remas rambutnya dengan ekspresi wajah kesal. Tangannya gemetar karena emosinya yang tak terkendali. "Bryan, apa kamu sehat-sehat saja? Emily adalah dokter, dia pasti bisa menjagamu. Untuk apa aku harus khawatir lagi," ucap Vivian dengan suara parau. Mata Vivian berkaca-kaca, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin. "Sudah sekian lama kita berpisah, mana mungkin kamu masih ingat denganku. Aku sangat bodoh sekali. Sudah mulai hidup baru, masih saja hidup dalam bayanganmu. Apa yang harus aku lakukan agar bisa melupakanmu," ujar Vivian sambil menepuk kepalanya dengan keras. Vivian kemudian duduk di tepi ranjang, merenung. "Lebih baik aku fokus dengan pekerjaanku, agar tidak mengecewakan mama," batin Vivian sambil menghela napas panjang. Dia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya dari kenangan Bryan dan Emily, berusaha keras untuk melupakan rasa sakit yang menghantui hatinya. Tapi semakin dia mencoba, semakin dia merasa terpuruk dalam kenangan
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status