Semua Bab Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya : Bab 21 - Bab 30
38 Bab
21 Ketidakberdayaan Kalila
Setibanya di kediaman Mutia, kedatangan Kalila dan Arka tentu saja disambut dengan tatapan heran dari sang tuan rumah.“Bagaimana bisa kalian ...? Mana Gio?” tanya Mutia sembari menatap lurus ke arah pintu, kalau-kalau Gio mendadak muncul dari sana.“Maaf karena kedatanganku yang mendadak ini, Nek. Tanpa Mas Gio ....”“Kok bisa kamu sama Arka? Mana Gio?” tanya Mutia kebingungan.Kalila diam, tidak tahu harus memulai dari mana.“Nenek tenang dulu, tunggu sampai Lila siap untuk menceritakan semuanya.” Arka menengahi.“Baiklah, duduk dulu kalian berdua.” Mutia lantas meminta pelayan rumah untuk membuatkan tiga cangkir teh hangat.Arka menoleh kepada Kalila, mengisyaratkannya untuk segera memulai pembicaraan.“Nek, aku ... aku ingin berpisah dari Mas Gio.” Kalila akhirnya memberanikan diri untuk berterus terang.“Pisah? Jangan main-main, Lila. Itu keputusan besar, bukankah baru kapan hari itu kamu dan Gio datang berkunjung? Kamu sendiri sendiri sedang hamil kan?”Untuk pertanyaa
Baca selengkapnya
22 Kasih Dia Nafkah Batin
Gio mengemudi sembari memukul setirnya berkali-kali, sudah tidak terhitung jumlah panggilan tak terjawab dari Mutia sebanyak apa ....Pria arogan itu tidak terlalu memiliki nyali untuk menjawab panggilan telepon dari neneknya.“Mas, kamu kenapa sih datang marah-marah begini?” Nia menatap heran ke arah Gio yang sedari tadi mengumpat sambil memijat pelipisnya.“Diam dulu, Nia. Aku sedang berpikir!”Nia melengos, lalu memilih pergi ke kamar untuk melanjutkan nonton film drama di televisi.“Aku harus bicara apa sama nenek? Lila pasti sudah menceritakan segalanya ... Dasar tidak tahu diri sekali perempuan itu, bukankah untung kalau dia tetap menjalankan rencana ini sampai akhir?” Gio berdiri lalu berjalan mondar-mandir sambil mengacak-acak rambutnya. Dia sengaja tidak membuka aplikasi pesan instan miliknya untuk menunjukkan kesan bahwa dirinya sedang tidak online.Saat pikiran sedang kalut, Gio mendengar suara mesin mobil berhenti di depan rumah Nia. Sesaat berikutnya, gedoran pint
Baca selengkapnya
23 Lanjutkan Pernikahan Ini
“Tapi, Bu ... aku mantap untuk berpisah. Mas Gio tidak menginginkan pernikahan ini, jadi biarkan kami menjalani kehidupan masing-masing.”Soraya dan ibu Kalila saling pandang.“Maaf ya, Besan? Mungkin Lila butuh waktu untuk berpikir.”“Tapi tidak dengan cara seperti ini, bukankah seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa seizin suaminya? Sekalipun itu untuk bercerai,” tukas Soraya sambil melipat kedua tangannya di dada. “Anda pasti paham kan, Besan?”“Paham, tentu saja ....”“Bahkan jika Gio sampai mengucap talak pun, Lila harus tetap menghabiskan masa iddah di rumah anak saya.” Soraya menyambung lagi. “Jadi sekarang bagaimana, apakah ada niat baik untuk melakukan segalanya sesuai aturan?”Kalila dan ibunya saling lirik, aura kuat dalam diri Soraya ternyata sanggup membuat mereka merasa tersudut“Ta—tapi ... aku tidak mau dikurung lagi, Bu!” Kalila menatap Soraya. “Mas Gio sudah berlebihan ....”“Apa? Dikurung? Kamu kok tidak cerita dari ke
Baca selengkapnya
24 Aku Terpaksa Kembali
“Nek, lihat siapa yang datang!”Mutia menoleh saat Gio muncul di dapur diikuti Kalila yang berdiri di belakangnya.“Lila! Kamu tidak jadi berpisah dengan Gio?”Kalila mengerjabkan matanya sebelum menjawab.“Maaf, Nek ... aku terpaksa kembali ... ayahku kena musibah dan hanya Mas Gio yang bisa menolongnya ....”Gio menepuk keningnya sendiri, diliriknya Kalila dengan sedikit jengkel karena malah berterus terang kepada sang nenek.“Terus sekarang bagaimana? Keadaan ayah kamu ....”“Sudah ditangani dengan sangat baik, Nek.” Gio segera menengahi. “Karena itu aku membujuk Lila untuk memperbaiki pernikahan kami, supaya ayah mertua tidak terguncang kondisinya.”Mutia menatap Gio dengan tajam.“Lalu bagaimana dengan istri siri kamu itu?” Gio terenyak, sementara Kalila memilih untuk diam saja.“Aku ... Nenek kan tahu kalau dari dulu aku sangat mencintai Nia ....”“Tapi dia bukan perempuan yang tepat untuk kamu, Gio.”
Baca selengkapnya
25 Menjanjikan Perpisahan Sementara
“Jangan biarkan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi!” seru Bik Jani tertahan. “Betul, Nyonya! Bagaimana kalau Bu Nia menggoda Tuan Gio?” Melihat kedua asisten rumah tangganya yang terlihat lebih panik, Kalila memutuskan untuk mendatangi kamar utama selayaknya apa yang harus diperbuat oleh istri sah ketika ada seorang wanita hendak mengganggu suaminya. “Jadi apa keputusan kamu tentang rumah tangga kita, Mas?” Suara Nia terdengar jelas dari luar ketika Kalila tiba. “Kamu tahu sendirilah kalau posisi kita sudah sangat terjepit ....” “Tapi kamu laki-laki, Mas! Kamu punya hak untuk beristri lebih dari satu, biarpun rasanya aku tidak rela!” “Nenekku yang tidak mau, dia tetap memilih Lila sebagai istriku.” “Apa nenek kamu tidak lihat aku sedang mengandung anak kamu?” “Soal anak kita, aku akan tetap bertanggung jawab kepadanya. Kamu tidak perlu khawatir, Nia.” Terdengar isak tangis pelan, di
Baca selengkapnya
26 Menempati Tahta Tertinggi
“Kok pulang terlambat, Mas? Ada rapat di kantor?” sambut Kalila saat Gio turun dari mobil petang itu. “Sini tasnya, biar aku bawakan ....”“Hentikan usahamu menarik perhatianku, percuma!” desis Gio sembari berjalan melewati Kalila yang berdiri membeku.Tin! Tin!Suara klakson mobil menyadarkan Kalila dan membuatnya urung beranjak dari pintu depan. Dilihatnya penjaga rumah mempersilakan masuk seseorang yang familiar ....“Arka,” gumam Kalila lirih.“Maaf Lil, aku mampir mendadak!” “Tidak apa-apa, masuk dulu ....”“Gio sudah pulang kantor kan?”“Sudah, nanti aku panggilkan.”Kalila mempersilakan Arka untuk duduk menunggu di dapur, setelah itu dia mencari keberadaan Gio di kamar utama.“Pak Arkana, lama tidak mampir!” Bik Nuri menjadi yang paling kegirangan saat mengetahui kedatangan sepupu Gio.“Nuri, tidak sopan kamu!” tegur Bik Jani yang merasa malu. “Tidak apa-apa, Bik ....”“Saya buatkan teh ya, Pak!” Bik Nuri langsung mengambil cangkir sementara Bik Jani geleng-gelen
Baca selengkapnya
27 Hanya Istri Kedua
“Kamu pikir kamu sudah menang, hah?!”Kalila terperanjat ketika mendengar suara Nia menghardiknya. Dia yang sedang duduk-duduk di taman seketika berdiri dan melihat wanita itu menatapnya garang dari balik gerbang rumah.“Menang ...? Memangnya kita sedang berlomba?” tanya Kalila tidak mengerti.“Berlomba mendapatkan hati Mas Gio, jangan pura-pura tidak tahu kamu!”Karena Nia terus berteriak-teriak, penjaga rumah sampai harus menegurnya. Nia semakin murka dibuatnya.“Heh, kamu tidak tahu aku siapa? Aku ini istrinya Tuan Gio juga!”“Maaf Bu, jangan bikin ribut di sini!”Nia melotot ke arah penjaga rumah itu dan melontarkan kata-kata tidak sopan, hingga membuat telinga Kalila panas setengah mati.“Biar saya uang urus, Bapak minum kopi saja.”“Tapi, Nyonya ....”“Tidak apa-apa, pastikan pintu gerbang tetap terkunci biar dia tidak bisa masuk.”Penjaga rumah yang dipekerjakan Gio tidak memiliki pilihan lain, dia berbalik pergi setelah
Baca selengkapnya
28 Aku Tidak Pernah Peduli
Mendengar ucapan itu, Kalila tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Sesungguhnya dia tidak yakin jika Gio sedang berbicara kepadanya.“Tadi kamu ngobrol apa saja sama kakek?” tanya Kalila begitu mereka tiba di rumah.“Bukan urusan kamu.”Lagi dan lagi, sikap Gio tidak sedikit pun berubah kepadanya. Namun, Kalila tidak ingin mencari tahu lebih jauh lagi.Ada hal lain yang jauh lebih penting untuk dia pikirkan.“Bik, saya mau minta tolong ....”“Minta tolong apa, Nyonya?”Kalila mendatangi Bik Nuri yang sedang menyapu halaman.“Kapan pun Pak Arkana datang, apa Bibik bisa minta nomor teleponnya?”“Nomor telepon Pak Arkana?” “Betul Bik, saya tidak enak sama Tuan kalau minta langsung.” Kalila beralasan. “Tapi Bibik jangan bilang siapa-siapa ya, takutnya ada fitnah yang tidak jelas nanti.”“Siap, Nyonya! Saya akan bantu, kebetulan saya akrab sama Pak Arka yang ramah dan tidak sombong itu!”Kalila tersenyum melihat Bik Nuri yang
Baca selengkapnya
29 Jangan Pernah Datang Lagi
“Kalau begitu aku akan minta izin Mas Gio dulu.”“Tidak usah! Kalau kamu minta izin, namanya bukan kejutan lagi.”Kalila terdiam, antara ragu dan ingin mencoba.Hingga akhirnya, dia memberanikan diri untuk mengantar bekal makan siang ke kantor Gio sebagai kejutan.Namun, suaminya itu justru menampakkan wajah tidak senang ketika Kalila muncul di hadapannya.“Aku bawakan makan siang buat kamu, Mas ....”“Aku tidak bisa makan sembarangan.”Gio menatap galak pada Kalila supaya istrinya itu mengerti.“Bawa pulang lagi makanan itu, aku sibuk.”“Tapi kamu harus tetap makan siang, sesibuk apa pun kamu.” Kalila masih berjuang, dia membuka kotak bekal itu dan menunjukkan nasi goreng ayam suwir yang dibuatnya tadi di rumah. “Ini masih hangat, kamu coba dulu.”“Sudah aku bilang aku sibuk!” tukas Gio. “Tapi kamu harus tetap makan, Mas. “Tanpa kamu datang bawa bekal pun, aku tidak akan mungkin kelaparan.”Kalila masih memegang kotak bekal yang telah dia buka, sampai kemudian Haris mu
Baca selengkapnya
30 Terlihat Tidak Berguna
“Aku juga belum tahu, pengalamanku belum banyak. Kamu mungkin pernah dengar kalau aku sempat jadi relawan di panti jompo, dan bertemu Nenek Mutia.”Arka menatap Kalila dengan lebih intens.“Kok bisa Nenek Mutia bisa di panti jompo?”“Aku juga tidak begitu mengerti, panjang ceritanya.”Arka tidak bertanya apa-apa lagi, tapi dia berjanji akan mengupayakan agar Kalila bisa mendapatkan pekerjaan.Sore harinya, Gio tiba dengan hidung memerah.“Kamu flu?” tanya Kalila khawatir.“Mungkin,” sahut Gio tanpa menghentikan langkahnya.Meski Gio lebih sering menolak untuk diperhatikan, Kalila tidak bisa begitu saja mengabaikan kondisi kesehatan suaminya.“Kamu sudah makan belum?”“Sudah.”“Minum obat?”“Tidak.”Seumur-umur menikah dengannya, baru sekali inilah Kalila mendapati Gio meringkuk di balik selimut yang menutupi tubuhnya.Ingin sekali Kalila memeluk dan membelai Gio sekadar ingin meredakan rasa sakit itu, tapi dia tahu bahwa suaminya tidak akan sudi jika mereka sampai bersen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status