Semua Bab Kelakuan Papa Mertua: Bab 31 - Bab 40
113 Bab
Bikin Sebel!
Karisma melirik Tyo dengan sebal. Lelaki itu terlihat segera meraih telepon genggamnya dan tergopoh-gopoh menjauh untuk kemudian hilang di balik pintu. Tak berapa lama Tyo kembali lagi dengan wajah cengengesan.“Mi, Papi kayaknya kudu cepet balik Jakarta. Ternyata terbangnya nanti sore, Papi kirain besok,” ujarnya santai.“Terbang? Terbang ke mana?”“Ke Denpasar—““Denpasar?” Karisma memotong ucapan Tyo dengan level kaget yang tinggi, sehingga lebih terdengar seperti jeritan. “Papi mau liburan?”“Loh, kan Papi udah cerita bulan ini Papi mau lib … pergi ke Denpasar, ada sedikit kepentingan. Biasa … bisnis, Mi,” jawab Tyo, hampir saja selip bicara.“Terus Papi mau langsung buru-buru ke Jakarta?” Karisma sudah menekuk tangannya ke depan. Sikap tubuhnya sudah tidak lagi santai.Tyo diam.“Baru … aja tadi bilang ada yang mau akting nyebelin, yang katanya mau memperlihatkan kebosanan.” Bibir Karisma mengerucut. “Ditelpon aja udah girang bukan main dan langsung diiyakan.”“Siapa yang girang?
Baca selengkapnya
Mencari Sekutu
“Terus kita bisa apa, Mas?” sahut Riana dengan nada sedikit kesal. Entah mengapa dia jadi ikut terpancing emosi dengan suara suaminya yang didengar seperti sebuah bentakan. Mungkin karena efek kurang tidur atau memang sedang lelah secara mental.“Kita udah coba telpon Kak Vivi, tapi emang enggak bisa kan?” Suara Riana menurun. “Bahkan tadi kita coba pakai nomor Maya, biarpun tersambung tapi enggak diangkat juga.”“Apa kita akan diam saja, kalau keluargamu kenapa-napa gimana, Dek?”Riana menghela napas. “Aku justru takut keluargaku jadi korban kalau kita melawan mereka sendirian, Mas. Papa kamu kan lumayan punya pengaruh, punya uang … kita tetap butuh Kak Vivi.”Jagat terdiam. Udara dari mulut dan hidungnya terdengar begitu menderu di telinga Riana. Beberapa saat senyap. Gundah dan bingung menerpa keduanya.Tadi pagi, di teras rumah Maya, baik Jagat maupun Riana akhirnya sepakat untuk membongkar perbuatan busuk Tyo dan Papa kepada Vivi. Bukan hanya semata-mata keinginan untuk membalas
Baca selengkapnya
Aku Mau Bukti
“Dan aku harus percaya semua yang kamu katakan, Ri?” Vivi tertawa fals. “Sebenarnya yang kamu mau itu hanya uang kan? Orang seperti kamu itu memang suka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Orang seperti kamu itu bisanya iri, padahal kami kerja keras, tapi selalu disangka mendapatkan semuanya karena keberuntungan, karena orang tua.”Setelah menyemburkan kalimat yang entah apa maksudnya, Vivi terengah-engah. Dia memang baru saja bicara secepat kereta, seakan-akan takut jika Riana akan menyela.“Terserah Kak Vivi mau berpikir apa. Sedari awal aku tidak pernah minta apa-apa, itu semua murni keinginan Mas Jagat.”“Ya sama aja, kalian itu kan suami istri, dua kepala satu otak,” Vivi menukas. Meski terdengar ada getaran dalam suaranya, perempuan cantik itu memaksa tertawa lagi.“Aku bicara di sini hanya kasihan sama Kak Vi—““Aku tidak perlu dikasihani, Ri!” tukas Vivi dengan nada tinggi, tersinggung berat bahwa orang sesukses dirinya masih perlu dikasihani orang lain. “Aku adal
Baca selengkapnya
Ayo Kita Adu Skill
“Hah? Ke Surabaya?” Tyo membulatkan mata. “Kok mendadak?”Vivi tertawa. “Sejak kapan Mas kaget dengan jadwal mendadak? Bukannya sejak dulu jadwal mendadak adalah orang ketiga dalam pernikahan kita ya?”Tyo berderai. “Tapi kamu lagi sakit, Sayang. Kupikir kita cancel liburan ke Denpasar supaya kamu bisa istirahat.”“Siapa bilang aku sakit? Kemarin itu aku hanya lupa makan. Sekarang istrimu yang hebat ini sudah siap melibas tantangan dunia,” ujar Vivi sembari merapikan pakaiannya. Dress hijau gelap berpotongan simple yang membuat kulit cemerlang Vivi tampak lebih berkilau.“Kamu memang luar biasa, Sayang. Mau berangkat jam berapa?”Vivi tersenyum dengan kepala mendongak. Menghalau kecewa yang menyiram sepasang mata milik perempuan cantik itu. Bahkan Tyo sama sekali tidak tampak kuatir dengan keadaannya. Alih-alih menawari untuk menemaninya, lelaki itu malah terkesan ingin supaya dirinya lekas pergi.Seperti apa sih bentukan perempuan yang sudah berhasil menyingkirkan dirinya dari hati T
Baca selengkapnya
Para Menantu
“Kenapa, Mi? Kok kayaknya Mami enggak seneng gitu? Harusnya seneng dong, kan nanti malam kita bisa bobo bareng lagi.”Karisma menceplos tawa sedetik. “Ya seneng dong, Pi.”“Tau enggak, Mi? Papi udah berhasil nyuekin dia. Bahkan Papi berani nolak keinginan dia untuk ke Denpasar, kemarin dan hari ini Papi marah-marah terus ke dia.”“Masa?” Kali ini tawa Karisma memercik dengan jujur. Dia senang sekali kalau mendengar kabar bahwa Tyo menjadi semakin jauh dengan istri sahnya. “Dia enggak curiga, Pi?”“Enggak lah, kayaknya malah jadi agak takut sama Papi, terus waktu Papi bilang mau ke situ, dia oke-oke aja, enggak cerewet kayak biasanya. Semoga dia di Surabaya lama jadi Papi bisa sama Mami terus.”Karisma tergelak. Hatinya yang sempit gegara ucapan Riana tadi menjadi sedikit terobati.“Papi mungkin sampai situ malam ya, Papi perlu setor muka dulu ke kantor biar dia enggak curiga. Bukan Papi enggak berani sama dia, males lah buang-buang waktu untuk ngomong sama dia.”“Ya, Papi ganteng.”Te
Baca selengkapnya
Pelajaran Pertama Dari Vivi
“HAAAH!”“KURANG AJAR.”“PEREMPUAN SIALAN!”Karisma kesal bukan main. Sudah hampir tiga puluh menit lamanya dia berteriak-teriak sendiri. Seakan belum puas, tangan perempuan cantik itu bergerak mengobrak abrik kamar. Tidak ada satu barang pun yang selamat dari amukannya.Dia begitu kesal mengingat kejadian yang dia alami. Setelah Vivi memanggil namanya dengan lantang dan menyebut papanya, dia mendengar high heel milik Vivi bergema semakin dekat, namun kedua kakinya justru terpaku di lantai restaurant. Sampai Vivi berhasil berdiri di hadapannya, dia tetap membeku. Tinggi tubuh mereka yang hampir sama membuat kedua mata mereka menjadi sejajar.Karisma masih ingat betul, bagaimana pandangan Vivi yang tajam seperti hendak memangsa dirinya. Bahkan dia masih ingat kata demi kata yang diucapkan Vivi dengan intonasi penuh ancaman.“Dengar Karisma. Kalau Pak dosen Sulis mengajarkan kamu bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat, maka aku akan memberimu pelajaran bagaimana caranya menjadi gi
Baca selengkapnya
Saling Mengancam
“Jagat!”Papa menggedor-gedor pintu rumah Jagat. Pagi masih buta, perbuatan bar bar itu tentu saja memancing para tetangga menampakkan diri. Jagat tinggal di perumahan biasa, di mana bangunan rumah yang ada saling berdempetan satu sama lain, nyaris tidak mempunyai jeda.“Jagat! Riana! Keluar kalian!”“Astaga, Papa. Kenapa harus teriak-teriak? Malu sama tetangga, Pa.” Jagat membuka pintu.“Alah, enggak usah banyak ngomong kamu, Gat. Papa hanya memperingatkan kamu, menyingkirlah jauh-jauh dari urusan kakakmu. Peringatkan juga istrimu. Kalau Papa sudah mau repot datang langsung untuk memperingatkan kamu ke sini, berarti ini sangat serius. Peringatan keras, bukan main-main!”“Ta—““Mana Riana? Kau tau, istrimu sudah berbuat onar. Sekarang keluarga Karisma marah dan mengancam kakakmu. Keluarga Karisma itu bukan orang sembarangan, bukan seperti mertuamu yang kampungan tapi mata duitan.” Papa menyembur penuh emosi. “Belum lagi nanti kakakmu harus berhadapan dengan istrinya! Ini semua gara-ga
Baca selengkapnya
Jangan Kaget
“Halo, Yo. Gimana? Berhasil kan?” Papa menjawab dengan nada bercampur, antara antusias dan panik. Panik sebab mendengar suara anak kesayangannya bernada sendu.“Vivi minta kita mengembalikan semua uang yang sudah aku ambil, Pa,” Tyo menjawab dengan lemas. Badan, mental dan perasaannya semua terkulai layu. Lelaki itu kini teronggok di pinggir pembaringan, betul-betul kehabisan tenaga.“Itu gampang, Yo,” kata Papa.“Vivi hanya kasih waktu sampai jam empat sore ini , Pa. Semuanya … gimana dengan uang yang sudah kita pakai untuk membeli tanah dan mobil?”Kali ini Papa tidak langsung menjawab. Namun Tyo mendengar suara Papa dan Mama tampak berdiskusi. Dia menunggu saja dengan pasrah.“Yo, kita akan mengirim mobil dan sertifikat tanah hari ini. Papa akan suruh Pak Rusli mengantarnya ke rumahmu. Pastilah sore hari dia sudah sampai, nanti kamu kasih tau dulu ke Vivi soal ini ya. Untuk uang akan segera Mama transfer,” ucap Papa.Tyo menangis menggugu seperti anak kecil kalah dalam sebuah perma
Baca selengkapnya
Mewujudkan Rencana Yang Tertunda
“Halo selamat pagi suamiku, gimana tidurnya? Nyenyak?” Vivi melempar senyum ketika melihat Tyo beringsut mendekati meja makan. Tyo memaksa tersenyum, dan gagal total, mulutnya malah terlihat seperti mencebik.Lelaki itu sudah berdiri di samping sang istri, membungkuk sedikit lalu memberi sekilas kecupan. Sebelum peristiwa ini terjadi, Tyo melakukan dengan terpaksa sebagai rutinitas belaka, kini malah berubah menjadi semacam beban. Jujur, dia takut Vivi menolak ciumannya, tetapi ternyata tidak. Perempuan cantik itu bahkan tertawa renyah sembari mengusap pipi Tyo saat wajah mereka menyatu beberapa detik.Dengan menghembus napas lega, Tyo melempar senyum dan mengambil duduk di sebelah Vivi. Sang istri tiba-tiba berdiri, mengambilkannya piring, mengisinya dengan beberapa lembar pancake serta menyiramnya dengan selai blueberry yang tidak terlalu kental. Sebelum menyodorkan kepada Tyo, Vivi menambahkan lima biji anggur muscat berwarna hijau.Dalam keadaan normal, Tyo akan berjingkrak sambil
Baca selengkapnya
Siapa Menang?
“Brengsek!” Sulis membanting telepon genggamnya. Bunyi jatuhnya benda elektronik itu sangat keras, menandakan seberapa dahsyat sang empunya menggunakan kekuatan untuk menghancurkan benda itu. Hancur lebur berkeping-keping.Widya hanya terlolong di kursinya. Sesungguhnya dia juga ingin mengekspresikan amarah seperti sang suami, tetapi tubuhnya malah kaku. Bukan hanya tubuhnya, semua yang menempel di badannya terasa menjadi kaku. Bahkan untuk menangis, perempuan lima puluh satu tahun itu merasa kesulitan. Ibu kandung dari Tyo dan Jagat itu hanya terus menerus terlolong, menyaksikan suaminya mengamuk. Memporakporandakan isi rumah mereka.“Kita harus balas, Ma!” Sulis mondar mandir sembari memegang kepala, mengusap janggutnya … berjalan ke pojok lain, mondar mandir lagi … terus menerus seperti itu.“Kita harus balas, harus balas.” Mulutnya pun tidak bisa berhenti meracau.Setelah hampir sepuluh menit melakukan hal itu, Sulis duduk terkulai di sisi Widya. Badannya lemas. Serasa emosi telah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status