Share

37 Alasanku Pergi Tanpa Pamit

Narendra: Hari ini mau pergi berdua nggak?

“Gimana, Pak?” tanya Farhan, staf Naren yang duduk di sampingnya, namun pertanyaannya tak juga mendapat jawaban dari Naren. Karenanya, ia mengulangnya sekali lagi dengan (sedikit) mengeraskan suaranya. “Pak Naren. Gimana, Pak?”

“Oh, sorry, sorry. Tadi kamu ngomong apa?”

Farhan menghela napas, ingin marah pun ia tidak bisa. Naren atasannya sekaligus keluarga pemilik perusahaan. Entah kenapa Farhan benar-benar merasakan perbedaan Naren selama meeting berlangsung, fokusnya seakan terpecah dengan hal lain.

Hari kedua Naren resmi berstatus pacar Rhea. Sejak pagi ia berkali-kali mengirim pesan tidak penting pada Rhea. Bahkan di saat meeting seperti ini, ia masih sempat mengutak-atik ponselnya dan mengirim pesan ajakan kencan ke Rhea.

Rhea: Sebenernya masih agak capek sih.

Rhea: Tapi nggak apa-apa kalau mau makan malam aja, asal jangan jauh-jauh trus pulangnya juga nggak malem-malem.

Kini Rhea terbiasa membalas pesan Naren lebih panjang, meskipun ka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status