Semua Bab Kelakuan Papa Mertua: Bab 51 - Bab 60
113 Bab
Kerjasama
“Kamu pikir dengan menangis bisa membuat Riana kembali ke kamu, Gat? Riana itu sudah menjadi perempuan kuat, akan tidak sebanding—““Kak Vivi,” potong Riana cepat. “Kapan datang? Ayo kita bicara di luar.”“Kali ini aku ada perlu sama Jagat, Ri.”Riana menghela napas, kemudian bergegas mendekati Vivi. “Boleh kasih waktu kami sebentar, Kak? Ada sesuatu yang penting yang perlu kami diskusikan dulu.”Vivi menatap tidak suka pada Riana. Baru sekali ini ada orang yang berani mengusirnya.“Sebentar aja, Kak, lima menit ….” Riana spontan memegang erat lengan Vivi. Perempuan cantik berkulit putih cemerlang itu melirik tajam tangan Riana.Vivi mendengkus sembari mengibas, tetapi dia pergi juga.“Mas.” Riana mendapatkan Jagat kembali. Tangis Jagat sudah usai. Mungkin bentakan Vivi manjur, atau lelaki itu malu, atau memang air matanya sudah habis karena terlalu banyak menangis. Entahlah, tetapi untuk itu Riana menghadiahi sang suami dengan senyuman manis yang tulus.“Aku bantu cuci muka ya.”Jaga
Baca selengkapnya
Pertemuan (Tanpa) Disengaja
“Kamu ….” Tyo tercekat mendapati Vivi yang duduk di bangku pengunjung.Perempuan itu menyeringai penuh kemenangan. Hatinya terasa sangat puas melihat mantan suaminya dalam keadaan mengenaskan seperti itu.“Kurasa kalau kamu memakai aksesoris borgol di tangan jadi lebih enak dipandang,” kata Vivi. Seringainya makin lebar.Tyo diam saja.“Bagaimana rasanya sekarang? Aku pernah ingat, ada yang pernah mengancam akan memenjarakan aku tapi sekarang dia sendiri yang masuk penjara.” Vivi masih menebar senyum kemenangan. “Bukan aku yang bikin kamu di sini loh, tapi adikmu eh bukan Jagat juga ya, tapi perbuatan bodohmu.”Tyo mendongakkan kepala, mata kuyunya memandang perempuan yang sebentar lagi resmi menjadi mantan istrinya secara negara.“Vi, aku minta maaf sama kamu—““Untuk apa? Jangan harap aku akan menolongmu.”Tyo menggelengkan kepala. “Aku hanya ingin minta maaf sama kamu, seharusnya ….”Lelaki itu menggantung kalimat di ujung lidah. Otaknya sibuk memilah kata, jangan sampai nanti yang
Baca selengkapnya
Kompromi Baru
“Loh kok bisa begitu Bu Viona? Rasanya kok Anda jadi melakukan wanprestasi ya,” seru Mahardika, Papa Karisma kesal.“Wanprestasi itu lebih tepat ditujukan kepada Anda Pak Dika!” tukas Vivi. “Dalam perjanjian kita jelas-jelas sepakat bahwa Anda harus menjauhkan anak perempuan Anda dari mantan suami saya, dalam bentuk apa pun.”“Mana buktinya? Harus ada bukti konkrit dong, enggak bisa hanya berdasarkan katanya-katanya.”Vivi berdecak kesal. Dasar politikus, cuma pintar mendebat tetapi argumennya sama sekali tidak ada isi.“Pak Dika, saya ketemu anak Bapak di kantor polisi, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri. Anda bisa cek daftar pengunjung di kantor polisi, bisa tanya sama si Dudung. Saya yakin menantu Bapak itu tidak akan bohong. Dudung yang saya kenal orang jujur, entah kalau sudah terpengaruh sama Bapak dan anak Bapak.”Vivi menunggu jawaban dari seberang, namun hingga detik ke empat Papa Karisma itu belum juga menjawab. Jadi perempuan cantik berkulit putih itu bicara lagi.
Baca selengkapnya
Taktik Baru Sang Bupati
“Karis, tau enggak kalau suamimu ini sebenarnya bukan asisten rumah tangga biasa.”Karisma terperangah. Begitu pula dengan Dudung.“Jangan kamu pikir, Papah hanya setuju dengan usulan Viona dan mengabaikan kehidupan kamu,” kata Mahardika. Setelah menatap putri tunggalnya itu, dia beralih kepada Dudung. “Kamu pernah drop out kuliah karena biaya kan, Dung?”Dudung bergerak kikuk, dia melirik kepada Karisma. Tangannya kembali meremas celananya sendiri.“Papah tau, sudah Papah selidiki semua soal Dudung, Karis.”Mendengar hal itu, Dudung merasa tubuhnya makin mengkerut, getaran di kakinya kini menjalar semakin naik, lalu berubah menjadi guncangan. Dudung menggigil ketakutan, titik-titik air mulai muncul di dahinya.Karisma melirik tak berselera kepada lelaki kerempeng di sebelahnya yang terlihat pucat pasi. Kenapa bisa ayah kandungnya berpikir untuk menukar sosok Tyo yang begitu tampan, dengan lelaki modelan kuli seperti Dudung. Mau dipoles sampai seratus lapisan belum tentu bisa menyamai
Baca selengkapnya
Tentang Satu Milyar
“Keadaan fisik Pak Jagat sudah jauh lebih baik dari saat pertama dia datang,” kata Reinald kepada Riana. “Mungkin satu atau dua hari lagi sudah bisa pulang.”“Syukurlah, terima kasih, Dok,” ucap Riana tulus.“Tetapi … tadi saya menemukan Pak Jagat sedang menangis … bahkan hampir di setiap jam pemeriksaan saya, Pak Jagat tampak habis menangis.”Riana menunduk, menghela napas.“Ya, suami saya memang akhir-akhir ini jadi lebih cengeng. Sebenarnya karena memang ada persoalan yang lumayan ruwet sebelum kasus penganiayaan yang dia alami. Dan persoalan itu belum seratus persen selesai,” tutur Riana.Entah mengapa dia berkata jujur kepada Reinald. Hati perempuan itu merasa bahwa sang dokter adalah orang baik. Buktinya Reinald peduli pada mental Jagat, padahal dia hanya dokter umum biasa. Seharusnya dia hanya memeriksa yang menjadi bagiannya saja, selesai. Toh dia digaji memang hanya untuk itu. Namun kenyataannya dokter Reinald berbeda.“Mohon maaf, Bu, apakah hubungan Ibu dengan Pak Jagat sed
Baca selengkapnya
Fitnah?
“Masalah ini sebenarnya bisa selesai, kalau kamu kembali ke rumah dan kita menjalani hidup kita seperti dulu lagi. Yang punya perasaan beda kepada pernikahan kita kan kamu, Dek. Yang perasaannya berubah ke aku juga kamu. Kalau aku tidak berubah, aku masih seperti Jagat yang kamu kenal dulu,” ucap Jagat. Nadanya kentara sekali jika dia menjadi jengkel, tetapi masih dia usahakan untuk bicara seperti tidak terjadi apa-apa.“Jadi menurutku, yang butuh psikolog itu justru kamu,” tukas Jagat pada akhirnya. Dia mendongak, menahan air mata yang tiba-tiba berkumpul di ujung matanya.Riana mengangguk. “Iya, kita berdua, Mas. Supaya sembuh semua luka batin kita berdua.”Jagat menggeleng. Dia menggapai-gapai tangan Riana, dan sang istri tampak menyambutnya dengan setengah hati. “Dek, percayalah sama aku. Ayo kita jalani pernikahan kita seperti dulu lagi. Kamu maafkan kesalahan-kesalahan aku, dan akan aku pastikan aku tidak akan menyakiti kamu lagi. Itulah yang akan membuat kita berdua baik, Dek.”
Baca selengkapnya
Aku Pusing
“Oh!”Satu kata dari mulut Maya yang membuat dirinya sendiri menjadi melongo lebar. Terlihat seperti orang yang sangat syok. Perempuan itu mengerjapkan mata dan bertanya, “Terus?”“Entahlah, May, aku merasa Mas Tyo tidak berbohong—““Jadi kamu lebih membela kakak iparmu dibanding suamimu sendiri, Ri?”Riana melenguh. “Bukan begitu, Maya …. Maksudku, kalau ternyata memang Mas Jagat yang berbohong, itu namanya fitnah dong.”“Terus di ubun-ubun kamu itu muncul kalimat bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan,” cibir Maya. Tiba-tiba dia menjadi ikut emosi jiwa, plus sedikit gemas. Dia tidak mengerti jalan pikiran Riana. “Itu namanya sama aja kamu lebih percaya sama kakak iparmu, dan itu berarti sama dengan kamu lebih membela kakak iparmu. Huh, Riana Nurmalasari, kurujak juga kamu nih!”Maya menggerakkan tangan. Tangan kanannya mengepal, lalu dipukul-pukulkan berulang kali kepada tangan kirinya sendiri. Matanya mendelik sebal.Melihat ekspresi yang berlebihan itu Riana malah tertawa.
Baca selengkapnya
Tindakan Dudung
(Dung, apa yang mertuamu katakan memang benar. Perjanjian itu kita batalkan saja. Kamu kalau mau pergi dari Karisma tidak apa-apa. Tuanmu sebentar lagi juga masuk penjara, jadi perkara ini saya anggap sudah selesai. Sebagai tanda terima kasih, saya sudah transfer kamu ya. Untuk ongkos kamu pulang, atau bekal untuk mencari pekerjaan baru, sebab kamu tidak bisa lagi kerja di rumah saya).Dudung membaca pesan itu berkali-kali agar dia tidak salah mengartikannya.“Jadi semua ini akan berakhir?” desis Dudung. “Bahkan kesenangan sesungguhnya baru saja dimulai.”Lelaki itu mengedikkan bahu. Baik Vivi maupun Tyo bukanlah majikannya lagi, jadi untuk apa dia menurut perintah mereka? Lagi pula sedari dulu majikan sesungguhnya adalah uang, jadi di mana uang mengalir di situlah dia akan letakkan kesetiaannya.“Kamu kontak sama perempuan culas itu lagi ya?”Dudung terlonjak mendengar suara Karisma yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya.“I-iya, Mbak.”Karisma tertawa. “Apa katanya?”Dudung meringi
Baca selengkapnya
Oh, Ketahuan!
“Mau ngapain kamu, Dung?”Dudung terperanjat kaget. Langkahnya terhenti seketika. Dia pun berbalik badan dengan hati-hati, dan mendapati sosok bapak mertuanya dengan jaket tebal. Sepertinya dia akan pergi untuk kasak kusuk dengan tim pemenangannya. Memang begitu kegiatan Mahardika akhir-akhir ini.“Mau ngerokok di belakang, Pak. Lagi enggak bisa tidur. Mikirin besok mau kuliah lagi.”Mahardika tergelak sekejap. “Terus ini mau ngerokok lagi sama si Wahyu?”Dudung mengangguk sopan. “Iya, Pak. Cuma sebentar.”“Kamu itu jangan terlalu bergaul akrab sama pembantu, kastamu sekarang beda, Dung. Kamu menantuku, hati-hati bergaul sama mereka.”“Ta-tapi, Pak … mohon maaf, kata Bapak kita akan menampilkan welas asih* kepada wong cilik.”Mahardika tertawa menggelegar. “Dudung, Dudung … dasar hatimu polos dan baik ya! Peran itu ditampilkan di muka publik saja, bukan dihayati sepanjang hari. Eh, tapi … bagus juga idemu itu, nanti aku akan bilang sama tim, kayaknya ini bisa dijadikan iklan kampanye.
Baca selengkapnya
Jangan Terlalu
“Mmm … ak ak ak … mmm.”Dudung menghentikan gerakannya dalam membasuh badan. Telinganya dipasang pada pemancar yang paling tinggi. Suara itu terdengar lagi, hilang timbul, suara seperti orang yang ingin bicara tetapi mulutnya sedang disumpal sesuatu.“Ak ak ak.”Dudung mematikan shower. Setelah yakin bahwa sumber suara berasal dari balik pintu kamar mandi ini, alias kamarnya sendiri, Dudung bergegas mengambil handuk. Terburu-buru dia memakai pakaiannya kembali. Karisma pernah mengeluarkan peraturan untuk Dudung, yaitu dirinya tidak boleh terlihat hanya berhanduk, atau memakai pakaian tidak lengkap. Tentu saja Dudung menuruti semua perintah yang dikeluarkan dari mulut Karisma, demi memuluskan aktingnya menjadi orang lugu,.Begitu keluar dari kamar mandi, dia melihat kepala Karisma bergerak-gerak.“Mmm … ak ak ak ….”“Loh, Mbak Karisma!” Dudung gegas berlari ke arah istrinya itu. Ternyata suara yang dia dengar berasal dari mulut Karisma. “Mbak Karisma ken—“Lelaki itu membeliak, bola ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status