All Chapters of 30 Days Girlfriend: Chapter 71 - Chapter 80
105 Chapters
71 Aku Tak Merasakan Hal yang Sama Dengannya
Leny dan Naren berdiri secara bersamaan, menatap punggung wanita yang berjalan menjauh itu dengan perasaan kesal setengah mati.Rhea memberikan gesture dengan tangannya agar Naren dan Leny kembali duduk.Tak dapat dipungkiri, suasana makan malam mereka menjadi sedikit terganggu."Siapa sih dia? Dateng-dateng ngomong aneh-aneh." Leny menatap Rhea dengan penuh pertanyaan."Temen, dulu. Lo percaya sama gue kan, Len? Nggak mungkin kan gue ngembat calon suami lo?""Iya lah, nggak mungkin gue langsung percaya sama omongan orang yang gue nggak kenal. Lagian ya, bisa jadi pertumpahan darah kalo itu sampe terjadi." Leny melirik ke arah Naren yang sepertinya sedang menyembunyikan rasa penasarannya."Lo kebiasaan deh, dulu juga waktu dilabrak mantannya Kak Naren lo diem aja. Kalo ada orang ngomong nggak bener tu bales, Ngga," ucap Leny penuh amarah.Naren yang tiba-tiba namanya dibawa dalam pembicaraan seketika merasa bersalah. Dulu, ia tidak bisa melindungi Rhea karena tidak menyangka ada manta
Read more
72 You Look Head Over Heels About Her
"Yo. Ikut gue dong. Negosiasi sama PT Nugraha dimajuin. Jaga-jaga aja kalo dia nyodorin perhitungan Opex."Dio sudah tidak kaget lagi dengan kelakuan Naren yang selalu merangsek masuk ke dalam ruangannya tanpa ketuk pintu."Tapi gue nggak bisa. Abis ini mau finalisasi perhitungan Capex yang buat proyek sama PT Agung Jaya. Ajak Rhea aja.""Eh?""Kenapa? Mau bilang makasih? Traktir gue aja nanti," balas Dio tanpa sedikit pun mendongak dari layar komputernya sehingga ia tidak melihat ekspresi Naren yang keberatan. Dio tidak meragukan sedikit pun kemampuan Rhea. Karena itu, dia menyodorkan nama Rhea menggantikannya, bukan sekadar karena hubungan Rhea dan Naren, tapi memang Rhea memiliki kemampuan."Selain Rhea nggak ada?"Barulah setelah pertanyaan itu keluar dari mulut Naren, Dio mendongakkan kepala. "Berantem lagi? Hubungan macem apa sih? Berantem melulu.""Nggak!" seru Naren. "Gue cuma nggak pengen—""Udah jangan banyak alesan deh. Sana sekalian kencan," sahut Dio kesal."Ya udah deh,"
Read more
73 Talk to Her and Him
Rhea tengah duduk menunggu Bella di sebuah restoran bertema Italia. Restoran itu direkomendasikan Naren karena merupakan salah satu restoran yang dimiliki Brian. Ditambah lagi restoran itu belum lama buka, pengunjungnya terlihat lumayan padat karena masih banyak diskon opening yang ditawarkan. Naren tidak bisa membiarkan Rhea bertemu dengan Bella di restoran yang sepi, yang memungkinkan buat Bella menyakiti Rhea.Seorang wanita mengenakan blue jeans dan T-shirt berwarna putih polos datang mendekat ke arah Rhea.Senyuman manis diperlihatkan Rhea, bagaimana pun mereka dulu pernah sedekat sahabat. "Hai, Bel. Susah nggak nyari restonya?""Nggak juga," jawab Bella yang langsung duduk di hadapan Rhea."Kamu sampe kapan di Jakarta?" Rhea masih mencoba membangun pembicaraan yang baik dengan wanita di hadapannya itu."Kenapa? Takut banget aku ganggu kamu ya?""Nggak, Bel." Rhea kemudian menghela napas. Susah ternyata bicara lagi dengan orang yang sudah sangat lama tidak berkomunikasi dengannya
Read more
74 Dulu Papamu Merestuiku
"Mikirin apa sih, Mas? Tegang amat.""Itu ...." Tadinya Naren akan menjawab pertanyaan Rhea, tapi panggilan baru yang terdengar asing di telinganya membuat Naren seketika menoleh ke arah Rhea di sampingnya yang sedang menonton salah satu serial Thailand—yang entah sejak kapan jadi hobby Rhea. "Kamu manggil apa barusan?""Mas, boleh manggil gitu nggak? Kan kamu lebih 'tua' daripada aku." Rhea terkekeh sambil menekankan kata 'tua'.Sebenarnya Rhea memang tidak terlalu nyaman memanggil Naren hanya dengan namanya dan Naren melarang Rhea untuk memanggilnya 'Kak' lagi. Jadi Rhea mulai memikirkan panggilan apa yang sekiranya pantas untuk disematkan ke laki-laki itu."Boleh lah, boleh banget. I like it. Tapi nggak usah bawa-bawa 'tua' juga." Naren menyentil pelan kening Rhea."Kan emang lebih tua ... dua tahun kan," ledek Rhea. "Tapi beneran deh, kamu kenapa tegang banget?""Besok jemput orang tuamu jam berapa?""Oooh, gara-gara itu? Besok sore kayaknya. Kamu beneran mau ikut? Aku sendiri jug
Read more
75 It's Just a Hymen
"Kakak!" pekik suara wanita terdengar dari luar ruang kerja di mana Haris dan Naren berada.Dengan refleks, keduanya berlari menuju pintu.Naren yang pertama kali membuka pintu dan menemukan Rhea telah tergeletak di lantai, dengan Dyah yang memangku kepala Rhea sambil mengusapnya.Mengingat kembali pembicaraannya dengan papa Rhea, Naren hampir yakin kalau Rhea mendengar semuanya."Tan, saya angkat Rhea ke kamar ya, Tan," izin Naren.Dyah mengangguk lantas menyingkir, memberikan akses agar Naren bisa membopong Rhea ke kamar.Dengan hati-hati, Naren merebahkan Rhea di atas kasur. Ia tidak langsung beranjak, masih duduk di samping Rhea sambil merapikan anak rambutnya yang berantakan.Dyah mencoba mencari minyak angin untuk dibalurkan, sementara Haris memijat telapak kaki Rhea yang terasa dingin."Saya panggilin dokter aja ya, Om, Tan."Haris mengangguk. Tidak menyangka kalau anaknya akan jadi seperti itu. Haris juga sama seperti Naren, hampir yakin kalau Rhea mendengar pembicaraan mereka
Read more
76 Melepaskan Memang Berat
"Kak, Boleh Papa masuk?" Haris mengetuk pintu kamar Rhea yang sengaja dikunci dari dalam."Kak." Sekali lagi ia memanggil anaknya, barulah pintu kamar di hadapannya terbuka.Haris menghilang di balik pintu kamar anaknya, menghabiskan waktu berdua untuk membicarakan masalah yang membuat anaknya itu shock dan terlihat berantakan di pagi hari itu.Sementara Naren yang masih berada di ruang makan hanya bisa menunduk lesu melihat belum ada perubahan positif pada diri Rhea. Ia belum menyentuh sama sekali makanan yang ada di piringnya, yang sengaja ia bawakan untuk keluarga Rhea karena yakin mama Rhea tidak akan punya waktu untuk memasak sarapan."Ren, dimakan aja duluan, sekalian temenin Tante sama Ranu makan," ucap Dyah sambil tersenyum, walau senyuman itu tidak mampu menutupi raut khawatir di wajahnya."Iya, Tante." Naren berusaha tersenyum demi kesopanan.Tak berselang lama, Haris kembali ke ruang makan dengan muka kusutnya. Sendiri. Tanpa terlihat Rhea mengekorinya. "Nanti bawa sarapann
Read more
77 Saatnya Meyakinkan
Haris seketika menahan Naren yang terlihat berdiri dari duduknya. "Biarin aja, Ren. Kita omongin tanpa Jingga. Om pengen denger keputusanmu.""Jawaban saya masih sama, Om. Saya berniat serius sama Rhea. Saya terima semua kondisi Rhea, apa pun yang terjadi sama Rhea di masa lalu, saya terima semuanya.""Kamu akan menghargai anak Om dalam kondisi apa pun?"Naren mengangguk. "Yang saya cintai Rhea, bukan sesuatu yang udah hilang dari Rhea. Apa yang hilang dari Rhea sama sekali nggak mengurangi kehormatan Rhea sebagai wanita, apalagi itu terjadi bukan atas kehendaknya," ucapnya dengan sehalus mungkin."Kamu bener-bener yakin?""Dari awal Om cerita pun saya sudah yakin. Tapi Om ngasih waktu lagi ke saya buat berpikir, dan ... itu semakin menambah keyakinan saya, Om. Yang saya khawatirkan justru keadaan Rhea sekarang," ucap Naren sambil menatap ke mana arah Rhea tadi menghilang.Meskipun Naren sudah menyampaikan jawabannya, sebagian hatinya masih terasa berat, mengingat bagaimana Rhea berea
Read more
78 Turunkan Egomu
"Muka dikontrol, please!" ujar Dio pada Naren saat Naren mampir ke ruangannya setelah mengantar Rhea. Terdengar berlebihan memang. Rhea sampai mendengkus kesal berkali-kali karena tingkah Naren yang memaksa mengantarnya hingga tempat duduk. "Ada kejadian apa, sampe senyum lo mirip joker?""Lebay lo,” balas Naren."Udah jadian lagi sama Rhea?" tebak Dio."Nggak. Gue mau langsung lamar dia. Udah dapet restu dari orang tuanya. Rhea juga udah ok.""What?" Dio yang semula duduk di kursi kerjanya beranjak menuju sofa demi mendapat cerita seutuhnya.Naren menceritakan dengan detail, hingga kebohongan orang tua Rhea. Kalau semula ia menutupi dengan rapat dari sahabatnya yang lain tentang kondisi Rhea, sekarang ia bisa menceritakannya dengan hati lapang, karena yang diucapkan orang tua Rhea hanyalah untuk mengetesnya."Gila! Sadis juga bokapnya Rhea."Naren mengangguk-angguk. "Tapi gue kalo punya anak cewek gitu juga kali ya."Dio mendengus melihat khayalan Naren. Lamaran saja belum terwujud,
Read more
79 Tidak Mudah
Baru Rhea menatap Adityo seakan meminta izin untuk menyusul Naren, tiba-tiba saja kursi di sebelahnya terisi kembali. Rhea mengernyit bingung dengan tingkah Naren.Adityo yang paham kalau Naren ingin menyampaikan sesuatu ke Rhea namun terhalang keberadaannya, memilih pergi untuk mengambil makanan lain. Ia tak berharap banyak, mungkin saat kembali nanti meja yang semula ditempatinya sudah kosong karena anaknya yang tidak betah berada di dekatnya."Mas marah?" tanya Rhea memperhatikan Naren yang bersungut-sungut."Kan aku udah bilang, kalo dia ngajak ketemu, kamu ngomong sama aku dulu.""Kalo aku ngomong sama kamu, pasti kamu nggak akan ngizinin kan?" balas Rhea.Naren kini menatap Rhea sambil memiringkan badan. "Rhe, hubunganku sama dia—""Aku tau, Mas. Tapi dia papamu. Kamu nggak akan ada di sini kalau nggak ada papamu. Kamu ... maksudku kita juga butuh restu dari beliau kan?"Menuruti egonya yang masih terlalu tinggi, Naren menggeleng pasti. "Nggak, kita perlu minta restu ke Kakek, b
Read more
80 Aku Mau Jatuh Cinta Setiap Hari
“Itu kan yang sekarang lagi deket sama Pak Naren?”Sudah hampir seminggu Rhea mendengar bisikan-bisikan serupa, kadang benar-benar berupa bisikan yang tak ia dengar, tapi bisa ditangkap melalui indra penglihatannya kalau orang-orang sedang menggunjingkan dia. Tapi kadang juga ucapan itu sengaja dikeraskan agar Rhea mendengarnya.“Biarin aja Rhe, namanya juga udah go public,” ledek Kaira yang berjalan bersisian dengan Rhea usai makan siang bersama.“Go public? Emangnya saham?”Kaira terkekeh dibuatnya. Ia kagum pada sikap Rhea yang mampu mengabaikan omongan sumbang di sekitarnya. Yang Kaira tidak tahu, sebenarnya Rhea merasa jengah dan kadang mengamuk ke Naren yang tidak bisa mengontrol tingkahnya walaupun mereka berada di area kantor.“Ditembaknya di mana, Rhe?”“Di jantung hatiku,” kelakar Rhea. “Nggak jadian kok. Cuma ya ... gitu deh, komitmen aja buat langsung melangkah ke step berikutnya.”“Wooow! Udah dilamar? Yang berdua doang gitu, bukan acara tunangan yang melibatkan keluarga?
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status