All Chapters of Hasrat Terpendam Majikanku: Chapter 11 - Chapter 16
16 Chapters
Part. 11
Ya, begitulah bunda-bunda ... bila si kecil tak diberi ASI melainkan susu kuda liar. Akhlaknya tak tertanam, melainkan berceceran sampai-sampai mulut pun tak ikut disekolahkan. Bagaimana bisa orang yang baru siuman dengan seedak jidat dia hadapkan dengan cucian? Kesabaranku akhirnya benar-benar terkikis habis. Kulepas sebelah sepatu pantofel yang melekat di kaki, lalu mengarahkannya pada lelaki yang masih berdiri santai di ambang pintu. "Keluar sekarang nggak!" ancamku sembari mengambil ancang-ancang untuk melempar sepatu yang digenggam. "Iya, iya. Galak amat jadi istri." "Daripada situ, perhitungan banget jadi suami." Tak lama suara pintu yang ditutup keras pun terdengar. Aku beralih pada Nyonya Intan yang sejak tadi diam memperhatikan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Kumohon ... jangan bilang dia tersinggung dengan tingkah lakuku yang kadang nggak tahu aturan? *** "Hahaha ...." Masih di tempat yang sama aku dibuat diam kebingungan saat melihat Nyonya Intan tertawa terb
Read more
Part. 12
"Lepas!" Bergegas kutepis tangan Tuan Stevan, lalu berniat mengejar Nyonya Intan yang langsung pergi tanpa pamit. Sebelum tubuhnya menghilang aku sempat melihat matanya melebar, tapi masih bisa menutupinya dengan senyuman. Asem. Mungkin dalam pikirannya Nyonya Intan ngebatin, ternyata begini rasanya diselingkuhi diri sendiri. Jujur, dari sekian banyak kemungkinan situasi seperti inilah yang paling kutakutkan. Lagian kalau bisa nawar kenapa coba aku harus tukeran jiwa sama ciwi yang udah punya laki? Kenapa nggak sama Prilly atau Rani Mukherji, setidaknya, kan aku bisa ketemu Babang Salman Khan. "Tunggu!" Namun, sebelum sempat langkahku mencapai pintu, Tuan Stevan sudah lebih dulu menghadang jalanku. Tubuhnya yang menjulang bak tiang jemuran berdiri di ambang pintu sembari berkacak pinggang. Ketahuilah kawan, untuk situasi ini jelas tak ada kekuatan yang lebih besar selain kekuatan laki yang kebelet anu. Dua minggu dia sabar menunggu tanpa jajan keluar, sudah bisa dipastikan
Read more
Part. 13
"Haha ... aku bercanda, Milah."Seketika kuhela napas lega setelah Nyonya Intan melanjutkan. "Tapi serius untuk waktu dua minggu itu cukup mengejutkan," tambahnya."Hehe." Aku hanya bisa menyengir sembari mengusap tengkuk. Tak tahu harus menunjukkan respons macam apa."Kira-kira apa yang kamu katakan padanya? Stevan itu tipe lelaki yang dominan, loh. Kalau keinginannya tak dipenuhi dia nggak akan sungkan untuk memaksa. Setahuku selama ini dia cuma tunduk pada dua wanita. Ibu mertuaku, dan ... Berlian." Lagi-lagi aku melihat sorot mata Nyonya Intan berubah saat menyebut nama saudara kembarnya. "Aku cuma minta dia ngerti, Nya. Karena sekuat apa pun wanita pasti punya perasaan lembut yang sama. Dia emang nggak langsung setuju, tapi setidaknya aku udah punya jawaban dari mulut yang terkunci itu. Terkadang nggak salah, kok kalau sikap keras dihadapi dengan keras juga. Lagian cewek, kan punya jurus andalan." Senyumku melebar, sembari menepuk dada, kuakui improvisasi tadi berjalan sempurna
Read more
Part. 14
"Sarapan siap!" "Kok, kamu yang bawa? Milah mana?" "Dia masih cuci piring. Daripada kamu nunggu lama." "Balikin lagi! Aku mau Milah yang antar." Tahan, nggak boleh erosi. Masih pagi. Kuhela napas panjang sembari meletakkan nampan berisi sarapan di atas meja kerjanya. "Masih ngambek karena diliatin foto Mimi Peri?" " .... " Dia tak menjawab. "Ya udah lain kali kukirim Foto Cupi Cupita yang asetnya segede semangka. Kamu pasti suka." "Nggak perlu. Udah, keluar sana! Aku lagi banyak kerjaan!" Tumben keliatan kerja, biasa juga cuma ongkang-ongkang kaki dan limpahin semua kerjaan sama sekretarisnya. Apa aku pernah mengatakan kalau keluarga Tuan Stevan mempunyai bisnis travel? Setelah ayahnya yang bule itu tiada, kini dia dan adiknya yang mengelola. Tapi, sejauh ini yang kulihat kerja hanya adiknya. Makhluk tampan lain dari keturunan Alexander, yang kelakuannya nggak kalah membagongkan. Sementara Tuan Stevan lebih banyak bekerja dari rumah. Menerima telepon atau email berisi lapo
Read more
Part. 15
Suatu pagi di kebun milik Pak Haji .... "Mak, kalau nanti tiba-tiba ada yang lamar Milah terima aja, yah! Mau itu duda perkasa, bujang anak dua, atau perjaka tua, asal jangan jadi bini kedua," kataku saat tengah rebahan di paha Emak menatap hamparan kebun Tin tetangga. Sudah hampir delapan tahun ini Emak bekerja sebagai buruh di kebon Tin milik Pak Haji Yahya yang letaknya cukup dekat dari rumahku, sekitar jalan Puri Cikarang Hijau, Pilar Cikarang Utara kabupaten Bekasi. Selain dari penjualan ketan di pasar, si Tin ini adalah sumber mata pencaharian keluargaku, dari sini aku dan Ahmad--adikku bisa sekolah, makan, dan jajan. Walaupun kadang masih ketergantungan ngutang di warung. Ya mau begimana lagi, duit sekarang itu susah nyarinya sama kayak jodoh. Yang gampang itu cuma ghibah dan cari kesalahan orang. "Lah, yang bener bae? Kamu pan baru lulus Esema, atuh, Mil. Masih kecil juga, pake udah ngomongin lamar-lamaran." Emak menatapku dengan dahi mengernyit. Aku terdiam sesaat.
Read more
Part. 16
"Kita ngobrol dekat kolam, biar Stevan nggak dengar." Tepat ketika sampai di pelataran, Nyonya Intan langsung menarik tanganku menuju belakang rumah. Mengabaikan Tuan Stevan yang hanya bisa memerhatikan kami dari kejauhan dengan tatapan tajam yang menghunjam. Melihat responsnya barusan, kegelisahan seolah tak bisa Nyonya Intan sembunyikan saat memeriksa ponsel android berukuran lima inci milikku yang softcase-nya udah buluk dan jamuran. Memang sudah dari dua minggu lalu kami memutuskan untuk tukeran hape, yakali aneh aja kalau kita pegang punya masing-masing. Sembari bercerita tentang keluarga satu sama lain. Nyonya Intan juga mengajariku menggunakan ponsel keluaran terbaru yang tak mampu kubeli walaupun setahun kerja rodi ini. Sejak saat itu, kami selalu mendiskusikan apa pun pesan yang masuk berdua untuk menghindari kesalahanpahaman. Termasuk situasi macam ini. "Begini, sebelum panggilan dari ibumu datang, tadi pagi aku memang sempat iseng-iseng buka hape kamu buat nonton yutup.
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status