All Chapters of Dokter Manis Kesayangan Tuan Crazy Rizh: Chapter 81 - Chapter 90
93 Chapters
Bab 81
Jika ibu panti itu tidak perempuan, bisa dipastikan Sebastian sudah menghantamkan tendangan di mulutnya.Begitu banyak dana yang diluncurkannya untuk memberikan bantuan ke panti asuhan ini, namun nyatanya anak-anak di sini diperlakukan dengan tidak semestinya."Saya memberikan dana bantuan ke panti asuhan ini sejak tahun 2006, uang yang saya donasikan di sini, perbulan 25 juta. Untuk panti asuhan ini, saya mengeluarkan anggaran 300 juta pertahun. Saya rasa dengan uang donasi yang perusahaan berikan, anak-anak panti di sini tidak akan kelaparan." Tatapan kelem Sebastian membuat nyali wanita itu menciut.Zia terdiam ketika mendengar penjelasan dari Sebastian. Pantas saja dulu mereka tidak pernah kekurangan, meskipun tinggal di panti asuhan."Jangan sok ngaku mas, emangnya mas itu siapa, bisa memberikan donasi sebesar itu. Di sini yang memberikan donasi besar perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya JS Grup." Rita tersenyum. "Sebastian Alio, salah satu pemilik JS Grup." Sebastian ters
Read more
Bab 82
Zia merasa lega karena sudah membawa adik-adiknya keluar dari rumah panti yang sudah membesarkannya. Akan tetapi hati Gadis itu tetap tidak tenang. Karena mengingat kondisi Aisyah ketika dilarikan ke rumah sakit."Mas, gimana ya kabarnya Aisyah?" Tanya Zia. Ada rasa tidak enak karena terlalu merepotkan Sebastian. Namun saat ini hanya Sebastian yang benar-benar bisa menolong adik-adiknya."Jam 2 dini hari dokter akan melakukan operasi," kata Sebastian."Operasi apa mas?" tanya Zia."Dengan terpaksa satu kakinya harus diamputasi." Sebastian mengusap kepala Zia. Ia berharap Zia bisa kuat ketika mendengar berita ini.Deg!Mendengar kata amputasi, jantung Zia seakan lepas dari tempatnya. Apakah kondisi Aisyah separah itu?Aisyah masih sangat kecil, bahkan hari ini dia ulang tahun yang ke tujuh, namun mengapa harus mendapatkan kado yang begitu sangat buruk?"Zia gak mau jika Aisyah kehilangan kakinya. Aisyah sangat aktif, dia suka lari. Bagaimana jika kakinya sudah gak ada." Zia menangis ke
Read more
Bab 83
Zia memandang ke luar jendela, ternyata benar mereka sudah sampai di rumah baru miliknya. Wajar jika Zia belum terlalu hafal tempat dan rumah barunya. Karena Zia baru pertama kali ke rumah ini.Zia tersenyum ketika pintu mobilnya sudah dibuka oleh Sebastian."Ayo turun," Sebastian memegang tangan calon istrinya.Diperlakukan dengan sangat baik, tentu membuat Zia bahagia."Iya mas," jawab Zia kemudian keluar dari dalam mobil.Zia tersenyum memandang adik-adiknya yang keluar satu persatu dari dalam bus. "Kak Nila, ini rumah siapa? "Tanya salah seorang anak panti. "Ini rumah kakak, dan kalian bakal tinggal di sini." Zia berkata dengan penuh kebahagiaan dan juga semangat. "Kak Zia punya rumah semewah ini?" tanya Ilham. "Kakak juga baru punya, dibeliin sama mas Sebastian." Zia tersenyum memandang cat suaminya. "Om yang belikan kakak Zia rumah mewah seperti ini?" tanya anak panti yang lain dengan mulut terbuka lebar "Iya tapi ini rumah kakak kalian," jawab Sebastian. "Om baik sekali s
Read more
Bab 84
Senyum penuh kebahagiaan terukir indah di wajah anak-anak malang tersebut. Apa yang terjadi, seakan mimpi bagi mereka. Selama ini mereka hanya berharap dapat makan dan memiliki tempat tinggal. Tidak pernah sekalipun memimpikan untuk tinggal di rumah mewah seperti ini."Tak Zia, aku harap ini nggak mimpi. Terus besok bangun tidur udah kena marah lagi sama bunda Rita." "Ini beneran gak mimpi." Zia tersenyum dan mencubit pipi gadis kecil itu dengan gemas."Aduh kakak, sakit." Gadis kecil itu mengusap pipinya. "Kalau terasa sakit, itu artinya nggak mimpi." Zia memeluk sang adik."Kakak Zia, Kami sayang kakak." Anak-anak itu memeluk sang kakak dengan berebutan."Kakak juga sayang kalian. Ingat ya kakak nggak tinggal di sini jadi kalian nggak boleh berantem. Kita semua bersaudara, karena itu harus rukun dan saling menjaga. Kalian juga nggak boleh males-males harus bantu bunda-bunda di sini.""Kami nggak akan malas kak kami janji Kami bakal jadi anak yang baik dan nurut," kata adik-adikn
Read more
Bab 85
Hati ibu mana yang tidak sakit ketika melihat anaknya menangis dan tersiksa seperti ini. Bahkan sejak dari semalam Putri kesayangannya itu tidak mau makan sama sekali."Sayang kamu harus makan, mami nggak mau kamu sampai sakit." Ema berusaha untuk membujuk Alina agar mau makan. Sejak ditolak serta dihina oleh Sebastian, Alina tidak mau makan sama sekali. Gadis itu hanya berkurung di kamar sambil menangis. Sikap Sebastian yang terlalu keras dan menolaknya dengan terang-terangan merupakan hal yang begitu sangat memalukan untuk Alina. "Aku tidak mau makan sebelum papi berhasil melenyapkan Sebastian. Aku benci dengan bujang lapuk itu." Alina berkata dengan penuh kemarahan. Tamparan yang diberikan Sebastian untuknya masih membekas dipipinya yang putih."Sebastian, kau harus membayar penghinaan ini dengan nyawa mu. Kau tidak tahu siapa yang sudah kau lawan. Aku pastikan kau akan tetap menjadi perjaka tua hingga akhir hidup mu," kata Alina dengan penuh kebencian."Mami sudah katakan denga
Read more
Bab 86
Zia berdiri di samping tempat tidur Aisyah sambil menahan tangisannya. Melihat kondisi sang adik yang seperti ini membuat hatinya terasa sakit. Bayangan ketika Aisyah diantar ke panti asuhan ketika umur 2 tahun kembali melintasi ingatannya. Gadis kecil itu sering menangis karena merindukan kedua orang tuanya. Zia dengan sangat sabar menghibur dan mengasuh Aisyah. Hingga satu tahun di panti, keceriaan Aisyah kembali datang. Dalam kecelakaan maut yang di alami mobil milik orang tua Aisyah, hanya Aisyah yang selamat. Harta milik orang tuanya diambil sanak famili yang mengaku lebih berhak. Begitu juga dengan uang asuransi kedua orang tuanya yang senilai 1 milyar. Setelah mengambil uang asuransi dan harta milik orang tuanya, Aisyah di antarkan ke panti asuhan."kakak Nila." Aisyah yang baru saja terbangun tersenyum memandang Zia."Iya dek, ini kakak." Zia berusaha untuk tersenyum di depan sang adik."Kak, terimakasih sudah bawa Ais ke sini. Ais sangat senang bisa lihat kakak." Aisyah te
Read more
Bab 87
"Mas gak perlu antar Hira seperti ini." Zahira memandang Arion yang sudah berdiri di depan pintu ruang prakteknya. Bukannya tidak suka dengan sikap Arion yang menjaganya terlalu over. Namun Zahira merasa kasihan terhadap Arion yang harus menghabiskan waktu tiga jam pulang dan pergi dari mansion ke rumah sakit, dari rumah sakit ke kantor."Aku tidak tenang jika belum melihat kamu benar-duduk di dalam." Arion tersenyum dan mengusap kepala Zahira. Sudah menjadi kebiasaan pria itu jika mengantarkan Zahira ke rumah sakit, sampai di depan pintu ruangannya."Ya udah deh terserah mas. "Zahira malas berdebat dan akhirnya memilih mengikuti apa yang menjadi keinginan calon suami yaitu. "Baby, nanti setelah dari rumah sakit kita akan bertemu dengan desainer busana yang akan merancang gaun pengantin kita." Arion mengulum senyumnya. Baru bercerita tentang gaun pengantin saja sudah membuat dada hati pria itu berdebar-debar."Iya mas," kata Zahira sambil menganggukkan kepalanya."Aku pergi dulu bab
Read more
Bab 88
Entah sudah berapa kali Sebastian mengulang kalimat yang sama. Sebastian duduk di meja kerjanya sambil mengetuk-ngetuk kan bolpoin di meja. Sedangkan mulutnya komat-kamit seperti sedang membaca mantra."Saya terima nikahnya_" Sebastian menghentikan ucapannya ketika melihat pintu ruangannya terbuka."Ada yang bisa saya bantu bos?" Tanya Alex dengan tersenyum."Siapkan gedung untuk resepsi pernikahan ku di hari Sabtu," jawab Sebastian."Hari Sabtu bulan berapa?" Alex mulai menulis di ponselnya."Bulan ini," jawab Sebastian."Tanggal bos?" Mata Alex terbuka lebar ketika melihat kalender di ponselnya. "Bos, maksudnya?" Tanya Alex setelah mengetahui Sabtu besok sudah akhir bulan."Aku minta kau membuat resepsi pernikahan ku Sabtu ini. Aku ingin konsep memakai konsep Pernikahan Garden Party.Alex menelan air ludahnya berulang-ulang kali setelah mendengar perintah dari sang bos.Tak lama kemudian pria berwajah ala opa Korea itu tertawa ngakak. Sedangkan Sebastian hanya diam memandang wajah
Read more
Bab 89
Zahira berjalan dengan cepat menuju ruang UGD. Begitu sampai di depan pintu ia langsung masuk kedalam ruangan. Dilihatnya seorang pria yang terbaring di atas tempat tidur."Dok, kepala pasien banyak mengeluarkan darah," kata perawat yang saat ini membersihkan luka di kepala pasien. "Cukur rambut di sekitar luka!" Zahira memberikan perintah sambil memakai sarung tangan karet terlebih dahulu "Baik dok," jawab perawat.Deg!Jantung Zahira berdegup cepat ketika melihat pria yang akan menjadi pasiennya.Ingatan Zahira sangat tajam, sehingga mengingat jelas wajah si pria. Pria yang mengalami luka di bagian kepala itu, salah seorang penjahat yang ikut serta mengawasi rumahnya beberapa bulan yang lalu.Tepatnya ketika Arion sedang diburu orang-orang yang berniat menghabisi nyawanya. Pria itu juga yang datang ke rumah Zahira bersama dengan temannya yang terluka bacokan di tangan. Zahira mendekati bangsal dan memeriksa kondisi pasien. "Kepala pasien kenapa?" Tanya Zahira sambil melihat waj
Read more
Bab 90
Sebastian memandang ke arah pintu yang terbuka dan dan melihat sosok Arion yang masuk ke dalam ruangannya."Paman, apa benar Paman akan menikah?" Arion duduk di kursi yang ada di depan Sebastian. Kabar yang disampaikan Alex membuat pria itu seakan tidak percaya. Dan sampai saat ini ia masih beranggapan bahwa Alex hanya bercanda."Iya, aku hanya akan menikah tapi kamu sudah kejang-kejang seperti orang yang terkena sawan." Sebastian berkata dengan gaya santainya. "Paman, aku bukan kejang-kejang, namun aku terkejut, aku syok." Arion memandang Sebastian. Rasanya tidak mungkin, pamannya yang tidak memiliki hubungan dengan wanita manapun akan menikah dan menikahnya pun dalam hitungan jam."Bukannya kamu yang mengatakan, Aku ini sudah tua dan harus cepat menikah. Aku juga ingin hidup sehat. Tidak perlu berlari, angkat marbel, Bench crunch, sit-up, push up. Aku hanya cukup berolahraga diatas ranjang. Tanpa harus lari keliling, sudah berkeringat." Sebastian berkata dengan wajah polosnya.Ari
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status