Semua Bab JIKA CINTA INI SALAH: Bab 31 - Bab 40
75 Bab
Bab 31. Jalan-jalan.
"Mbak, maaf, aku datang ke sini.” kata Geisha.“Ya Allah kamu ta, Sha,.. aku ghak bisa lihat kamu, kemarin kamu berjambang, sekarang enggak.” kata Gayatri senag dengan kedatangan adiknya.“Bu, Ini adik saya, Geisha.” kata Gayatri mempertkenalkan adiknya ke bu Ratna yang kebetulan sudah di belakang mereka.Bu Ratna mengangguk dan tersenyum. Demikian juga Geisha. Lalu meninggalkan kakak beradik itu berdua, mungkin ada yang ingin mereka perbincangkan.“Aku mendapat alamat sanggar ini dari Mama. Aku sampai tak sabar ingin ke sini dan bisa menemuimu.” katanya lalu ikut Gayatri duduk di bawah, di karpet tempat Gayatri bekerja. Matanya mengedarkan pandangan ke seluruh almari yang di depannya. “Bukannya kapan hari kamu sudah ke rumah Om Hariwijaya saat Radit menikah?” kata Gayatri.“Itu hanya pulang sementara untuk menghormati perkawinan Radit, Mbak. Aku lalu balik lagi ke rehabilitasi.”“Kamu mau minum dingin apa biasa?” tanya Gayatri lalu meninggalkan Geisha, ke dalam sebentar untuk mengam
Baca selengkapnya
Bab 32. Jalan untuk Rendra.
“Kak Rendra kenapa bisa bareng kak Alan?” tanya Galuh.“Lho, kita kan sahabat sehati sejiwa. Iya ghak, Lan?” kata Rendra, lalu melirik ke Gayatri yang membuang mukanya jauh ke dasar tambak.“Apa kabar Sha? Sukurlah bisa bertemu di sini. Tentunya kamu sudah sehat.”“Alhamdulillah, Mas. Berkat kunjungan mbak Ayu sama Mas waktu itu, jadi punya semangat hidup.” kata Geisha. “Ayo ambil kursi itu, Mas. Gabung sama kita saja biar rame.”Alan dan Rendra kemudian menata bangku untuk bisa satu meja dengan keluarga Gayatri. Untungnya mereka hanya bertiga, kalau ketambahan satu Prayogi, jelas mereka tak bisa masuk di meja itu, terlebih Rendra yang jelas justru tak nyaman. Kursi Rendra bahkan kini bisa berhadapan dengan Gayatri yang terkesan kikuk diperhatikan terus oleh Rendra . Rendra sejak diberi semangat oleh Galuh memang dia makin berani dengan terus mendekati Gayatri. Termasuk dengan godaannya. Sampai kadang Gayatri dibuat sebel karenanya, walau dia juga menikmatinya.“Bener, bagai pinang di
Baca selengkapnya
Bab 33. Maafkan Bunda.
"“Ayo makan, Tri. Kerjaanmu menumpuk. Dari pagi kamu tak istirahat sama sekali." bujuk bu Ratna. Dilihatnya berkali-kali nampak kesedihan di wajah cantik Gayatri. Bahkan bu Ratna sempat membuat lelucon dengan Tanti, namun itu juga tak memberinya waktu untuk keluar dari cemberutnya. Sesekali bu Ratna juga melihat Gayatri ke kamar mandi, entah apa mungkin dia buang air kecil atau apa, sampai bu Ratna khawatir.“Kamu kok bolak balik kamar mandi, Tri, kamu sakit perut t?” tanya bu Ratna. Namun dia juga menjawab tidak. Hanya saja mukanya sering dibasuh dengan air. Bahkan saat sholat dhuhah tadi, dia di dalam kamar lebih lama dari biasanya. Padahal dia selalu bilang malu kalau kelamaan di kamar.“Kalau ghak ada kerjaan kamu bisa tiduran di kamar, Tri.” “Kayak bukan kerja saja, Bu saya ke sini. Malu kalau saya kelamaan di kamar.” katanya suatu hari.Rendra yang datang di belakang, memandangnya dengan peasaan putus asa. Disandarkannya punggungnya seperti biasa di dinding dekat dapur, tempat
Baca selengkapnya
Bab 34. Pertemuan yang mengejutkan.
Konsep yang diusung Raditya tidak terlalu ribet. Benar katanya, yang penting dia bisa menikah dengan Mustika, pujaan hatinya yang telah lama menunggunya, itu sudah cukup.Walau di hotel termewah di Mojokerto resepsi yang dipilih keluarga Hariwijaya untuk menunjukkan kelasnya, namun acara yang digelar tak sekomplit di perkawinan Nastiti. Raditya dan Mustika hanya menginginkan satu baju slim yang dipadu jas pengantin berwarna krem. Demikian juga dengan terima tamu dan seluruh keluarga, serba krem. Untuk baju Bapak dab kerabat laki-laki juga hanya baju yang tak ribet, setelan basofi krem yang dipadu kopyah hitam dan jarit selutut.Tema juga masih seperti dipernikahan kemarin, yaitu memakai busana muslim seperti yang dipakai pengantin. Hinggah mau tak mau Nastiti dan mamanya mengikuti adat tersebut walau mereka tak biasa memakai jilbab dalam kehidupan sehari-hari, kecuali di saat mereka pergi pengajian, lebaran atau saat acara keagamaan.Pengantin wanita sudah selesai dirias, kini giliran
Baca selengkapnya
Bab 35. Ternyata keluarga dekat lebih mudah menyakiti.
“Kamu kok di sini ,Mas? Jadi ini kerja lembur yang kamu tuliskan di Wa kemarin?” kata Gayatri begitu melihat Prayogi yang hampir menubruknya setelah dia mengambil makanan untuk bu Ratna.Prayogi keluar keringat panas dingin. Baru saja dia melihat mertuanya yang ternyata keluarga Sasmita. Kini dia bertemu Gayatri di sini.“Maaf, Tri.” katanya dengan serba salah.“Ini adalah keluargaku yang sekarang juga menjadi keluarga Mas Prayogi. Jadi wajar jika dia di sini.”Gayatri terlenguh dengan kata-kata wanita di hadapannya. “Siapa kamu sebenarnya?”“Dyah Ayu Gayatri Hariwijaya, kenapa kamu tak pernah mencurigaiku saat aku mengeja namamu dengar benar saat aku ke rumahmu? Aku adalah Brigita Sasmita Gautama putri dari adik ibumu, Saskia Gautama yang meghabiskan hidupnya di Amerika. Aku bisa faham kamu tak megenaliku, kamu telah pergi dari keluargamu 15 tahun lalu. Aku baru ke Indonesia lima tahun lalu.”Gayatri tersenyum tipis. Ternyata ketegaran yang kemarin dihimpunnya kini luntruh meliha
Baca selengkapnya
Bab 36. Semuanya tinggal kenangan.
Gayatri sudah berada di parkiran. Punggung dari tubuh yang atletis karena suka olahraga itu, membelakanginya. Tangannya masih sibuk menggulir handphonenya. Dengan mata yang fokus di sana. Dengan berdebar Gayatri mendekat. Dia selalu saja tak memperdulikan perhatian Rendra yang dinilainya lebay selama ini. Namun belum sampai mendekat, pria itu sudah menyambutnya dengan senyuman.“Ada apa?”“Ghak.” Gayatri malah tersekat dengan kata yang ingin diucapkannya. Jari jemari tangannya meremas-remas tas yang dibawanya.“Kayaknya ada yang mau diomongin.” kata Rendra lalu meletakkan handphone-nya di sakunya kembali. Matanya tak berkedip menatap wanita mungil di depannya yang tampak cantik dengan berdiri menjinjit tas kecilnya dan dengan hak 5cm di sandal beningnya yang dihiasi kertib kecil. Jari kakinya nampak cantik terlihat.“Aku cuma mau mengucapkan,..."“Apa?” tanya Rendra . Namun belum mendapat jawaban Gayatri, dia sudah melihat bu Ratna yang bersama dengan kru lainnya.Rendra mengeluh.
Baca selengkapnya
Bab 37. Kecemasan Gayatri.
Gayatri bersama Galing dan Galuh meletakkan barang-barangnya yang bertumpuk di beberapa kardus. Setelah Gayatri mendapatkan kunci kos-kosan.“Lumayan bagus kok Bund tempat kost-nya.” kata Galuh dengan berkeliling. Saat masuk terdapat satu ruang kosong, lalu satu kamar, satu kamar mandi dan sebuah dapur. terlihat bersih walau dengan ukuran 5x5m.Gayatri membawa barang-barangnya ke kamar, demikian juga dengan Galing dan Galuh.“Nanti Galih tidur di depan, ya. bunda sama kak Galuh di kamar.”“Iya, masak kamu cowok ikut tidur kita.” kata Galug yang sudah mencoba kasur baru mereka. “Lumayan empuk, Ling.”“Nanti Bunda beli kasur untuk kamu, Ling.” Gayatri meletakkan baju-baju di almari. demikian juga dengan Galuh yang juga tak begitu banyak baju yang dia bawa. Yang lama sudah dia tinggal. Baju Galing juga.Galing merebahkan punggungnya di kasur. “Yang pernting hidup kita setelah ini tenang, Bund. Bunda juga ya, harus selalu bahagia karena hatinya tak tersakiti lagi.”Gayatri mengacak rambut
Baca selengkapnya
Bab 38. Menjaga Galuh.
Hinggah hampir malam, Gayatri dikejutkan dengan ketukan pintu kosnya. Dengan cepat diraihnya jilbab, lalu membuka pintu.“Galuh, apa yang terjadi?” ucapnya cemas begitu melihat kaki Galuh yang diperban.Dengan tertatih Raksa menuntunnya masuk ke dalam kos Gayatri. “Ada tiga orang yang menyerempet Galuh di depan cafe, Mbak.” kata Rendra. “Untunglah Raksa segera berteriak ke dalam saat aku masih di sana. Kami membawanya ke rumah sakit.”“Terimakasih, Mas.” ucap Gayatri lalu merangkul putrinya dengan cemas.“Sudah dapat pertolongan, Bund. Galuh ghak kenapa-napa. Bunda jangan nangis." kata Galuh dengan menyeka airmata Bundanya dengan jarinya.“Untungnya hanya lecet ringan. Saya langsung menarik tangannya saat mengetahui dua pengendara motor lengkap dengan helm berusaha menyerempet. Padahal kami juga tak di jalan, masih di dekat area cafe.”“Sepertinya ada yang berusaha mencelakainya. Setelah ini kita harus lebih berhati-hati.” kata Rendra yang sebelumnya tak ingin mengatakan kekhawatir
Baca selengkapnya
Bab 39. Jodoh tidak akan kemana.
Gayatri mengambil satu persatu jarit yang dia letakkan di bak cucian bersih. Tangannya yang telah terbiasa,mengelompokkan jarit itu dengan melihat motifnya. Motif Sidomukti disisihkan, Lalu parang, demikian juga motif Sidoasih. Diletakkannya tangan ke belakang, lalu ditariknya hinggah terasa sampai ke punggung untuk melemaskan ototnya yang kaku dengan setumpuk jarit yang harus diwiru.Bu Ratna menjejeri Gayatri dengan seperti biasa, tiduran dengan bantal kecilnya di samping Gayatri. Memperhatikan Gayatri yang bekerja. Bukan untk mengawasi, hanya untuk memastikan Gayatri tak terlalu ngoyo dalam kerjaaannya.Gayatri melempar senyumnya. Setelah menghabiskan sepotong kue yang disuguhkan bu Ratna dari penjual sayur yang pagi tadi lewat.Bu Ratna masih menelisik Gayatri. Gayatri yang merasa aneh dengan bu Ratna, berusaha bertanya. “Ibu kenapa?”Bu Ratna memiringkan tubuhnya. “Sepertinya tergesa sekali suamimu sampai baru sebulan surat perceraian kamu sudah keluar, Tri.” kata bu Ratna setela
Baca selengkapnya
Bab 40. Kaukira bisa semaumu.
Galuh besama Galing sudah melangkah dari gerbang. Entah kenapa hari ini Gayatri telat menjemputnya. “Tidak biasanya Bunda telat, mungkin banyak pekerjaan kali, Ling.” kata Galuh.Raksa yang keluar menghentikan sepeda Vixion-nya. Helm yang dipakainya diturunkan kacanya. “Kenapa, belum dijemput?” tanyanya.Galuh menggeleng. “Ghak tau nih, Bunda kenapa telat. Andai sekolah kita boleh bawa handphone,” sesal Galuh yang menyayangkan pihak sekolah tak memperbolehkan siswanya yang bawa handphone.“Aku sih bisa mengantar, tapi nanti alau bundamu mencari bagaimana?” “Kamu pulang duluh aja deh Sa.”“Iya, nanti kalau kita pulang, Bunda datang jadi bingung dikira kita ngapa-ngapain. Kita sekarang dalam kondisi yang tak nyaman. Kasihan nanti Bunga bingung.” ujar Galing.Raksa turun dari sepedanya, Ikut duduk di bangku depan sekolah mereka. “Aku akan temani kalian. Setidaknya kalau ada apa-apa, kita bisa keroyok bareng-bareng.”“Bener kamu, Sa.”Tiba-tiba sebuah mobil sedan datang. Galing, Galuh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status