Semua Bab Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Bab 161 - Bab 170
261 Bab
Reaksi Bryan
Marcus menunduk dan cemas dengan emosi yang diluapkan atasannya itu."Tuan, Aku sadar aku sudah salah. Kedepannya tidak akan menyentuh barang itu lagi," ujar Marcus sambil berlutut dengan wajah lesu.Billy mendekati pria itu dengan tatapan aura membunuh," Kenapa kau tidak mati saja, Dengan perlakuanmu seperti itu...apakah masih layak menjadi asisten kasino? Jangan lupa asal usulmu dari mana. Kau hanya mantan narapidana yang tidak memiliki apa pun," ketus Billy.Tak lama kemudian Jhones melangkah masuk ke kamar atasannya," Tuan," sapanya dengan sopan.Billy membuka penutup botol dan menuangkan minuman ke gelas beningnya," Dengar baik-baik! Pria tua ini dipindahkan ke bagian luar. Tanggungjawabnya adalah mengawasi kasino bersama bodyguard lainnya!" perintah Billy dengan tegas." Kalau dia tidak mampu usir saja!" lanjut Billy tanpa basa basi."Iya, Tuan," jawab Jhones.Marcus hanya bisa menerima keputusan atasannya, Ia menghela nafas dan tidak berdaya.Sementara Lina, dengan wajah pucat p
Baca selengkapnya
Semakin Pulih
Malam itu, Bryan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, mulai merasakan sensasi aneh pada jarinya. Setelah hampir sembilan bulan lumpuh, ini merupakan kemajuan yang luar biasa. Dokter Cale dan Emily, terpana melihat perubahan ini. "Ini adalah kabar baik, Bryan akhirnya berhasil melewati masa kritis. Dia akan perlahan membaik," ucap dokter Cale dengan senyum dan penuh harapan. "Benar sekali! Ini adalah petanda baik. Bryan, kau hebat!" kata Emily yang tak bisa menahan kegembiraannya. "Bryan, sembilan bulan kamu melawannya. Usahamu tidak sia-sia!" tambah Dokter Cale sambil menepuk bahu Bryan yang masih lemah. Bryan yang masih berbaring diam hanya bisa mendengar dan mengedipkan matanya. Hatinya bersorak, tapi tubuhnya masih belum mampu meresapi perasaan bahagia yang sedang menguasai ruangan itu. Emily menggenggam tangan Bryan erat, memberikan dukungan dan kehangatan yang selama ini Bryan butuhkan. "Aku akan selalu menemanimu hingga kamu pulih sepenuhnya, Aku yakin kamu kuat da
Baca selengkapnya
Billy Melamar Vivian
Malam telah tiba dan Vivian baru saja selesai bekerja. Dengan langkah ringan, ia meninggalkan hotel tempatnya bekerja dan memutuskan untuk berjalan kaki menuju apartemennya yang tidak terlalu jauh dari sana. Angin malam menyapu wajahnya, memberikan sensasi dingin yang menenangkan. Kota yang indah di malam hari menjadi pemandangan yang memanjakan mata. Cahaya lampu yang bersinar dari setiap gedung tinggi di Jerman, menciptakan suasana yang megah dan mempesona. Vivian terpesona oleh keindahan kota ini, tetapi pikirannya tidak bisa lepas dari kenangan masa lalu. Sambil melangkah, matanya tertuju pada sebuah hotel yang dulunya pernah ditempati bersama Bryan, mantan suaminya. Semakin lama ia menatap hotel itu, semakin dalam perasaannya tenggelam dalam kenangan bersama Bryan. "Kenapa aku masih tidak bisa melupakan dia, Sudah sekian lama kami berpisah. Aku benar-benar bodoh," gumam Vivian dengan suara lirih. Vivian menghentikan langkahnya sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan mengusir b
Baca selengkapnya
Selidiki Data Musuh
Vivian menatap cincin itu dengan fokus, bukan lamaran Billy yang membuatnya terharu. Akan tetapi, pernikahan sederhana tanpa undangan bersama mantan suaminya yang ia rindukan."Pernikahan yang tidak seharusnya, semuanya telah berlalu," gumam Vivian.Mata Billy menatap tajam pada wanita itu, Seolah mengetahui apa yang ada dipikiran Vivian."Apakah dia masih merindukan mantan suaminya? Bryan Anderson, walau kau sudah menghilang bersama wanita lain. Vivian masih saja merindukanmu," gumam Billy.Billy menghampiri Vivian yang sedang duduk di seberangnya dengan perasaan gugup. Dia mengambil cincin yang berada di atas meja dan menempatkannya di telapak tangan Vivian yang lembut. "Simpan dulu cincin ini, Vivian. Kamu masih punya waktu untuk mempertimbangkannya. Tidak usah sekarang," ucap Billy dengan lembut.Mata Vivian memandang Billy dengan ragu, "Andaikan perasaanmu masih terluka, biarkan aku yang menyembuhkannya. Kalau kamu ingin menangis, aku akan meminjamkan bahuku untukmu," lanjut Bil
Baca selengkapnya
Jangan Melepaskan Masa Depanmu!
"Jacob Maxwel adalah pengkhianat yang bekerja sama dengan musuh melawan kita, Apakah sudah tahu anggota keluarganya?" tanya Bryan pada Edward."Jenderal, Kami akan segera mendapatkan informasi tentang keluarganya," ujar Edward." Apakah Anda mencurigainya?" tanya Edward yang penasaran."Jacob Maxwel seorang pria yang keras kepala, Aku masih ingat saat itu memberontak hanya karena berbeda pendapat. Egois dan angkuh membuatnya berpaling ke musuh," jawab Bryan."Kami akan segera mencari tahu, Secepat mungkin," ucap Edward."Kalau aku tidak salah ingat, Jacob Maxwel memiliki seorang anak laki-laki. Hanya saja aku tidak tahu siapa namanya.Saat dia tewas anaknya masih remaja," ujar Bryan."Apakah berkemungkinan besar, dia akan membalas dendam kematian ayahnya?" tanya Edward penasaran."Tidak tahu pasti, bagaimana pun kita harus cari keluarga pemberontak sampai dapat," jawab Bryan dengan nada tegas.***Billy berdiri di tengah ruangan luas dan besar, dikelilingi oleh anggota-anggota organisas
Baca selengkapnya
Celine Menemui Bryan
"Ma, hati seseorang tidak bisa ditebak, dan tidak bisa dipercayai. Semua pasangan pada awalnya sangat mesra dan harmonis. Seiring waktu berjalan semuanya akan berubah. Kemunculan pihak ketiga akan memecahkan hubungan yang awalnya bahagia menjadi hancur. Aku bukan wanita berkelas dan tidak memiliki apa pun. Pria yang bersamaku akan berpaling ke wanita lain ketika dia mendapati wanita itu lebih menarik dariku. Oleh sebab itu aku butuh waktu," jawab Vivian."Sepertinya perpisahannya dengan Bryan, telah membuat Vivian trauma. Apa yang harus aku lakukan? Vivian tidak akan bisa menemukan kebahagiaannya jika tidak bisa melepaskan masa lalu. Sementara Bryan belum ada perkembangan," batin Celine."Mama akan kembali besok, Apakah kamu berencana ambil cuti dan ikut mama pulang?" tanya Celine."Tidak, Ma. Aku baru menjadi wakil pengurus, Tidak ingin mengecewakan mereka," jawab Vivian."Baiklah!" ucap Celine.***Jhones berjalan pelan sambil membawa sesuatu di tangannya menuju ruangan tengah yang
Baca selengkapnya
Bryan yang Tidak Akan Sembuh
"Apakah sudah pernah bertemu dengan pria itu? Siapa dia?" tanya Bryan dengan penasaran. "Aku tidak mengenalnya, cincin berlian darinya ku temukan di kamar Vivian. Kemudian Vivian telah memberitahuku semuanya," jawab Celine dengan lembut. Mata Bryan berkaca-kaca, perasaannya bercampur antara sedih dan ragu, "Mungkin dia telah menemukan jodoh yang baik," ucap Bryan dengan suara serak. "Bryan, kamu menceraikan Vivian karena penyakitmu. Sudah saatnya kamu menemuinya. Agar dia tahu semuanya hanya kesalahpahaman," ujar Celine, mencoba menyemangati Bryan. Bryan tersenyum pahit, merasakan kelemahan tubuhnya semakin menggerogoti harapannya. "Kondisiku sekarang masih belum bisa pergi jauh," jawab Bryan sambil menatap ke luar jendela." Jika pria itu telah berhasil memasuki pintu hatinya. Maka, biarkanlah dia ikut pria itu." "Apakah kamu benar-benar ingin melepaskan Vivian atau perasaanmu terhadapnya telah berubah?" tanya Celine dengan suara lembut. "Sampai kapan pun, perasaanku tidak akan
Baca selengkapnya
Pesan Mengejutkan Untuk Bryan
Billy berjalan menghampiri Vivian dengan senyum ramah," Apakah kamu masih menolak berteman denganku? Aku tahu kamu masih belum bisa menerimaku. Tapi, aku tidak memaksamu harus segera membuat keputusan. Aku akan menunggu dengan sabar," ujarnya."Aku butuh waktu," jawab Vivian dengan ragu." Aku tidak ingin terburu-buru dalam sebuah hubungan," lanjut Vivian.Billy mengulurkan tangannya, menawarkan jabat tangan kepada Vivian yang tampak ragu-ragu. "Aku mengerti, kalau begitu kita bisa berteman dulu!" ujarnya dengan senyum tulus. Vivian menarik nafas dalam-dalam, kemudian menerima tawaran bersalaman itu. "Terima kasih, karena sudi berteman denganku. Aku akan menjadi teman baikmu," balas Billy, semakin melebarkan senyumnya. "Sama-sama!" sahut Vivian, kemudian melirik jam tangannya. "Aku ingin pergi dulu, sudah waktunya masuk kerja!" ujarnya bergegas. Billy tersenyum simpul, lalu berkata, "Aku sudah meminta cuti untukmu, hari ini aku ingin pergi ke suatu tempat. Apakah kamu sudi menemani
Baca selengkapnya
Billy Tertembak
"Billy Maxwel mengenali nyonya, Apakah karena sebelumnya dia tinggal di hotel? Bukankah nyonya bekerja di sana?" tanya Edward.Bryan semakin murung, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Tangannya mengepal erat, seolah mencoba menahan amarah yang memuncak. "Pastikan apa niatnya mendekati Vivian! Apakah hanya karena kebetulan atau ada niat lain!" perintah Bryan dengan nada tegas. "Siap, Jenderal!" jawab Edward dengan hormat, lalu segera berlalu untuk melaksanakan perintah Bryan. Sementara itu, pikiran Bryan terus melayang pada Vivian, wanita yang selama ini ia cintai. "Vivian, sejauh apa hubunganmu dengan dia? Kenapa harus dia? Billy Maxwel, kalau kamu berniat jahat padanya, aku akan mengambil nyawamu," batin Bryan dengan penuh kebencian. Dalam hatinya, Bryan merasa cemas dan tidak tenang. "Aku harus segera sembuh, agar bisa ke Jerman. Melindunginya dari jarak jauh," gumam Bryan, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Di sisi lain, Billy yang baru saja meninggalkan r
Baca selengkapnya
Bryan Cemburu
Vivian merasa binggung ketika Billy memeluknya erat, Napasnya terasa pendek dan hatinya berdebar kencang. Mereka berdua segera menuju rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan. Sesampainya di rumah sakit, seorang dokter dengan sigap menangani Billy Maxwel. Operasi kecil untuk mengeluarkan peluru yang menancap di pundak Billy serta membalut luka di lengannya dilakukan dengan cekatan. Sementara itu, Jhones dan Vivian menunggu dengan cemas di luar ruangan. Tak lama kemudian, Jhones menghampiri Vivian yang tampak gelisah. "Nona, Maaf atas kejadian tadi yang telah menakutimu," ucap Jhones dengan raut wajah menyesal. Vivian menggelengkan kepalanya, berusaha tersenyum. "Aku tidak apa-apa, Tapi, apakah Tuan Maxwel sering mengalami serangan seperti ini?" tanyanya, yang khawatirmJhones menghela napas, kemudian menjawab, "Tidak, Nona. Ini adalah serangan pertama yang menimpa Tuan Maxwel. Kami tidak tahu siapa yang berani melakukan hal ini." Vivian terdiam dan terbayang keja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status