All Chapters of 30 Days Girlfriend: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
31 Kalah Sebelum Berperang
Rahang Naren seketika mengeras. Ia menyambut uluran tangan Fondra dengan tatapan siaga.“Fondra,” ucap laki-laki itu yang kini mengulurkan tangan kepada Rhea.“Rhea.”Ingin rasanya Naren menarik Rhea untuk seketika pergi dari tempat itu. Tapi bukankah ia akan terlihat childish jka benar-benar melakukan hal itu.“Kursinya cuma empat,” ucap Naren dingin.“Tinggal narik kursi kali, Ren.” Dio memberikan kode kepada Fondra untuk menarik kursi kosong.Naren berdecak kesal dan menggeser posisinya agar lebih dekat dengan Rhea. Jangan kira tingkah Naren hanya selesai sampai di situ. Ia bahkan memberikan tatapan awas kepada Fondra, tapi sepertinya Fondra sama sekali tidak menyadarinya karena terlalu fokus memandangi Rhea.“Ren, weekend dateng nggak ke nikahan Dimas?”“Hmm ... lo dateng?”“Dateng lah, mau bareng?” Diam-diam sebenarnya niat Dio adalah mencari teman untuk datang bersama.“Kamu bisa nemenin aku nggak, Rhe?”Pertanyaan Naren yang tiba-tiba dan diucapkan di depan orang banyak, membua
Read more
32 His Absurdity
Toska Kopi, coffee shop yang berada di dalam Stasiun Gambir, yang juga menyajikan beberapa jenis makanan berat seperti nasi goreng rawon dan soto betawi, akhirnya mereka pilih sebagai tempat untuk bertukar cerita.Rhea dan Leny duduk di pojok setelah memesan menu untuk mereka bertiga, sambil menunggu Amee yang sedang check in sekaligus print tiket kereta."Kenapa kalian main rahasia-rahasia sih, Len?"Leny mengedikkan bahu. "Nggak rahasia sih sebenernya. Cuma ya ceritanya panjang, dan lagi beberapa minggu setelah itu, dia udah dapet pacar lagi. Jadi ya gue pikir dia cuma shock doang karena ditinggal sama cewek, which is itu lo, biasanya kan dia yang ninggalin cewek."Tidak lama kemudian, Amee datang tergopoh karena merasa bertanggung jawab untuk menceritakan apa yang tanpa sengaja keluar dari mulutnya.***-Jingga kelas 1 SMA & Naren kelas 3 SMA-Rabu, hari yang akan diingat Jingga selalu karena itu adalah hari saat ia berpamitan kepada teman-teman sekelasnya. Hari yang biasanya sanga
Read more
33 Perjalanan
"Bener kan Ngga, emang Kak Naren tu absurd banget. Itu dia kan?"Rhea memicingkan mata untuk melihat lebih jelas ke arah yang ditunjuk Leny. Kondisi mata minus dan tanpa kacamata sedikit menyulitkan Rhea untuk mengenali sosok itu."Masa sih? Nggak kelihatan gue. Males mau ambil kacamata.""Gue berani taruhan deh kalo itu dia. Lagian kalo bukan dia, ngeri juga kali, Ngga, ada cowok nongkrong di depan gerbang rumah lo gitu."Keduanya terbahak sampai pandangan Rhea benar-benar bisa menangkap sosok Naren. "Iya, itu dia. Ngapain sih?"Tepat saat Leny menghentikan mobilnya, Rhea turun untuk membukakan pintu pagar."Rhe, malem banget sih pulangnya?" sapa Naren yang bergegas berdiri saat melihat Rhea turun."Baru jam sembilan perasaan.""Ya kan udah malem.""Posesif," ledek Leny masih dari dalam mobil dan hanya membuka jendela mobilnya."Siapa?" Naren mencoba melihat sosok di balik kemudi Honda Civic di depannya, namun tidak terlihat."Temen," jawab Rhea sambil mendorong pagar rumahnya."Ck!
Read more
34 Permintaan Naren
Udah jam makan siang nih, mau tetep ke Ciwidey dulu apa makan dulu?” tanya Naren. “Kalo mau makan sih enakan di Situ Patengan kayaknya, banyak warung makan.”Ia memang cukup hapal daerah itu karena salah satu villa kakeknya berada di daerah Ciwidey. Dulu Naren sering menghabiskan malam di villa kakeknya untuk menghindar dari mantan pacarnya yang masih tidak terima karena ia memutuskan hubungan mereka.“Ngikut aja gue,” jawab Dio.“Gimana, Rhe?”Karena tidak ada jawaban dari Rhea, Naren menoleh dan menemukan Rhea yang sedang tertidur.“Ciwidey dulu aja lah ya, Yo. Nggak bisa lama-lama juga kok di dalem, lima belas menit juga udah mual bau belerang. Soalnya ngelewatin Ciwidey dulu ini.”“Hmm,” jawab Dio singkat sambil menguap.Lima menit kemudian, Naren telah memarkirkan mobilnya di area parkir Kawah Putih Ciwidey. Naren membangunkan Rhea sementara Dio membangunkan adiknya, yang sama-sama masih tertidur pulas.“Rhe, udah sampe.”Usapan tangan Naren di pipinya mampu membangunkan Rhea sek
Read more
35 Jawaban Rhea
“Jadi jawabannya?”Rhea mengerjapkan matanya, oh bahkan dia belum sempat mandi, haruskah menjawab pertanyaan Naren dengan kondisinya sekarang? Mungkin bisa ditunda nanti saat dia tampil lebih ... rapi.“Aku nanya sekali lagi deh. Kamu tau kan kalo aku bukan anak SMA lagi, yang mau kamu ajak pacaran tiga puluh hari?”Debaran jantung Naren kini menggila, bersusah payah ia menelan ludahnya melihat Rhea yang sedang menatapnya serius.“Kamu tau juga kan hubungan kita nggak akan sama lagi kalau kamu cuma mau mainin perasaanku? Bahkan mungkin jadi temen kayak sekarang pun nggak bisa.”Naren mengangguk pelan. “So?”“Nggak cuma buat tiga puluh hari kan?” tegas Rhea lagi. Tampaknya masih sangat sulit menyaksikan seorang Narendra memintanya menjalin hubungan yang serius.Naren tersenyum sambil mengusap puncak kepala Rhea. “Jadi ini hari pertama kita?”Rhea mengernyitkan dahi dan menatap Naren curiga. “Kok kamu masih ngitungin hari sih? Kayak dulu kita pacaran pas SMA.”“Nggak gitu, cuma mastiin
Read more
36 Barisan Para Mantan
Naren memarkirkan mobilnya di area parkir Intercontonental Bandung Dago Pakar. Dimas, si mempelai lelaki yang mengadakan acara resepsinya di tempat itu, adalah teman Naren dan Dio saat kuliah di fakultas hukum, tentu saja sebelum Dio memutuskan untuk pindah ke fakultas ekonomi.Dengan refleks, Naren mengulurkan tangannya pada Rhea, berharap wanita itu menerimanya dan tetap berada di sisinya selama acara. Meskipun ia selalu merasa telah mengakhiri hubungan dengan cara yang baik-baik, tapi tetap saja kemungkinan ada hati yang dilukainya. Apalagi jumlah mantannya tidak bisa lagi dihitung dengan jari tangannya.“Harus pegangan tangan?” tanya Rhea yang masih ragu.Anggukan mengiakan dari Naren membuat Rhea akhirnya menerima uluran tangan itu. “Kan kamu pake heels, kalo pas lagi nggak balance biar ada pegangan.”Dio menatap Naren dengan heran. Ia kenal siapa Naren dan ia tahu pasti bagaimana Naren biasanya memperlakukan pacarnya. Biasanya Naren akan membatasi sentuhan fisik dengan pacarnya.
Read more
37 Alasanku Pergi Tanpa Pamit
Narendra: Hari ini mau pergi berdua nggak?“Gimana, Pak?” tanya Farhan, staf Naren yang duduk di sampingnya, namun pertanyaannya tak juga mendapat jawaban dari Naren. Karenanya, ia mengulangnya sekali lagi dengan (sedikit) mengeraskan suaranya. “Pak Naren. Gimana, Pak?”“Oh, sorry, sorry. Tadi kamu ngomong apa?”Farhan menghela napas, ingin marah pun ia tidak bisa. Naren atasannya sekaligus keluarga pemilik perusahaan. Entah kenapa Farhan benar-benar merasakan perbedaan Naren selama meeting berlangsung, fokusnya seakan terpecah dengan hal lain.Hari kedua Naren resmi berstatus pacar Rhea. Sejak pagi ia berkali-kali mengirim pesan tidak penting pada Rhea. Bahkan di saat meeting seperti ini, ia masih sempat mengutak-atik ponselnya dan mengirim pesan ajakan kencan ke Rhea.Rhea: Sebenernya masih agak capek sih.Rhea: Tapi nggak apa-apa kalau mau makan malam aja, asal jangan jauh-jauh trus pulangnya juga nggak malem-malem.Kini Rhea terbiasa membalas pesan Naren lebih panjang, meskipun ka
Read more
38 Makan Malam untuk Wanita Spesial
“Bukan salah aku nggak pamit, kamu yang ngilang. Jadi, kamu ke mana waktu itu?” tanya Rhea dengan tatapan penuh tanya.Naren ikut mengorek kembali kenangannya, ‘Waktu itu ... waktu Zanna tiba-tiba kembali,’ benaknya menemukan potongan memori.“Hmm ... ke mana ya? Lupa,” jawabnya beberapa saat kemudian, mencoba menetralkan ekspresinya.“Iiih, diinget-inget lagi coba, masa ngilang berhari-hari nggak inget ke mana, sampe nggak masuk sekolah loh. Seorang Narendra, mantan ketua OSIS, murid teladan, juara sekolah, nggak masuk sekolah, izinnya alasan keluarga. Tapi aku ke rumahmu, Bi Sri juga nggak tau kamu ke mana.”Naren terkekeh. “Iya iya aku yang salah karena ngilang, sampe kamu nggak bisa pamit.” Naren bangkit dari duduknya. “Aku pulang ya, udah malem, nggak enak sama tetangga.”“Ih bisa aja ngelesnya.”“Beneran, mau besok telat ngantor?”“Iya, iya, pulang gih. Hati-hati.”Naren kembali terbahak. “Itu rumahku kelihatan loh dari sini.”“Oh iya. Ya tetep aja nyeberangnya tengok kanan kiri
Read more
39 Finito
Baru kali ini Naren merasakan gelisah ketika berhadapan dengan wanita. Ia mengambil selembar tisu untuk mengusap tangannya yang mulai basah berkeringat.Rhea menatap Naren dengan gamang. Ingin rasanya ia berteriak. Tapi bahkan untuk bicara pun lidahnya sudah terlalu kaku. Hanya harapan yang bisa ia ucapkan dalam hati. 'Don't say it! Please, don't say it!' ulangnya berkali-kali."Rhe .... Aku bahagia waktu sama kamu. Kamu percaya kan?"Rhea tidak mengiakan dan tidak pula membantah."Tapi kayaknya aku ...." Naren tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia menarik napas berkali-kali tapi tetap saja terasa berat mengucapkannya. "Hubungan kita ... sampe di sini aja ya."Tidak ada ucapan yang keluar dari mulut Rhea. Tangan kirinya yang berada di balik meja meremat ujung blazer yang dikenakannya.Apa yang didengarnya dari balik pintu ruangan Dio kemarin ternyata benar.***-Sehari sebelumnya-Siang itu Naren datang ke ruangan Departemen Finance untuk menyambangi Rhea. Tapi saat melihat kursi ya
Read more
40 Jawab Saja, Iya atau Tidak!
-Narendra is calling--Narendra is calling-Rhea terpaku menatap layar ponselnya. Ia mematikan ponselnya, meletakkannya asal di meja dan kembali bergelung di atas kasurnya.Esok ia harus bangun lebih pagi, jauh lebih pagi daripada biasa. Walaupun ia yakin Naren tidak akan lagi menungguinya di depan rumah seperti hari-hari sebelumnya, tapi tetap saja ia tidak rela membuang waktunya untuk meredam kembali perasaannya karena bertemu lelaki itu.Nyatanya, berulang kali Rhea berusaha memejamkan mata, tapi ia tidak benar-benar bisa terlelap.“Udah jam lima aja sih,” gumamnya, rasanya baru sebentar ia tertidur dan kini ia terbangun kembali. Tidak ada waktu baginya untuk bersantai. Rutinitasnya akan berubah total mulai hari ini.Rhea bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan simple untuknya. Kerena kerepotannya berkutat di dapur itu lah, ia tidak sadar kalau waktu sudah menunjukkan pukul 06.30 . Padahal ia hanya membuat nasi mentega, scrambled egg, dan tumis labu. Ok, katakanlah itu bukan me
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status