All Chapters of Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!: Chapter 51 - Chapter 56
56 Chapters
51. Malam pertama
Alesya berdiri di balik pintu, tangannya menahan nafas agar tak terdengar oleh Liam dan Marco, suaminya dan mertuanya yang sedang berbincang serius di ruang tunggu. Dari celah pintu, Alesya bisa melihat ekspresi wajah Marco yang penuh kekhawatiran."Aku tahu kamu mencintai Alesya, Liam," ujar Marco dengan lembut. "Ayah percaya padamu dan kamu harus tahu bahwa pernikahan bukan hanya soal cinta. Kalian berdua harus saling menghargai dan bekerja sama untuk menjaga rumah tangga ini."Liam mengangguk, matanya tampak berkaca-kaca. "Aku tahu, Ayah. Aku berusaha, meski terkadang sulit."Marco menghela napas, kemudian menepuk-nepuk pundak Liam. "Anakku, kamu harus ingat betapa sulitnya masa lalu yang pernah kalian lewati. Jangan biarkan sejarah buruk itu menghancurkan pernikahanmu."Alesya menutup mulutnya, berusaha menahan isak tangis yang muncul begitu saja. Rasa benci yang sempat memenuhi hatinya terhadap suaminya kini perlahan sirna. Entahlah tak bisa dijelaskan. Semua perjuangannya untuk
Read more
52. Bayi kita dalam bahaya
"Ada apa, Ale?" tanya Marco. Dia sengaja menengok Alesya, ternyata anak perempuannya itu belum juga tidur."Aku tidak apa apa, Ayah.""Benarkah? Jika kamu baik baik saja, kenapa terbangun di tengah malam seperti ini?""Itu karena …, karena aku sangat haus tadi."Marco tersenyum melihat alasan Alesya. Dia sungguh mengerti anak anaknya dalam hal berbohong atau tidak. "Sudahlah nak, kamu tidur saja. Aku akan menunggumu di sofa itu," ucap Marco sambil menunjuk sofa panjang di samping ranjang."Baik, Ayah."Cukup hening hingga Alesya tertidur membuat Marco beralih duduk di sofa. Marco duduk termenung memandangi album foto yang ia pegang. Hanya benda ini yang dibawa Marco pergi dari kediaman Roderick. Dengan pelan, Marco membuka album foto tersebut. Di dalamnya tersimpan kenangan 10 tahun lalu.Bella dan Alesya, anak-anaknya di dalam foto itu terlihat manis dan lucu serta saling menyayangi satu sama lain. Marco tak menyangka jika saat ini mereka bisa saling membenci. Mungkin hal ini wajar t
Read more
52. Bayi kita, dalam bahaya!
"Ada apa, Ale?" tanya Marco. Dia sengaja menengok Alesya, ternyata anak perempuannya itu belum juga tidur. "Aku tidak apa apa, Ayah." "Benarkah? Jika kamu baik baik saja, kenapa terbangun di tengah malam seperti ini?" "Itu karena …, karena aku sangat haus tadi." Marco tersenyum melihat alasan Alesya. Dia sungguh mengerti anak anaknya dalam hal berbohong atau tidak. "Sudahlah nak, kamu tidur saja. Aku akan menunggumu di sofa itu," ucap Marco sambil menunjuk sofa panjang di samping ranjang. "Baik, Ayah." Cukup hening hingga Alesya tertidur membuat Marco beralih duduk di sofa. Marco duduk terme
Read more
53. Setelah ditiduri, ditinggal pergi
"Itu ….""Aku tadi sedang ke kamar mandi saat teman temanku memesan makanan dan minuman. Mungkinkah?""Bisa jadi semua lelaki itu si kurir pengantar makanan dan minuman," tebak Liam. "Rina segera laporkan ke Polisi agar kasus ini segera ditangani.""Baik." Rina berjalan lalu kembali berbalik, "tapi Tuan Liam, saat ini sudah sangat larut. Lebih baik besok saja, saya akan melapor ke Kantor polisi.""Iya."Liam berdiri di luar ruangan inkubator dengan rasa penyesalan yang mendalam. Matanya berkaca-kaca menatap bayinya yang terbaring lemah di dalam inkubator. Dia merasa bodoh karena tadi sempat meninggalkan bayinya sebentar untuk melihat dan menjaga Alesya, padahal seharusnya dia tetap berada di sisi bayinya itu.Tak disangka, saat dia pergi, seorang pria yang tidak dikenal hampir mencelakai bayinya. Beruntung dia segera kembali dan menggagalkan aksi pria itu. Namun, rasa takut akan kehilangan anaknya membuat Liam semakin menyesal telah meninggalkan bayi tersebut.Menghela napas panjang,
Read more
54. Bayi Alesya mempunyai dua Ayah?
"Maaf Boss, kami gagal."Pesan dari suruhan Bella. Seketika dibanting ponsel itu diatas ranjang, meluapkan kekesalan pada dirinya.Bella sempat menyuruh anak buahnya ketika dirinya dikurung di kediaman Roderick. Memastikan jika kehidupan Alesya tak akan pernah bahagia. Jika membunuh Alesya gagal, pilihan jatuh pada bayinya. Ya, Bella lah yang menyuruh orang jangkung kemarin untuk membunuh bayi Alesya."Brengsek!"Bella berjalan mondar mandir tak jelas. "Bagaimana bisa membunuh salah satu diantaranya begitu sulit!" pikirnya. Terlebih saat ini ada Liam bersama Alesya. Bella sangat takut jika Liam semakin jatuh hati pada adiknya itu."Aku harus bagaimana?"Bella memikirkan beberapa peluang dan peluang terbesarnya adalah menemui mereka, memberikan ancaman agar Alesya mau meninggalkan Liam. "Ya, aku harus pergi!"Bella mengambil keputusan untuk pergi ke Paris, menemui Alesya dan Liam, akan membuat perhitungan dengan mereka yang telah mengecewakannya. Begitu masuk ke dalam pesawat, ia meras
Read more
55. Hadapi masalah, jangan lari seperti pecundang
Zidan mengunjungi Alesya di rumah sakit dengan membawa sekotak makanan kesukaan Alesya dan seikat mawar putih. Begitu memasuki kamar, dia melihat Alesya yang tengah bahagia menggendong dan memberi ASI kepada bayinya yang baru keluar dari inkubator. Liam, duduk di sampingnya dengan tatapan penuh cinta dan bangga.Zidan menggigit bibirnya, hawa panas seketika menyeruak, berdesir tajam mengiris hatinya. Yang jelas tak bisa dijelaskan suasana hatinya saat ini. Apakah Zidan cemburu? Atau sedih melihat kebahagiaan mereka berdua?Namun, dia tak ingin terlihat menyedihkan di hadapan Alesya dan Liam. Oleh karena itu, dia mencoba mengalihkan perasaannya dengan membuat candaan. "Wah, bayi-ku sudah keluar dari inkubator ya. Selamat sayang, bagaimana jika kamu di gendong Ayah, boy?""A-yah katamu?" tanya Liam kesal.Zidan mengangguk, "jauh sebelum kamu kemari kan aku sudah meminta izin kepada Alesya untuk menjadi ayahnya. Benarkan Ale?"Alesya mengangguk pelan, membenarkan ucapan Zidan. Sudut mata
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status