Semua Bab Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Bab 171 - Bab 180
261 Bab
Ingin Makan Masakanmu!
Emily berjalan sambil tersenyum, di tangannya terlihat membawa sesuatu yang dia beli. Ia kemudian menuju ke salah satu kamar pasien. Klek!" suara buka pintu yang dilakukan oleh Emily dan melangkah masuk ke dalam.Ia melihat Bryan sedang berlatih berjalan di dalam kamar itu. Secara beransur kakinya semakin membaik."Bryan," seru Emily dengan senyum manis di wajahnya.Bryan sambil melangkah dengan santai tanpa menoleh ke arah wanita itu.Emily tersenyum dan meletakan barang yang dia bawa ke atas meja."Aku siapkan makanan untukmu, Makanan yang lezat untuk pasienku," ujar Emily sambil mengeluarkan bekal itu."Aku sudah makan, Andrew telah mengantar makanan untukku tadi," jawab Bryan."Aku akan keluar dari rumah sakit secepatnya," ujar Bryan dengan nada tegas. Emily, langsung menoleh dengan kening berkerut. "Kenapa cepat sekali? Kondisimu belum pulih sepenuhnya?" tanya Emily dengan nada khawatir. "Aku sudah lama meninggalkan markas. Sudah saatnya aku kembali ke sana. Ada urusan penting y
Baca selengkapnya
Vivian diikuti
Billy yang sedang menunggu jawaban Vivian, Ia meneguk minuman yang di dalam gelasnya. Pria itu hanya santai dan tersenyum. Ia berharap bisa mendapatkan perhatian wanita itu."Baiklah, aku akan menyiapkan bahannya dulu. Setelah selesai aku akan mengantar ke rumahmu," jawab Vivian di seberang sana dengan suara lembut. Billy tersenyum mendengar jawaban Vivian, merasa bersemangat dan berdebar-debar. "Aku akan meminta Jhones menjemputmu, Aku akan menunggumu di sini," kata Billy sambil tersenyum lebar, merasa senang hati karena rencana yang dia buat semakin mendekati kenyataan. Setelah mengucapkan selamat tinggal, mereka memutuskan panggilan tersebut. "Vivian, apakah aku sudah berhasil mendapatkan hatimu?" gumam Billy dalam hati, berharap bahwa semua usahanya akan membuahkan hasil. Dia merasa semakin yakin bahwa ia telah berhasil mendapatkan cinta dari wanita itu. Sementara itu, Vivian berjalan menuju pusat perbelanjaan dengan langkah cepat. Ia mencari bahan dapur dan ikan segar yang aka
Baca selengkapnya
Umpan Untuk Mata-mata
_"Tuan, Maaf kalau saya ikut campur. Mungkin sudah saatnya Anda dan nyonya bertemu," ucap Andrew dengan terus terang."Dengan kondisiku seperti ini? Apa yang harus aku beritahu padanya? Aku lumpuh selama sembilan bulan dan mungkin saja akan kambuh lagi? Kalau dia tahu, betapa hancurnya perasaan dia. Andaikan sekarang dia bisa menerima seseorang bukankah dia akan memulai hidup bahagia," jawab Bryan.Andrew menatap atasannya dan berkata," Masalah utamanya adalah soal perasaan, Apakah nyonya sudah melupakan kenangan kalian berdua atau belum. Bagaimana jika Billy Maxwel hanya mengunakannya sebagai alat balas dendam? Bukankah nyonya akan tersakiti untuk kedua kali? Tuan, Aku yakin nyonya akan lebih bahagia bersama Anda walau kondisi tubuh Anda tidak baik," kata Andrew yang berusaha menyadari atasannya.Bryan menghela nafas kasar dan menunduk sedih," Mencintai tidak seharusnya memiliki. Aku ingin memastikan apakah Billy Maxwel mencintainya atau hanya untuk balas dendam padaku," kata Bryan.
Baca selengkapnya
Bryan dikejar Pembunuh
Siang hari yang terik, kantin markas militer dipenuhi prajurit yang sedang menikmati makan siang mereka. Suara gemerincing piring dan sendok mencampur aduk dengan percakapan riuh di ruangan. Di salah satu meja, sekelompok prajurit sedang asyik membahas tentang kondisi Jenderal Bryan, pemimpin mereka. "Kabar mengatakan, Jenderal sedang sakit parah," ujar Stuart, prajurit berwajah bulat yang duduk di tengah-tengah kelompok tersebut. "Iya, katanya selama ini Jenderal dirawat di rumah sakit. Lihat saja, wajahnya terlihat pucat dan badannya semakin kurus," sambung Ethuan, teman sejawat Stuart yang sedang menikmati makanannya. "Mungkin juga, sudah lama Jenderal tidak muncul di markas. Mudah-mudahan tidak apa-apa dan cepat pulih," timpal Sandro. prajurit berambut ikal yang duduk di sebelah Ethuan. Di sudut kantin, seorang prajurit muda bernama Santoz sedang menyantap makan siangnya sendirian. Ia sedang mendengar percakapan kelompok Ethuan. Dengan tatapan tajam dan ingin tahu tentang Br
Baca selengkapnya
Mata-mata yang disiksa
Di sebuah ruangan gelap di markas, Santoz terikat erat di sebuah tiang. Tubuhnya penuh luka dan lebam, hasil dari cambukan yang berkali-kali mendera tubuhnya. Setiap cambukan yang menghantam kulitnya, suara jeritan kesakitan Santoz menggema di seluruh ruangan. "Aah!" jerit Santoz yang tak sanggup menahan rasa sakit yang menghantam setiap serat tubuhnya. Edward, pemimpin markas, berdiri dengan tatapan tajam dan dingin di hadapan Santoz yang terkapar lemah. Ia menatap Santoz dengan penuh kebencian dan kemarahan. "Sudah lama kau bersama kami, ternyata hanya rencanamu saja. Kenapa tidak bertindak dari awal? Apakah sedang menunggu waktu?" tanya Edward dengan nada mencemooh. Santoz menatap Edward dengan mata yang sembab dan penuh darah, namun ia tetap berusaha menunjukkan keberaniannya. "Aku... Aku bukan mata-mata, Aku selalu setia pada kalian," ucap Santoz dengan suara parau dan terengah-engah. Namun, Edward tak percaya. Ia mengangkat tangan yang memegang tali cambuk, menunjukkan niat
Baca selengkapnya
Vivian diculik
Jhones sambil menunduk dan mengatakan," Silakan perintah, Tuan!"Tidak tahu apa rencana Billy, Jhones keluar setelah menerima perintah!***Bryan dan Dokter Cale duduk berseberangan di sebuah kafe yang tenang dan nyaman, mereka menikmati secangkir kopi hangat yang baru saja disajikan oleh pelayan. Wajah Bryan tampak bersemangat, sedangkan Dokter Cale terlihat santai namun serius. "Apakah Anda akan kembali ke Jerman?" tanya Bryan dengan nada penasaran. "Benar, saat itu aku datang hanya untuk menjalankan tugas sebagai dokter pribadi Anda. Sekarang tugas-ku telah selesai," jawab Dokter Cale sambil menyesap kopinya perlahan. "Terima kasih! Kalau bukan karena Anda, mungkin saat itu aku benar-benar gagal melewati masa kritis," ucap Bryan dengan mata berkaca-kaca, mengingat betapa beratnya perjuangan yang telah dilaluinya. Dokter Cale tersenyum lembut, lalu mengangguk. "Kamu adalah pasienku, sudah seharusnya aku mengobatimu. Dokter Emily juga berjasa. Selama ini dia selalu setia menjagam
Baca selengkapnya
Billy Mencemaskan Vivian
"Dia tidak akan peduli dengan apa yang kamu lakukan, Jangan membuang waktu?" ujar Vivian.Marcus mendekati Vivian yang terikat di kursi," Kita lihat saja nanti, Apa reaksinya setelah mengetahui kamu di sini."Dua hari berlalu, dan Billy merasa semakin gelisah. Ia sudah berulang kali mencoba menghubungi Vivian, namun nomornya terus tidak aktif. Dengan langkah tergesa-gesa, Billy kemudian menekan nomor resepsionis hotel tempat Vivian bekerja. Tak lama kemudian, seorang wanita dengan suara lembut menjawab panggilan tersebut. "Hallo, dengan saya Yuniz dari hotel. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Dalam nada dingin, Billy langsung menanyakan keberadaan Vivian. "Apakah Vivian Alexander ada di sana?" tanyanya. Mendengar pertanyaan tersebut, Yuniz tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Vivian sudah dua hari tidak masuk kerja, Tuan. Nomornya juga tidak aktif. Saya tidak tahu pasti keberadaannya." Billy merasa aneh dan penasaran, Tanpa berpikir panjang, ia langsung memutuskan panggil
Baca selengkapnya
Melacak Keberadaan Vivian
"Kali ini aku akan Jerman untuk memastikan sesuatu, setelah selesai aku akan kembali. Andaikan pria itu serius mencintai Vivian aku akan kembali. Jika pria itu berniat jahat padanya...aku akan merebut dia kembali," kata Bryan dengan tekad."Aku yakin Emily pasti sedih dan kecewa," kata Alexa yang merasa simpatiMicheal menatap tajam pada Alexa," Kenapa kamu peduli padanya? Sejak awal dia sudah berniat memisahkan Bryan dan Vivian. Saat itu mereka masih suami istri. Buka matamu besar-besar. Jangan karena dia seorang dokter yang cantik kau malah merasa simpati padanya!" kata Micheal dengan nada kesal."Aku tahu maksudmu, Aku hanya simpati saja bukan berniat lain," jawab Alexa."Jangan lupa, kamu sudah memiliki seorang istri, Jangan sampai tergoda oleh air mata buaya!" ucap Micheal dengan tegas."Aku bukan tipe pria yang tidak setia, tenang saja!" jawab Alexa dengan yakin.***Celine duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terus melihat layar handphone yang tergeletak di atas meja. Sudah
Baca selengkapnya
Celine Tiba Ke Lokasi Pengurungan Vivian
Jhones yang menerima perintah langsung, Beranjak dari sana. Sementara Billy juga pergi dengan terburu-buru. ia ingin segera menemukan keberadaan Vivian.Di sisi lain, Celine yang menerima panggilan dari Marcus segera menyediakan uang sesuai permintaannya. Dengan bantuan Alex, supirnya. ia menarik sejumlah uang dari bank di hari itu juga. Sesampai di bandara ia langsung mengabulkan permintaan Marcus."Direktur, bagaimana kalau kita menghubungi polisi?" tanya Alex yang mengangkas tas uang ini dan dimasukan ke dalam bagasi mobil.Celine yang cemas dan duduk di belakang mobil, ia menjawab," Sudah terlambat, aku tidak ingin nyawa Vivian terancam.""Apakah Jenderal akan tiba pada waktunya?" tanya Alex yang sedang menyetir.Celine mengeleng kepalanya dan berkata," Tidak akan sempat lagi, semalam Bryan menghubungiku. Dia akan mengutuskan anggotanya untuk melindungi kita. Aku merasa aneh dan penasaran dengan sesuatu," jawab Celine."Tentang apa?" tanya Alex."Suara pria yang menculik Vivian s
Baca selengkapnya
Ayah Kandung Vivian
Marcus tersenyum sinis dan mengejek," Sudah lama tidak bertemu, tidak kusangka kita bertemu di sini. kelihatannya kamu sudah kaya."Celine menatap kesal pada pria itu," Kau adalah orang yang menculik putriku?" tanya Celine dengan nada ketus.Marcus terdiam sejenak dan menatap hina pada Celine," Menculik putrimu? Maksudmu wanita itu adalah putrimu? Pria mana yang begitu sial menikahimu? Aku tidak menyangka kamu bisa melahirkan lagi," kata Marcus dengan menghina.Tatapan tajam Vivian menembus Marcus yang tersenyum sinis sambil mengejek. Ia seakan ingin membunuh lelaki itu hanya dengan pandangannya. Wajah Vivian merah padam, amarah yang mendalam terpancar dari setiap pori-porinya. "Jaga mulutmu!" ketus Vivian yang ditahan oleh dua anggota Marcus yang menggenggam erat lengannya. "Vivian," seru Celine dengan suara parau, mencemaskan putrinya yang sedang berada dalam bahaya. "Ma, aku tidak apa-apa, lapor polisi saja. Tidak usah berikan uangnya!"kata Vivian dengan suara lantang, mencoba me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status