Semua Bab 30 Days Girlfriend: Bab 51 - Bab 60
101 Bab
51 I Got You
Rhea berlari menaiki anak tangga. Puas rasanya bisa menendang lelaki itu tepat di kemaluannya. Dulu, setelah kejadian tidak mengenakkan itu, orang tua dan sahabat-sahabatnya jadi over protective padanya. Jangankan untuk menampar atau menendang Brama, bahkan untuk bertemu meminta penjelasan pun ia tidak diizinkan.Rhea menutup pintu—lebih seperti membanting karena ia menutupnya sambil berlari dan tidak lupa menguncinya.“Brama, kok kamu di sini?” tanya Naren yang baru keluar dari kamarnya karena mendengar pintu kamar Rhea yang dibanting.Brama yang tengah menaiki anak tangga—sesaat setelah rasa sakitnya mulai mereda—cukup terkejut ketika melihat Naren berada di puncak tangga dan menegurnya. “Hmm ... saya nganter bandrek, Pak. Kebetulan ada bandrek yang enak deket sini.”“Oh, makasih ya. Trus kamu mau ke mana?” Naren menatap Brama penuh curiga. Kalau memang hanya mengantar bandrek, untuk apa lelaki itu sampai berniat naik ke lantai 2?Lagi, Brama tergagap mendengar pertanyaan Naren. Tid
Baca selengkapnya
52 You Are The Reason
"Kamu belum mau cerita?" Naren mulai melajukan mobilnya, jarak antara gudang dan kantor memang cukup dekat, karena itu ia memilih bertanya langsung sebelum mereka tiba di kantor."Tentang?"Naren menghela napas. Ia tadi menyaksikan sendiri bagaimana Rhea memancarkan tatapan permusuhan kepada Brama dan bagaimana wanita itu selalu menghindar atau menjaga jarak dari Brama. Bagaimana bisa dia masih bertahan pada pendiriannya untuk menyimpan semuanya sendiri."Aku udah ngelihat semuanya, Rhe. Gimana kamu sembunyi di samping atau di belakangku selama ada Brama. Aku nggak bisa ngelindungin kamu kalo kamu nggak cerita.""Aku bisa ngelindungin diri sendiri.""Oh ya? Kamu sadar nggak kalo semalem Brama hampir naik ke lantai 2?"Rhea tertegun sesaat. Ia tidak menyangka kalau malam sebelumnya setelah ia menendang Brama, lelaki itu benar-benar tidak tahu malu dengan berniat menyusulnya. "Tapi kan kamarku kukunci.""Aku nggak bilang kalo Brama mau ke kamarmu loh."'Ah sial! Kejebak!' batin Rhea.Ti
Baca selengkapnya
53 Saat Kau Tak di Sini
"Jadi belom ada kemajuan?" tanya Pras yang berkunjung ke rumah Naren di kala matahari belum terbit sempurna.Pras, mungkin memang yang paling peka di antara member The Troublemakers. Ia yang pertama kali menyadari kalau perasaan Naren kepada Rhea jauh lebih serius daripada kelihatannya. Ia juga yang pertama kali memaki-maki Naren karena memutuskan Rhea demi obsesi pacaran tiga puluh harinya, dan kini ia satu-satunya yang tahu kalau Naren tengah mendulang karmanya.Naren menjawab pertanyaan Pras dengan gelengan. "Masa ya gue mesti kesiram air panas dulu baru dia bisa kalem di deket gue," imbuh Naren sambil menunjukkan lengannya yang sebenarnya sudah tidak ada bekas luka lagi.Pras puas terbahak melihat kesengsaraan sahabatnya itu. "Sejak kapan sih lo nyadar kalo lo udah ... let's say jatuh cinta sama dia?"Naren mengedikkan bahu. "Mungkin waktu Kakek gue bilang kalau hati gue yang bakalan tau ketika gue jatuh cinta sama seseorang.""Trus kenapa sekarang lo balik ke Jakarta? Kata lo dia
Baca selengkapnya
54 Derita Rhea, Emosi Naren
Naren mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil berusaha tetap fokus menyetir, padahal otaknya dipenuhi pertanyaan tentang kondisi Rhea saat ini. Leny tidak menghubunginya lagi sejak telepon terakhirnya, bisa diasumsikan tidak ada hal buruk lagi terjadi setelahnya. Tapi tetap saja ia resah sebelum melihat langsung kondisi Rhea.Apa ada hubungannya dengan Brama? Pertanyaan itu begitu mengganggu pikirannya. Andai saja ia tidak kembali ke Jakarta.Pukul 21.30, akhirnya Naren sampai di villa kakeknya yang berlokasi di Puncak Bogor. Sembilan puluh menit perjalanan yang bagai sembilan jam bagi Naren. Ia langsung turun dari mobil dan menemukan Bi Mar dan Mang Sam sedang duduk di teras villa menunggunya. "Rhea mana?" tanyanya langsung."Mbak Rhea di kamarnya sama Mbak Leny, Mas. Mungkin Mas Naren perlu lihat kondisi dapur dulu sebelum naik ke atas. Soalnya Mbak Leny ngelarang bibi buat ngebersihin, katanya biar Mas Naren bisa ngelihat dulu."Naren mengikuti langkah dua orang keperc
Baca selengkapnya
55 Be Her Calm, Be Her Home
"Ngga, gue perlu ambil cuti nggak buat nemenin lo di sini?" tanya Leny saat menemani Rhea sarapan di teras rumah.Rhea memang sudah jauh lebih tenang setelah cerita kejadian buruknya kepada Naren. Leny yang malam itu akan mengantar chamomile tea ke kamar Rhea, tidak sengaja mendengar sebagian ceritanya, tapi itu saja sudah sangat menyesakkan. Rasanya ia tidak bisa tenang meninggalkan Rhea sendiri. Kini Leny sadar, ternyata permasalahannya dijodohkan oleh orang tuanya hanya seujung kuku dibanding permasalahan Rhea."Lo mau cuti berapa lama? Gue aja nggak tau bakal di sini berapa lama,” jawab Rhea."Jadi ceritanya ngusir nih? Mentang-mentang udah ada Kak Naren."Rhea melemparkan tisu bekasnya mengusap mulut kepada Leny, yang ditimpali sahabatnya itu dengan gelak tawa."Bilang ke Kak Naren aja kalo lo mau balik ke Jakarta. Harusnya setelah kejadian semalem, dia nggak bakal ngelarang.""Nope. Ada yang harus gue selesaikan.""Tapi hati-hati ya, Ngga. Gue nggak tenang nih.""Ada gue Len. Te
Baca selengkapnya
56 Tebar Pesona
"Kalian masuk dulu!" perintah Naren.Sudah beberapa hari mereka berangkat dengan mobil kantor, termasuk Naren yang terpaksa mengikuti kemauan Rhea untuk bergabung bersama anggota tim yang lain.Rhea berdecak pelan melihat ke mana arah Naren berjalan. 'Begitu bilang suka sama aku? Ck!' batinnya."Cemburu, Rhe?" ledek Hani yang selalu menempel dengan Rhea sejak mendapat perintah untuk selalu ada di sekitar Rhea termasuk ke toilet."Nggak ya ....""Lagian Pak Naren gimana sih, katanya lagi ngedeketin kamu, kok sekarang malah nyamperin cewek lain."Rhea mengedikkan bahu. "Once a player always be a player. Sekali buaya ya tetep buaya.""Kan buaya itu hewan yang paling setia, Rhe.""Oh iya ... buaya darat maksudku. Buaya darat yang ada definisinya di KBBI." Rhea melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung, tanpa menengok lagi ke arah Naren yang sebelumnya terlihat berbincang dengan seorang wanita.***"Pagi, Yu."Wanita mungil yang disapa Naren itu melemparkan senyum manisnya. "Pagi, Pak. Ba
Baca selengkapnya
57 Menyingkirkan Brama
"Ini apa?" tanya Rhea bingung.Keduanya masih berada di balkon, dengan tangan Naren yang menengadah untuk melingkupi tangan Rhea, seakan apa yang ada di tangan Rhea memiliki beban yang sangat berat."Flashdisk.""Aku tau ini flashdisk, maksudku isinya apa?""Laporan asli yang sudah dimanipulasi Brama. Belum semuanya aku dapet. Aku masih terus usaha."Mata Rhea membelalak sempurna. Harusnya laporan asli itu hanya Brama dan (mungkin) orang kepercayaan Brama yang memegang. Tapi bagaimana caranya Naren bisa mendapatkan laporan itu hanya dalam waktu beberapa hari?"Kamu dapet dari mana?"Naren terdiam, masih menimbang-nimbang apakah Rhea akan bisa menerima apa yang akan dijelaskannya."Brama nggak muncul beberapa hari ini." Rhea menatap Naren penuh curiga. "Kamu nggak ngapa-ngapain dia kan?""Aku dapet dari Ayu." Setelah mempertimbangkan sesaat, lebih baik Rhea mengetahui bagaimana cara ia mendapatkan laporan itu daripada Rhea tahu apa yang telah dilakukannya pada Brama.***-Beberapa hari
Baca selengkapnya
58 Evil Plan
"Pak Naren masih ngedeketin Ayu tu. Kamu nggak marah, Rhe?"Rhea tersenyum mendengar ucapan Hani dan hanya melirik sekilas ke arah Naren yang berpisah dari rombongan untuk mendekati Ayu demi menjalankan misinya."Udah ah, ayo masuk," ajak Rhea sambil menggamit lengan Hani."Eh tadi kamu pagi-pagi banget ke mana?""Oh, booking hotel buat temenku yang nanti mau main ke sini.""Nggak nginep di villa kayak Leny kemaren?""Nggak boleh sama Pak Naren."Hani menatap Rhea dengan penasaran. Kalau sebelumnya Naren memperbolehkan teman Rhea untuk menginap, bahkan sampai mengantar Rhea untuk menjemputnya, kenapa kini ia melarangnya?"Cowok soalnya," jawab Rhea menambahkan penjelasan."Oooh, pantes. Ganteng?""Hmm ... ya aku ada hak apa bilang seseorang ganteng atau nggak. Tapi ya ... secara umum sih orang-orang bilang dia good looking."Hani terpekik heboh. "Aaargh, aku pengen lihat gimana Pak Naren kalo cemburu.""Apa sih? Aku kan nggak ada apa-apa sama Pak Naren. Lagian ini tu temen baikku dari
Baca selengkapnya
59 Menghapus Jejaknya
Suasana sarapan mereka hari itu terasa sangat menegangkan. Wicak, Rafli, Tomi, dan Hani hanya bisa saling pandang sambil menghabiskan makanan mereka dengan cepat. Sementara Rhea dan Naren seperti ada dalam zona peperangan sendiri. Keduanya menunduk sambil sesekali melemparkan tatapan tajam."Kalau kalian sudah selesai, langsung jalan aja. Hari ini saya bawa mobil sendiri." perintah Naren sambil berlalu meninggalkan mereka.Hani mencolek lengan Rhea. "Berantem?"Rhea mengedikkan bahu sebagai pertanda tidak mau menjawabnya. Pun ia sendiri tidak tahu apakah ia memang bertengkar dengan Naren, karena mereka berdua sama-sama memilih diam untuk menekan segala ego dan emosi.Ponsel yang diletakkan Rhea di atas meja bergetar, ia melihat sebentar pesan yang baru masuk ke ponselnya, kemudian meraih tasnya. "Aku nggak bareng kalian ya, temenku jemput sekalian dia mau balik ke Jakarta," ucapnya sambil berlalu."Sekarang tau kan kenapa suasananya nggak enak banget?" Hani menatap sisa anggota tim ya
Baca selengkapnya
60 Harus Berakhir
Rhea menghabiskan waktu sore sepulang kerja dengan berendam di bathtub. Ia hampir tidak pernah menggunakan bathtub yang tersedia di kamar mandi karena menurutnya buang-buang air. Tapi sepertinya kali ini ia benar-benar butuh untuk sekadar melepaskan penat dan ... berpikir.Sesekali ia menenggelamkan kepalanya, siapa tahu otaknya bisa kembali normal. Bagaimana mungkin ia berdebar ketika Naren mengecup punggung tangannya? Bagaimana bisa debaran jantungnya tidak terkontrol saat Naren mengatakan ingin menghapus jejak Brama di lehernya?"Wake up, Rhe! Kamu nggak mau kan terjerumus ketiga kalinya!" hardik hati kecilnya. "Dasar lemah."Entah selama apa Rhea menghabiskan waktu di dalam bathtub, yang jelas ia baru menyelesaikan prosesi berendamnya setelah ujung jarinya terlihat keriput.Setelah itu pun, ia masih rebahan di atas kasur sambil bermain ponsel. Sekitar jam makan malam, barulah ia turun ke lanti bawah, bergabung bersama rekan timnya yang lain.Matanya terbelalak ketika melihat seora
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status