Semua Bab Pendekar Kera Sakti: Bab 131 - Bab 140
224 Bab
131. Ilmu 'Tabir Pengirim Raga'
"Sekarang, antarkan aku ke hadapan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong," pinta Setan Selaksa Wajah, keringat masih berlelehan di sekujur tubuhnya.Bidadari Alam Kelam tak menjawab. Wanita cantik itu sibuk merapikan pakaiannya."Aku sudah menuruti apa maumu. Bergegaslah kau keluarkan ilmu 'Tabir Pengirim Raga', Manisku Bidadari Alam Kelam...," desak Setan Selaksa Wajah."Hmmm.... Kupikir..., ada baiknya bila kau tinggal di sini selama dua hari...," sahut Bidadari Alam Kelam, pelan sekali."Tidak! Jelas itu tidak mungkin, Manisku...," tolak Setan Selaksa Wajah."Waktuku sangat singkat!""Pikirlah baik-baik! Kalau kau mau tinggal di sini dua hari lagi, berarti kau masih punya waktu satu hari untuk membinasakan Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Tapi, kau jangan khawatir tak akan dapat menjalankan tugas. Aku bersedia membantumu!"Terdiam Setan Selaksa Wajah. Apa yang dikatakan Bidadari Alam Kelam jelas merupakan satu tawaran amat bagu
Baca selengkapnya
132. Munculnya Setan Selaksa Wajah
"Padang Angin Neraka?""Ya!""Untuk apa?""Kau telah mendengar nama Raja Penyasar Sukma, bukan?"Baraka mengangguk."Aku hendak menghukum murid murtad ku itu!""Kalau begitu, aku ikut!" seru Baraka, tegas. "Aku juga ingin membuat perhitungan dengan manusia jahat itu!”Setan Bodong mengangguk gembira. Jika Pendekar Kera Sakti ikut bersamanya, dia yakin urusan dengan Raja Penyasar Sukma akan lebih mudah dibereskan. Namun ketika dia menjejak tanah untuk segera berkelebat pergi, Pendekar Kera Sakti mencegah."Tunggu dulu, Pak Tua!""Ada apa lagi?""Aku harus menguburkan kerangka Dua Iblis Dari Gunung Batur!""Peduli amat!""Jangan begitu, Pak Tua! Walau mereka orang jahat, mereka tetap manusia juga. Mereka pantas mendapat perlakuan seperti manusia pada umumnya. Mayat mereka walau telah menjadi tulang-belulang, harus tetap dikuburkan!"Mendadak, Setan Bodong tertawa terkekeh-kekeh. "He he he.
Baca selengkapnya
133. Tantangan
Maka dalam sekejap mata, tubuh Pendekar Kera Sakti seakan telah berubah menjadi segumpal asap berwarna biru. Timbul tiupan angin yang menderu ganas setiap pemuda dari lembah kera itu melancarkan pukulan dan tendangan. Sementara, Setan Selaksa Wajah yang masih kebingungan karena 'Benteng Rajah Abadi'-nya tertinggal, bergerak ke sana-sini dengan menggunakan ilmu peringan tubuhnya yang bernama 'Angin Pergi Tiada Berbekas'. Hingga, tubuh Pendekar Kera Sakti dan Setan Selaksa Wajah hanya terlihat berupa dua gumpal asap yang terus berlesatan dengan cepat."Kenapa kau tak membalas seranganku, Monyet Bau!" sentak Pendekar Kera Sakti di sela-sela serangannya."Hmmm.... Sengaja aku tak membalas! Bukankah kau dengar tadi? Aku menantangmu bertempur esok hari di Padang Angin Neraka!" sahut Setan Selaksa Wajah."Kenapa mesti menunggu esok hari? Hari ini juga aku harus dapat menghentikan semua kejahatanmu! Hiahhh...!" Memekik keras Pendekar Kera Sakti. Dia menyerang makin genc
Baca selengkapnya
134. Padang Angin Neraka
PADANG ANGIN NERAKA... kaki langit timur. Hangat sinarnya menyapa ramah, menandakan hari telah berganti. Namun, walau cerah suasana pagi baru menampakkan diri, Setan Selaksa Wajah telah duduk terpekur di tengah Padang Angin Neraka. Kakek yang mampu merubah raut wajahnya menjadi seorang pemuda tampan itu tak peduli pada hembusan angin kencang yang terasa membeset kulit. Rambut dan kain bajunya tampak berkibaran. Tapi, si kakek tetap diam tertunduk tanpa bergeming sedikit pun. Sorot matanya tajam menusuk, menatap bungkusan kain hitam yang di dalamnya terdapat dua gumpal benda bulat.Sejak fajar menyingsing tadi, Setan Selaksa Wajah telah berada di hamparan tanah luas berpasir itu. Ada seseorang yang tengah dinantikannya. Pendekar Kera Sakti dan Setan Bodong. Ternyata tidak!"Banyak Langkirrr...!" teriak Setan Selaksa Wajah, menyebut nama kecil Raja Penyasar Sukma. "Aku menunggumu sedari tadi di tempat ini! Tidakkah kau ingin tahu akhir dari tugas yang kau beri kan...?" T
Baca selengkapnya
135. Bagian 2
"Banyak Langkir...," sebut Setan Selaksa Wajah lagi. "'Benteng Rajah Abadi' akan mengurung mu sampai datangnya kiamat. Tapi, kau jangan khawatir. Kepala dua ekor kerbau yang ada di dekatmu itu adalah kerbau betina. Bila kau merasa kesepian, bolehlah kau tumpahkan hasrat mu kepada mereka! Ha ha ha...!""Jahanam!" maki Raja Penyasar Sukma, keras menggelegar. "Bagaimana mungkin kau bisa mendapatkan 'Benteng Rajah Abadi'! Kau pasti bersekongkol dengan Bidadari Alam Kelam!""Aku tidak tolol seperti dirimu, Banyak Langkir!" sahut Setan Selaksa Wajah."Ada banyak jalan untuk mewujudkan cita-cita. Ada banyak cara untuk mewujudkan keinginan! Aku terlalu pandai untuk kau jadikan budakmu! Aku terlalu pintar untuk kau perintah seenak perutmu! Dan..., kenyataan telah membuktikannya! Ha ha ha...!""Jahanam!"Sambil mengumpat, Raja Penyasar Sukma meloncat untuk menyerang Setan Selaksa Wajah. Tapi, tubuh kakek berpakaian serba kuning itu terpental balik, lalu jatu
Baca selengkapnya
136. Bagian 3
"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" kejut Pendekar Kera Sakti dengan tatapan nyalang. Meskipun pemuda dari lembah kera itu tak menderita luka dalam, tapi rasa kaget sudah cukup mampu untuk rnembuat dadanya jadi sesak."Sudah kubilang, tahan hawa amarahmu dulu!" sahut Setan Bodong. Sewaktu pukulan jarak jauh Pendekar Kera Sakti terpental balik, kakek gendut ini bergerak menghindar cepat sekaii, sehingga tak ada setitik pun salju yang menempel di tubuh ataupun pakaian yang dikenakannya."Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" seru Pendekar Kera Sakti lagi, seperti telah kehilangan ingatan."Kau memang pemuda tolol yang berlagak sok pandai!" sembur Setan Bodong tiba-tiba.Mendelik mata Pendekar Kera Sakti mendengar cacian kakek gendut itu. Tapi, si pemuda tak berbuat apa-apa. Dia menyadari kebodohannya sendiri."Kenapa pukulanku terpentai balik? Begitu saktikah dia hingga bisa menyerang orang tanpa menggerakkan tubuh?" ujar Baraka. Tatapannya beralih
Baca selengkapnya
137. Bagian 4
"Untuk apa bendera itu?" tanya Baraka, kebodoh-bodohan. "Telah kukatakan tadi, Banyak Langkir bisa diserang dengan henda yang berisi kekuatan gaib. Lima beias bendera ini bisa digunakan untuk mewujudkan keinginan itu!"Di ujung kalimat Setan Bodong, tangan kanan Pendekar Kera Sakti berkelebat cepat sekali. Tahu-tahu lima belas bendera kuning kecil yang berada dalam cekalan Setan Bodong telah herpindah tangan. Lalu....Wuuttt....Pendekar Kera Sakti menyambitkan tiga bendera ke arah Raja Penyasar Sukma. Ujung-ujung bambu yang terlilit kain bendera itu meiesat cepat laksana anak panah lepas dari busur!Srattt...!Benar kata Setan.Bodong. Tiga bendera yang disambitkan Pendekar Kera Sakti dapat menembus kekuatan gaib 'Benteng Rajah Abadi'. Namun, karena kebetulan Raja Penyasar Sukma telah menyelesaikan semadinya, kakek berpakaian kuning itu dapat menghindari sambitan bendera, bahkan dua di antaranya dapat ditangkap."Keparat!" geram Raja Penyasa
Baca selengkapnya
138. Bagian 5
Di lain kejap, sosok Setan Selaksa Wajah berubah menjadi segumpal asap merah yang berkelebat cepat di antara bongkah-bongkah batu besar dan tonjolan akar pepohonan. Tak jarang bayangan kakek berwajah pemuda itu melenting tinggi, melesat cepat di atas dedaunan.Tak seberapa kemudian,"Gua Secawan...," desis Setan Selaksa Wajah seraya menghentikan kelebatan tubuhnya. Kakek bertubuh kekar itu berdiri tegak di puncak Bukit Pralambang. Tatapan matanya tertuju ke bongkah-bongkah batu besar yang tersusun membentuk sebuah cawan raksasa. DI bawah susunan bongkah batu itu terdapat sebuah gua kecil yang disebut sebagai Gua Secawan. Namun, karena jalan masuknya tertutup oleh bongkah batu sebesar kerbau, wujud Gua Secawan jadi tak terlihat dari luar.Perlahan Setan Selaksa Wajah melangkah. Tanpa menemui kesulitan sedikit pun, dia menggeser bongkah batu yang menutupi mulut Gua Secawan. Setelah menatap kedalaman gua beberapa saat, Setan Selaksa Wajah melangkah masuk. Kebetulan
Baca selengkapnya
139. Bagian 6
 ‘Tuan Aji Pamenak, Maafkan aku bila kemunculanku membuat Tuan terkejut. Bukan aku tak menaruh rasa hormat kepada Tuan. Aku tidak bisa bertatap muka langsung dengan Tuan. Karena, aku harus segera menyampaikan pesan yang sama dengan isi surat ini kepada ketiga keturunan Pendekar Naga lainnya. Sebagai keturunan Pendekar Naga, Tuan Aji Pamenak tentu tahu kekuatan gaib Pedang Naga Kresna. Maafkan aku, Tuan. Pedang pusaka itu sebenarnya telah kusimpan di puncak Gunung Arjuna yang sangat sulit dijamah oleh manusia. Akan tetapi, meleset dari perhitunganku, sejak dua pekan yang lalu pedang bertuah itu tak berada di tempatnya lagi. Seorang durjana licik berhasil mencurinya. Sampai saat ini, aku belum tahu di mana pedang itu berada. Oleh karena itu, harap Tuan berhati-hati. Seluruh anggota Partai Naga Timur yang Tuan pimpin harus meningkatkan kewaspadaan. Sementara aku berusaha merebut kembali Pusaka Pedang Naga, Tuan Aji Pamenak harap mencari akal untuk membekali diri, agar ta
Baca selengkapnya
140. Bagian 7
"Perempuan. Tubuh bagian atas bayi itu berupa manusia biasa dan berwajah cantik. Tapi, tubuh bagian bawahnya berupa ekor ular yang amat menjijikkan. Lebih aneh lagi, kelahiran bayi manusia setengah uiar itu dibarengi sebuah benda ajaib yang juga keluar dari perut sang ratu siluman. Benda itu berupa sebuah cermin. Dan, ketika sang jabang bayi sudah besar, dia bisa menemui roh ayahnya dengan menggunakan cermin ajaib itu....""Cermin ajaib... cermin ajaib...," desah Pendekar Kera Sakti, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. "Apa yang kau ceritakan ini benar-benar terjadi atau hanya sekadar dongeng sebeum tidur, Pak Tua?""Dikatakan dongeng juga bisa, karena ceritanya memang hampir tak masuk akal. Tapi, aku percaya bia cerita itu benar-benar nyata. Bukan dongeng!""Hm.... Begitu?" Pendekar Kera Sakti mengangguk-angguk. "Sebuah benda ajaib tentu punya nama. Apa nama cermin ajaib yang lahlr bersama putri Ayu Raseksi itu?""'Terawang Tempat Lewati Masa'...," j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
23
DMCA.com Protection Status