All Chapters of Misteri Kematian di Kota Hema: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
31. Ditemukannya Pelaku.
Fidi dan Gea berbisik seraya tertawa. "Tangkap dan melebur menjadi asap. Dan kalian yang akan menjadi asapnya. " Fidi menjelaskannya dengan tawaan yang mencekik. "Hiduplah dengan kebahagiaan dan kehidupan yang baru." "Sepertinya memang sudah parah dan tak dapat ditolong lagi ... psikisnya kena sih ini, perempuan gila!" gumam Athur. Lili tertawa. "Hahahah ... bagaimana jika kalian yang menjadi asap?" "Aku sudah menjadi asap, Lili. Ikutlah denganku. Kita harus hidup saling berbagi. Ayo temui peliharaan hitam milikku dan berbagilah." "Sepertinya kemarin adalah hari terakhir kamu bertemu dengan peliharaanmu itu ... sudah berpamitan?" "Tidak, karena kita ... akan selalu kembali," ucap Fidi dengan nada anak kecil. "Saya tidak tau kamu memiliki masa lalu seburuk apa, orang melakukan hal sejahat apa hingga kamu seperti ini, tetapi kekurangan perhatian dari orang yang kita sayang tak seharusnya menjadikan alasan untuk kamu melakukan ini," ucap Alana. "Kesalahan dan kejahatan orang lain d
Read more
32. Kesialan
"Sudah, hasilnya tidak cocok." "Bisa saya lihat data dari kasus Hilman?" ucap Alana. "Baik saya ambilkan dulu." Karina bergegas mengambil beberapa berkas kasus pembunuhan Hilman di lemari. Terlintas dipikiran Alana, Ia teringat dengan bukti bahwa kemungkinan besar salah satu korban terdapat tiga gores cakaran yang di lakukan Zea untuk melindungi dirinya. "Bagaimana dengan luka cakaran yang kita curigai?" tanya Alana. "Bukanya sudah terbukti bahwa itu terkena benda keras, ya?" tanya Lili. "Entah ... saya sangat meragukannya." "Kenapa?" tanya Karina, seraya memberikan berkas-berkas kasus Hilman terhadap Alana. "Terdapat beberapa kuku Zea yang patah. Hal itu dicurigai menjadi perlawanan korban terhadap pelaku." **** "Pada foto Zea ... tentunya, kalian sudah mengenalnya ... apa kalian mengenal perempuan ini?" Bima mengeluarkan foto Zea dan jenazah wanita yang di temukan di peternakan. Mendengar pertanyaan Bima, reaksi mereka tertawa layaknya seorang anak kecil yang sedang ber
Read more
33. Mac And Cheese
"Tidak ada cakaran yang di temukan pada tubuh tersangka," ucap Alana seraya melihat data pada Fidi dan Gea saat sudah melakukan pengecekkan tubuh. "Karena, kulit memiliki permukaan kenyal. Terlihat bahwa kuku Zea juga terlihat tumpul. Jika memungkinkan terjadi, tidak akan menyebabkan kukunya parah seperti itu, pasti hanya ada luka ringan antara keduanya. Sepertinya, opsi 1 sangat kecil kemungkinan terjadi." "Betul, Zea juga memiliki kuku yang pendek. Jadi sangat kecil kemungkinan untuk bisa patah, kecuali ada kaitannya dengan benda yang keras," sahut Lili. **** "Tinggal beberapa hari lagi hasil DNA keluar. Jujur gue takut dan sedikit ragu." Lili seraya membereskan baju yang sudah Lili lipat. "Gue simpen baju dulu." Berpapasan dengan Bima yang saat itu turun dari tangga. "Eh ... tumben kalian belum tidur." Lili hanya menunjukkan baju yang Lili sudah lipat terhadap Bima. "Belum ngantuk," sahut Alana. Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 01.03. Suasana terlihat sepi sekal
Read more
34. Membludaknya Korban
“Athur!! Bima!! Ayo dong, harus gesit! Liat waktu,” teriak Lili seraya memakai sepatu. "Ayo dong!! Tinggal satu langkah lagi kasus ini terungkap." Pagi itu suasana rumah sangat rusuh. Ada telepon mendadak yang mengharuskan mereka pergi ke kantor karena ada bukti yang merujuk kepada Fidi dan Gea, mereka akan melakukan penggeledahan rumah tersangka. “Na, liat kaos kaki baru gue, nggak?” Lili sibuk mencari kaos kaki yang baru saja Ia beli. "Ck! Ini kaos kaki satu lagi mana!?" “Enggak tau,” lirih Alana. Tubuhnya lemas seraya menggigil. Melihat kondisi Alana, Lili sangat terkejut. “Kenapa, Na?” ucap Lili seraya memegang kening Alana. Suhu tubuh Alana sangat tinggi. Lili dengan cepat mengambil obat di kotak P3k, di bawah. Berpapasan dengan Bima dan Athur, yang sudah siap untuk pergi. “Ayo,” ajak Athur, sambil merapihkan kerahnya. "Walaupun kedua tangan gue lagi kurang berfungsi ... tapi gue masih bisa taekwondo ... ciat ciat ciatt!!" kata Athur, sembari berancang-ancang. "Gue siapin
Read more
35. Aroma tak sedap
“Apa mereka memang sebelumnya sudah mengetahui bahwa kita berada di daerah yang sama?” tanya Athur. “Kemungkinan besar itu dapat terjadi. Terlihat saat mengintogerasi Gea dan Fidi, tak ada ketakutan atau rasa bersalah. Hanya ada senyuman yang sangat puas ketika kita menemukan mereka,” sahut Lili. “Tau gitu gue dobrak pintunya satu-satu!! Gue abisin mereka!” cela Athur. “Udah berisik ... enggak usah so jadi pahlawan, telat lagi!!” sela Lili. **** “Satu, dua, dobrak!” “Satu, dua, dobrak!” "Satu, dua, dobrak!" Brughh!!! “Ayo masuk, kita telusuri semuanya! Jangan ada yang terlewatkan.” Perintah dari Haris untuk menggeledah tempat kediaman Gea dan Fidi. Dengan beberapa senjata telah mereka kenakan seraya dengan jiwa raga yang penuh waspada. Tim langsung menyebar kesegala penjuru rumah. Keadaan rumah yang suram, gelap, ambruk, bahkan sangat tidak terawat. Barang-barang sangat berserakan, bahkan di beberapa sudut rumah terdapat botol minuman keras. Melihat pemandangan it
Read more
36. Cairan
JRENGG!!! Muncul jenazah anak lelaki dengan wajahnya yang sudah habis dikerumuni lintah. Melihat itu, membuat Athur terdiam tak mampu bergerak sedikit pun. Keadaan Athur ketika melihat itu tidak bisa di deskripsikan. “To-to-long ....” Seraya berusaha membalikkan badannya yang tak kunjung membalik. Namun, tak ada cara lain lagi selain mengangkat satu persatu kakinya, hingga sampai di depan pintu. "Tolong." “B–Bim.” Athur mengambil ancang-ancang untuk berteriak. Mulutnya susah sekali bekerja sama, membuat Ia ingin sekali meninggalkan raganya saat itu. “Kenapa?” tanya Haris seraya menepuk pundak Athur. Haris bersama rekannya yang saat itu sedang berjalan hendak ke ruangan yang Athur temui mayat saat ini. “A—Ada mayat!” ungkap Athur, dengan hati yang sedikit lebih tenang karena sudah memiliki teman. **** "Astaga!!" Lili tercengang melihat isi pada lemari itu. Bima tersenyum. "Sepertinya semua kasus telah terpecahkan. Fidi dan Gea sudah dipastikan pelaku atas semua kasus-kasu
Read more
37. Perayaan
"Terdakwa kini sudah terbukti sebagai pelaku. Telah ditemukan kurang lebih 100 foto orang-orang di dalam lemari, sebagai bukti bahwa mereka korban-korban yang telah menjadi target terdakwa, yakni Fidi dengan Gea. Antara lain, pembunuhan terhadap seorang wanita berusia 17 tahun, seorang wanita berusia 25 tahun, satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak laki-laki berusia 9 tahun, korban lainnya, sudah tak dapat dilihat lagi tubuhnya secara utuh. Terdakwa melakukan pencurian sejumlah 80 gram emas. Hasil DNA yang cocok dengan milik korban, antara lain darah bergolongan A+ milik saudari Gea dan di temukannya robekan baju milik saudari Fidi, keduanya di jatuhi hukuman mati sesuai dengan dilakukannya terhadap korban-korban." Di ketuknya palu oleh Hakim. Rasanya, kemenangan telah tiba. Mendengar keputusan Hakim membuat Tim sangat gembira akan kasusnya yang telah selesai. Mereka berjalan menuju parkiran, matahari yang bersinar terang, rasa resah kini telah hilang, hari ini hari ya
Read more
38.Tengil
"Harta sih nggak ada, tapi bolehlah, lo bawa Ibu gue sama tuh Lakinya, plus rumah, tapi lo yang cicilin." "Durhaka si kunyuk. Lo mau dikutuk jadi batu?" "Boleh juga tuh, gue tandain orang-orang yang buat hidup gue susah. Gue timpa habis-habisan." "Tengil banget nih anak bau kencur," gumam Athur. "Emang ... kenapa? Lo nggak suka? Gue tengilin lagi nih, biar jiwa raga dan ruh lo terbakar." "Tau gedenya tengil gini waktu pertama gue liat dia kenapa nggak langsung gue buang aja, ya?" Athur menjepit leher Aldo menggunakan sikutnya. Walaupun usianya yang berbeda, sejak dulu Bima dan Athur memang dekat dengan Aldo. Tak tinggal diam lehernya dijepit Athur. Aldo membalasnya dengan bantingan tubuh. "Gue juga lagi ikutan gulat, nih. Sengaja, biar lo makin panas ... btw, lo mandi nggak, sih?" Aldo menutup hidungnya. "Bau kadal." Masih dengan rasa sakitnya akibat dibanting Aldo, Athur menjawab. "Sengaja ... biar lo nggak deket-deket gue terus, gatel gue deket sama biduan Kunti laki kaya l
Read more
39. Jatuh hati
"Oh, kita emang pelit, Thur." Melihat baju Aldo dari atas hingga bawah memakai baju Bima dan Athur, termasuk pomade-nya. "Nggak apa-apa lah Bim, nggak di anggep udah hal biasa dalam hidup." Aldo menghiraukan ucapan mereka dan terus memakan daging. "Itu secomot kalo di pindahin ke piring, piringnya penuh," tukas Athur. "Seharusnya lo bersyukur punya senior yang tiada tara tampan sedunia." "Kalo gue jadi nyawanya ... mending sementara ngontrak aja, pasti cape," jawab Aldo, seraya terus menyantap daging dengan sikap tengilnya. "Sialan! Hasrat ingin membunuhnya semakin besar," ucap Bima menatap Aldo. Athur menimpal. "Tengil banget sikapnya." "Emang—" (terpotong dengan kedatangan Rita, Martha dan Mitha). Tatapan Aldo langsung tertuju pada Mitha. Perempuan berkulit putih, bermata sipit, rambutnya di ikat satu, terlihat pemalu dan pendiam. Mitha hanya mengikuti langkah Martha di sampingnya. Mata Aldo tak menoleh sedikit pun, pesona Mitha rupanya menyejukkan hati Aldo saat itu.
Read more
40. Ricuh
Matahari bersinar terang, suasana pagi itu sangat gaduh dan rusuh. Masing-masing dari ketiga orang pria itu, memukuli satu sama lain memakai bantal. Bughhhh!!! “Sialan! Sini lo!” seru Athur mengejar Aldo. Bughhh!!! Lemparan Bima tepat pada wajah Athur. "Awas!" teriak Bima. Niat awal akan melemparnya terhadap Aldo, tetapi Aldo berhasil menghindarinya. “Salah sasaran! Sorry!” Sekarang Aldo harus melawan Bima dan Athur. 2 vs 1, tak ada bantal yang harus Aldo lempar lagi. Hal yang harus Aldo lakukan hanya kabur keluar rumah. Waktunya kini tak banyak, Aldo harus memikirkan strategi, bagaimana bisa sampai di pintu luar. Sedangkan harus melewati dua orang pendendam yang tiada lain adalah Bima dan Athur. Terlintas di pikiran Aldo bahwa Ia harus memancingnya agar mereka mengejar. "Ciuwittt," siul Aldo. “Lemah banget, berdua aja kalah, malu-maluin!” Aldo berlari menyelusuri tangga menuju lantai atas. "Sini lo! Sialan!" Athur hendak mengejarnya. Namun Bima menghentikannya. “
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status