All Chapters of Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!: Chapter 11 - Chapter 20
47 Chapters
11. Hamil???
Tiba-tiba saja, Alesya pingsan tanpa sebab yang jelas, membuat Zidan khawatir setengah mati. "Ale,bangunlah! Alesya?!"Dalam keadaan panik, Zidan langsung menggendong Alesya ke mobil dan bergegas menuju rumah sakit terdekat. Ketika sampai di sana, Dokter dan Perawat segera memberikan penanganan spesifik pada Alesya yang masih tak sadarkan diri.Zidan duduk di kursi ruang tunggu, rasa cemas yang luar biasa menyelimuti pikirannya. Dia tak henti- hentinya berdoa agar wanita yang dicintainya itu baik-baik saja. Wajahnya tampak pucat, jantung berdegup kencang menunggu hasil pemeriksaan.Tak lama kemudian, Dokter yang menangani Alesya keluar dari ruangan dan menghampiri Zidan. Dengan ekspresi tenang Dokter berkata, "Nyonya Alesya sebenarnya tidak ada masalah serius."Zidan merasa lega mendengarnya, namun Dokter mengungkapkan berita yang mengejutkan. "Ternyata Nyonya Alesya sedang hamil."Zidan merasa seolah dunia berhenti sejenak, mata berbinar syok saat mendengar berita tersebut. Dia sungg
Read more
12. Memikirkan Alesya
"Liam, aku minta maaf jika pergi dari rumah ini tanpa berpamitan padamu. Aku rasa sudah cukup aku mencintaimu selama tiga tahun ini, berusaha menjadi istri yang baik dan penurut. Besar harapanku jika kamu akan mengerti dan membalas cintaku meski hanya sedikit. Namun, kenyataannya aku tak pernah bisa masuk ke dalam lubuk hatimu, menggantikan Bella.Kini Bella telah kembali dan aku sadar diri, tak seharusnya aku mengalami cinta kalian berdua. Meski kamu berkata jika membenci Bella, aku yakin cintamu yang lebih besar akan mengalahkan rasa benci padanya.Terima kasih sudah menjadikanku istri keduamu. Memberi harapan besar atas cintaku. Aku bersyukur pada Tuhan, mengizinkan aku bersamamu selama tiga tahun ini, meski tak bisa merengkuh hatimu. Aku kembalikan semua yang pernah kamu berikan padaku, tapi… aku akan membawa apa yang berhak menjadi milikku. Jangan pernah mencariku lagi. Aku pergi karena ingin mencari jati diriku yang telah hilang sejak lama. Maafkan aku jika selama ini aku telah
Read more
13. Nyawa seorang Marco
Liam tak bisa tidur nyenyak memikirkan alat test pack sialan itu. 'Apakah semua ini benar?' pikir Liam ragu, mengingat ingat kembali jika dirinya tak pernah membiarkan benihnya tumbuh di dalam rahim Alesya. "Lalu alat ini?"Dipegang erat alat test pack itu sambil menatap langit langit kamar Alesya. Detik demi detik, mata menatap kosong seolah bayangan Alesya menari indah di depan mata. Untuk waktu yang lama hingga mata perlahan menutup dan tenggelam dari buaian dunia nyata.Bella sendiri berjalan mendekati pintu dan menatap Liam di balik pintu. Diberanikan diri untuk kembali masuk ruangan tersebut. Bella duduk di kursi depan meja rias, melihat sebuah black id card, cincin dan robekan kertas berhamburan di atas meja.Tatapan Bella tertuju pada sesuatu yang dipegang oleh Liam. Dengan pelan, Bella mengambil test pack tersebut dan terkejut melihat dua garis merah yang tertera disana. 'Apa ini?' pikir Bella mulai menyimpulkan semuanya.'Jadi kamu pikir dengan ini kamu bisa membuat Liam men
Read more
14. Mencintai Alesya
Alesya merasa lega saat mendengar dokter menyatakan kondisinya sudah membaik dan dibolehkan pulang. Zidan yang menemani Alesya sepanjang perawatan di rumah sakit, segera membantu Alesya untuk kembali ke kontrakan.Setibanya di kontrakan, Alesya mencoba untuk beristirahat sejenak. Tubuhnya masih lemas meskipun sudah dinyatakan sehat oleh dokter. Bagaimana tidak? mungkin karena kehamilan yang terjadi.Morne yang setia menjaga ayah Alesya, memberikan kabar setiap hari tentang kondisi Marco yang lemah.Mendengar kabar tersebut, Alesya merasa tidak tega melihat ayahnya menderita. Hatinya tergerak untuk menjenguk Marco malam ini. Walaupun kondisinya masih lemah, Alesya merasa perlu meluangkan waktu untuk menemani ayahnya yang sedang berjuang melawan sakit.Malam pun tiba, Alesya berusaha bangkit dari tempat tidur dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Zidan yang tadinya tiduran di sofa, melihat kegigihan Alesya segera menghampiri, "mau kemana kamu, Ale?""Aku… aku ingin menemui Ayahku sebe
Read more
15. Pengakuan cinta Zidan
"Apa?!"Alesya tak percaya atas kalimat yang dilontarkan Zidan. Hal itu membuatnya bingung dan terpaku, tak tahu harus menjawab apa."Aku sudah menyukaimu dari tiga tahun lalu, Ale. Disaat aku ingin menyatakan cintaku padamu, aku mendengar kamu menikah dengan Liam. Jadi, aku berusaha tetap kuat dan mengubur rasa cinta ini. Sekarang, aku tak akan menahannya lagi. Aku menyukaimu dari dulu hingga kini, rasa itu tetap sama dan tak akan berubah."Zidan memegang kedua tangan Alesya, berharap jika kejujuran hatinya bisa menyentuh perasaan Alesya. "Aku tahu ini sangat mendadak untukmu dan tentunya kamu terkejut bahkan syok berat. Jadi, aku tak akan meminta jawabanmu sekarang."Alesya hanya diam membuat Zidan melepaskan tangan dan menghela nafas panjang. "Mengenai kandunganmu, cukup rawat dia seperti kehidupanmu sehari hari. Jangan jadikan beban, Alesya. Aku akan mendukungmu, memenuhi kebutuhan apapun yang kamu butuhkan. Aku bisa menjadi ayah yang baik untuknya. Aku janji."Mendengar hal itu, A
Read more
16. Fakta mengenai Alesya
"Anak?"Liam berbalik, menatap curiga pada Bella. Wanita yang berstatus istrinya ini tiba tiba saja membahas seorang anak, sama seperti berita Alesya yang tengah mengandung. "Kenapa kamu baru terpikirkan untuk memiliki anak, sekarang?"Liam sungguh tak mengerti. Ingatannya kembali pada empat tahun yang lalu. Dulu, Liam begitu menginginkan anak dari Bella tapi dia menolaknya dengan alasan jika dia masih ingin bersenang senang. Jika mempunyai anak, kehidupan nya tak akan lagi bebas."Itu… karena aku pikir sudah saatnya aku menjadi dewasa dengan memiliki anak. Ya, menjadi ibu yang baik.""Lupakan!"Liam bergegas pergi ke kamarnya."Liam!?"Bella berteriak memanggil suaminya namun tak ada tanggapan dari Liam. Bella sungguh kesal, menghentakkan kaki dan berkacak pinggang. "Awas saja kamu, Liam!"Bella segera masuk kamar, memikirkan rencana yang bisa digunakan untuk menjerat Liam. Dirinya menyadari jika Liam sudah berubah. Liamnya yang dulu sudah pasti akan mengungkung habis habisan disaat
Read more
17. Serbuk laknat
"Bagaimana kehidupanku, menurutmu? Apa aku terlihat menyedihkan?" tanya Liam sekali lagi."Apa Anda bicara seperti itu, Tuan?""Karena… kamu tentu tahu kehidupan rumah tanggaku. Istri pertamaku kembali namun aku tak ada rasa berdebar lagi terhadapnya sedangkan istri keduaku pergi membawa rahasia besar yang aku tidak tahu kebenarannya. Namun, hari ini aku sudah tahu semua faktanya. Alesya dengan jelas membohongiku," jelas Liam membuat Edo turut sedih, memikirkan masalah bosnya yang begitu rumit."Tuan, bagaimana jika kita kembali menguntit kehidupan Nyonya Alesya disana?"Liam menggeleng pelan, "tidak perlu. Aku sudah tak memperdulikan dia.""Tapi Tuan, berita terbaru dari anak buah kita yang ada di sana, mereka semakin dekat layaknya sepasang kekasih?!""Biarkan saja."Liam mengambil coffe yang hampir dingin, meminumnya sekali teguk. "Ayo kita berangkat ke lokasi." Mereka pun berangkat bersama.Butuh waktu hampir dua jam, Liam tiba di lokasi pembukaan kantor cabang baru. Ia ingin sege
Read more
18. Malam panjang penuh kenikmatan
Nama id pemanggil di ponsel Liam adalah Alesya. Ya, dia mencoba menghubungi Liam karena Edo mengirim pesan jika Liam dalam bahaya. Alesya tak dapat berfikir secara jernih mengingat betapa dia mencintai Liam, dia takut sekali."Mengapa Liam tak bisa dihubungi?" guman Alesya."Ada apa Alesya?" tanya Zidan mendekat. Dia tadi melihat Alesya sudah tertidur pulas namun mengapa dia bangun saat ini?Alesya tak menanggapi, sibuk dengan gawainya. Terus berdoa untuk keselamatan Liam, bahkan air mata sudah jatuh membasahi pipi dari tadi. Hal itu sukses membuat Zidan cemburu. Mendekati Alesya dan memegang pundaknya. "Ale, dengarkan aku dulu.""Tidak, Zidan. Liam dalam bahaya, dia tak angkat panggilanku. Bahkan sekarang sudah tak terhubung panggilannya. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?""Dengar Ale, Liam tidak pernah peduli padamu. Jadi kamu juga jangan peduli padanya. Jangan pikirkan Liam lagi. Fokuslah pada janin yang kamu kandung saja. Mengingat Liam semakin membuatmu sakit, mengerti!"
Read more
19. Memeriksakan kandungan
"Mungkinkah?"Liam segera mengecek Cctv sebelum dia pulang namun tak ada rekaman disana, seperti ada pemotongan di bagian itu. "Pasti Bella yang melakukan ini," nilai Liam tak suka. Istrinya itu bisa saja melakukan hal gila untuk mendapatkan sesuatu.Dalam kebingungannya, Liam mengambil ponselnya dan menghubungi Edo, berharap mendapatkan jawaban mengenai apa yang terjadi semalam."Edo, aku baru saja terbangun dan ada sesuatu yang aneh. Aku benar-benar tak ingat apa yang terjadi semalam setelah kita pulang dari perusahaan. Apakah aku minum sesuatu yang mencurigakan?" tanya Liam dengan nada khawatir.Edo terdiam sejenak sebelum menjawab, "kita hanya minum kopi bos. Tunggu… saat mengantarmu pulang tadi malam, kita memang sempat berpapasan dengan seorang pengantar minuman. Aku ingat ada tulisan 'plus serbuk menggugah selera' di paket yang dipegangnya. Aku sempat curiga, tapi tak menyangka hal ini akan terjadi."Mendengar penjelasan Edo, Liam semakin yakin jika semua ini ulah Bella. Ia tel
Read more
20. Menikmati Sunset
Matahari mulai terbenam ketika Edo datang ke rumah Liam dan menemukannya sedang duduk santai di teras. Liam tampak terkejut melihat Edo tiba-tiba muncul di hadapannya. "Ada berita apa, Edo?""Ada berita terbaru, boss. Ini tentang Nyonya Alesya," ujar Edo sambil memasang muka serius. "Dia pergi ke klinik tadi pagi ditemani Zidan. Mungkin berita jika Nyonya Alesya hamil itu benar, Tuan."Mendengar kabar itu, wajah Liam langsung berubah. Sepertinya dia tidak suka mendengar berita tersebut, bahkan terlihat tangan Liam mengepal erat. Edo, yang menyadari perubahan ekspresi wajah Liam tak bisa menahan diri.Edo sedikit menggoda, "Wah, sepertinya Anda cemburu ya, Tuan? Apa karena Alesya pergi bersama Zidan?"Liam berusaha menampik perasaannya, "Aku tidak cemburu! Aku hanya khawatir dengan kondisi Ayah Marco. Dia kenapa sampai saat ini belum sadar juga?"Edo tersenyum lebar, membenarkan jika Liam benar benar cemburu. "Saya membahas Nyonya Alesya tapi Anda malah membahas Ayahnya, kentara sekali
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status