Semua Bab Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya : Bab 11 - Bab 20
38 Bab
11 Tidak Bisa Terpisahkan
“Itu Lila sama pria lain, Mas. Astaga, istri kedua kamu ternyata selingkuh?”“Mana sih? Oh, itu Arka—sepupu aku!”“Kok bisa dia berduaan sama sepupu kamu?”Gio lantas menjelaskan jika Arka tinggal di rumahnya untuk sementara.“Kalau begitu, kamu bisa sering-sering bermalam sama aku.” Nia menatap Gio dengan berbinar. “Lila kan sudah ada temannya ....”“Tidak ada Arka pun, aku akan sering bermalam sama kamu.”“Kamu memang suami terbaik, Mas.”Gio tersenyum singkat. Dia menunggu Arka pergi meninggalkan rumah, baru setelah itu diarahkannya mobil mendekat.“Kamu tunggu di sini saja,” pinta Gio sebelum turun dari mobil.“Kenapa sih? Memangnya aku tidak boleh bertemu Lila?”“Aku lebih tidak mau kamu bertemu asisten rumah tangga, Nia. Untuk sementara, orang-orang tidak boleh tahu status kita yang sebenarnya.”Nia sontak cemberut, padahal tadinya dia sudah berniat untuk memanas-manasi Kalila jika mereka berdua berjumpa.“Aku tidak akan lama,” bujuk Gio lagi.“Ya sudah, aku terpaks
Baca selengkapnya
12 Kalian Ini Suami Istri
“Kami sangat baik, kakek mana?” Gio celingukan mencari keberadaan suami Mutia.“Kamu tahu sendiri kakekmu seperti apa, dia seorang petualang.”“Tapi ini sudah satu bulan sejak aku menikah, Nek. Kenapa kakek tidak pulang-pulang juga?” tanya Gio gelisah. “Bukankah aku sudah memenuhi persyaratan dari kakek?Mutia melirik Kalila yang pura-pura tidak mendengar percakapan mereka.“Lila, buatkan minuman untuk suami kamu ini.”“Baik, Nek.” Kalila justru merasa senang ketika dia memiliki alasan untuk tidak ikut serta dalam pembicaraan.“Gio, apa kamu tidak punya waktu yang lebih pas untuk membahas soal itu?”“Kenyataannya kita memang perlu membahasnya, Nek.”“Tapi tidak di depan istri kamu juga kan?” tukas Mutia dengan tatapan tajam.Kalau sudah ditatap seperti itu, Gio tidak berani mendesak lagi.“Jadi ... keputusannya bagaimana, Nek?” Gio masih berharap.“Kamu ini ...” Mutia menarik napas dalam, lalu menatap cucunya. “Kakekmu kapan har
Baca selengkapnya
13 Nia Selalu Dinomorsatukan
“Pilihan yang ini resikonya besar, tapi ... jauh lebih baik daripada pilihan yang pertama tadi.”Soraya mengembangkan senyumnya.“Jadi, tunggu apa lagi?”“Aku akan membicarakannya sama Nia nanti malam, Bu. Aku sendiri yakin kalau dia jauh lebih setuju dengan pilihan kedua ini,” ucap Gio optimis.“Tapi ingat, kamu tidak boleh dan harus bermain dengan rapi.”“Tentu saja, Nia akan membantuku.”Kopi yang dipesan Soraya tiba tepat setelah pembicaraan dengan putranya selesai, mereka berdua lantas minum kopi bersama untuk merayakan ide cemerlang yang baru saja mereka dapatkan.Beberapa hari kemudian ....Kalila sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya yang hambar setelah menjadi istri Giordano, tepatnya istri kedua. Hati yang semula rapuh, kini mulai kebal setiap kali Gio berlaku seenaknya sendiri.Nia selalu dinomorsatukan di atas segalanya oleh Gio, tidak peduli meskipun di antara mereka ada Kalila yang juga berhak mendapatkan perhatian yang s
Baca selengkapnya
14 Belum Saatnya Diceraikan
Dan sialnya, dia justru terjebak di ruangan yang sama dengan pasangan suami istri yang sedang memadu asmara. “Aku pergi ke kamar sebelah dulu!” pamit Nia dengan suara serak menggoda. “Silakan cari aku kalau kamu masih belum puas ....” Dia melirik Kalila yang meringkuk di atas sofa, sebelum akhirnya pergi dari kamar utama dengan hati gembira karena merasa menang. “Mas, kalau memang kamu yakin ingin fokus sama satu istri saja silakan. Ceraikan aku secepatnya,” pinta Kalila setelah semalaman itu dia tidak bisa tidur karena mimpi buruk yang Gio berikan kepadanya “Belum saatnya kamu untuk diceraikan.” “Tapi kalau kamu sudah tidak butuh aku sebagai ....” “Siapa bilang aku tidak butuh kamu? Aku bahkan sangat membutuhkan kamu,” tegas Gio seraya mematut dirinya di depan cermin. “Selamat pagi, Sayang!” Nia nyelonong masuk ke kamar utama tanpa permisi. “Eh kamu, jangan terlalu dekat sama suami orang dong!” Kalila memutar bola matanya dengan malas. “Kok berantakan begini
Baca selengkapnya
15 Pura-pura Hamil
Kalila terpaku, dia tidak tahu harus menjawab apa. Sebagai keluarga besar, tentu Arka lebih tahu tentang siapa saja yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Gio. “Aku ... aku tidak terlalu hapal namanya, Ka. Tahu sendirilah kalau aku ini pelupa,” elak Kalila, yang justru memantik rasa curiga di pikiran Arka. “Oh, aku yakin dia akan betah di sini karena kamu selalu memperlakukan tamu dengan sangat baik.” “Mungkin ...” Kalila tersenyum, lalu menelan saliva dengan getir. Arka mungkin tidak tahu jika tamu yang menginap di rumah suami Kalila adalah seorang wanita, sekaligus bergelar istri pertama. “Lil, kamu tidak apa-apa?” tanya Arka. “Apa aku salah bicara?” Kalila menggeleng. “Tidak kok, dia pasti betah di rumah ini.” Arka bisa melihat ekspresi janggal yang terlihat pada wajah Kalila, apakah ini ada hubungannya dengan ‘sepupu’ Gio yang menginap? “Sering-sering mampir ke sini, Ka.” “Oke, sayang sekali aku tidak lihat Gio dan sepupu kamu itu ....” Kalila tertegun ke
Baca selengkapnya
16 Ingin Sekali Berpisah
Kalila terbelalak. Haruskah kebaikan nenek Mutia dibayar dengan sebuah sandiwara? Tidak bisakah Gio mempertimbangkan keinginan nenek dan bersedia menyentuhnya supaya mereka bisa mempersembahkan seorang cicit?“Aku ... aku tidak bisa,” gagap Kalila.“Siapa yang tanya pendapatmu?” gertak Gio geram. “Sejak awal aku tegaskan sama kamu untuk menuruti seluruh rencanaku, bukankah kamu ingin segera bercerai?”“Tapi bukan seperti ini caranya! Itu sama saja kamu membohongi nenek! Bagaimana kalau suatu saat dia bertanya tentang cicitnya yang tidak lahir-lahir, kamu mau jawab apa?”Gio dan Nia saling pandang, lalu keduanya tertawa bersamaan.“Jadi itu masalahnya? Kamu tidak usah khawatir, nenek akan tetap mendapatkan cicit dariku.” Gio tersenyum miring.“Caranya? Bukankah aku hanya pura-pura hamil?”Gio melirik Nia yang berada di sampingnya.“Tepat sekali, aku yang akan melahirkan cicit untuk Nenek Mutia.” Nia menimpali.Kalila sontak terhuyung, mend
Baca selengkapnya
17 Terperangkap Sandiwara Gio
“Akhirnya, kalian akan segera punya momongan!” Mutia terlihat gembira, begitu juga dengan suaminya, Herdiansyah. Terus terang, Kalila sangat merasa bersalah karena terlibat dalam kebohongan ini. Dia ingin berontak, tapi tidak cukup nyali untuk menghadapi Gio. “Tentu saja, doakan supaya kehamilan Lila berjalan lancar dan sehat-sehat terus sampai melahirkan.” Gio dengan sengaja merangkul Kalila, untuk meyakinkan kakek dan neneknya jika dia sudah menerima pernikahan mereka dengan lapang dada. “Gio, kamu ikut kakek sebentar!” “Baik, Kek!” Kalila baru bisa bernapas lega setelah Gio menjauh darinya. “Lila, sini duduk dekat nenek.” Mutia mengulurkan tangannya. “Iya, Nek ....” “Kenapa kamu terlihat makin pucat dan tegang? Apa kamu tidak bahagia dengan kehamilan ini?” tanya Mutia heran. Kalila tidak segera menjawab, dia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya jika Gio sudah merekayasa kehamilan itu. “Mungkin ada makanan yang mau kamu makan?” tanya Mutia lagi. “Kata
Baca selengkapnya
18 Tidak Dicintai Suami Sendiri
“Mas, bagaimana rencana kita ...?”“Kita kurung dia,” tegas Gio sambil mengempas tangan Kalila. “Kita bilang saja kalau dia harus bedrest, kunci kamar biar kamu yang pegang.”Kalila terbelalak. “Mas, tunggu!”“Tidak ada penawaran apa pun untuk kamu, Lila. Ikuti rencanaku sampai akhir,” tegas Gio dingin.“Tapi ....”“Apa kamu tuli? Mas Gio tidak menerima penolakan!” sergah Nia sambil meraih lengan suami mereka. “Ayo Mas, kita tinggalkan saja dia biar bisa merenungi kesalahannya.”Gio mengangguk dan mengikuti langkah Nia di sampingnya.Brak!Kalila memejamkan mata ketika Gio menutup pintu kamar utama dengan keras, diikuti suara kunci yang diputar untuk mengurungnya.Saat ini dia benci dengan beberapa hal: benci pada pernikahan, sandiwara untuk berpura-pura hamil, juga benci kepada dirinya sendiri yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan arogansi Gio.Kalila benci semua itu!“Kenapa kamu gelisah begitu?” Di kediaman megah berlantai dua itu, Herdi bertanya heran kepada Muti
Baca selengkapnya
19 Status Kamu Tersembunyi
“Kenapa tidak sekarang saja? Minta Mas Gio untuk memperkenalkan kamu kepada keluarga besar, apa kamu tidak ingin mendapatkan pengakuan dari mereka?”Nia langsung terdiam.“Nenek Mutia itu sangat penyayang terhadap istri dari cucunya, apa kamu tidak ingin di posisi itu?” tanya Kalila lagi.“Aku ... tentu saja aku pasti akan ada di posisi itu suatu saat nanti.”“Kalau begitu, bujuk Mas Gio untuk segera menceraikan aku ... Kamu istri pertama, kamulah yang lebih berhak untuk mendapatkan segala hal yang dimiliki Mas Gio ....”“Tidak usah kamu mengajariku!” bentak Nia, wajahnya terlihat resah bercampur gusar.Kalila yakin jika ucapannya sedikit banyak berpengaruh terhadap mental Nia sebagai istri pertama yang disembunyikan.“Miris ya, saat istri kedua justru lebih diakui?”“Diam kamu, diam!” Nia tidak tahan lagi, dia mengentakkan kaki kemudian pergi meninggalkan kamar Kalila dan menguncinya kembali.“Ya ampun ... seperti aku yang salah di sini,” ratap Kalila menahan kepedihan hati.
Baca selengkapnya
20 Sudah Memiliki Istri Lain
“Satu langkah saja kamu berani meninggalkan rumah ini, aku akan hancurkan orang tua kamu.” Gio mengancam. “Kalau begitu biar aku hancur bersama orang tuaku,” sahut Kalila sembari memasukkan pakaiannya dengan serampangan. “Kamu! Sudah berani melawanku, rupanya!” “Terserah apa katamu, Mas.” “Tetap di tempatmu, Lila!” Namun, Kalila tidak peduli. Dia harus melawan sekarang, atau tidak sama sekali .... “Aku bilang tetap di tempatmu!” Gio mengangkat tangannya dengan penuh amarah, tapi yang terjadi selanjutnya .... “Gio, Lila! Apa yang terjadi?” Gerakan tangan Gio langsung terhenti di tengah jalan, dia menoleh dan terkesiap melihat keberadaan Arkana alias Arkan atau Arka. “Tidak apa-apa, kamu ... kenapa mendadak masuk tanpa izin? Sori Ka, tapi ini adalah ruangan yang sangat privasi.” Gio berusaha menguasai diri. Namun, Kalila tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status