Share

39. Jatuh hati

"Oh, kita emang pelit, Thur." Melihat baju Aldo dari atas hingga bawah memakai baju Bima dan Athur, termasuk pomade-nya.

"Nggak apa-apa lah Bim, nggak di anggep udah hal biasa dalam hidup."

Aldo menghiraukan ucapan mereka dan terus memakan daging.

"Itu secomot kalo di pindahin ke piring, piringnya penuh," tukas Athur. "Seharusnya lo bersyukur punya senior yang tiada tara tampan sedunia."

"Kalo gue jadi nyawanya ... mending sementara ngontrak aja, pasti cape," jawab Aldo, seraya terus menyantap daging dengan sikap tengilnya.

"Sialan! Hasrat ingin membunuhnya semakin besar," ucap Bima menatap Aldo.

Athur menimpal. "Tengil banget sikapnya."

"Emang—" (terpotong dengan kedatangan Rita, Martha dan Mitha).

Tatapan Aldo langsung tertuju pada Mitha.

Perempuan berkulit putih, bermata sipit, rambutnya di ikat satu, terlihat pemalu dan pendiam. Mitha hanya mengikuti langkah Martha di sampingnya. Mata Aldo tak menoleh sedikit pun, pesona Mitha rupanya menyejukkan hati Aldo saat itu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status