Semua Bab Jodoh Di Tangan Papa: Bab 21 - Bab 30
32 Bab
Titik Terlemah Kama
Kama melirik ponsel yang sedari tadi berdering, ia mengabaikannya karena nomor yang tertera pada layar adalah nomor tidak dikenal.“Jawab, Kama ...,” ujar Fabian yang saat itu sedang bersamanya membahas suatu proposal.Nufaira juga ada di sana mencatat beberapa hal penting.“Biarkan saja!” Pria itu kemudian kembali fokus pada deretan angka di layar Macbook.“Siapa tau penting,” kata Fabian yang merasa tertanggu.Akhirnya pada dering ketiga Kama berdecak kesal, tak urung tangannya terangkat hendak mematikan ponselnya namun kalah cepat dengan Fabian terlebih dahulu meraih ponsel tersebut.Hal seperti ini sudah sering terjadi, mengingat banyak wanita yang mengejar Kama.Fabian paling senang menjawab panggilan telepon dari nomor tidak di kenal pada ponsel Kama karena sudah dipastikan bila panggilan tersebut dari seorang wanita yang menyukai sahabatnya itu.Lalu Fabian akan berpura-pura menjadi Kama kemudian di akhir sambungan, ia mengaku jika dirinya bukan Kama dan berdusta bila nomor ter
Baca selengkapnya
Pertentangan Hati Dan Logika
Arsha terhentak ketika mendengar suara pintu terbuka, padahal baru saja ia berusaha terlelap mencoba menghilangkan kekecewaan karena Kama malah memilih meninggalkannya di sini sendiri.Seharusnya Arsha bisa belajar dari Liam dan tidak perlu berharap lagi pada seorang pria apalagi Kama bukan pria yang mencintainya.Akan tetapi hatinya selalu saja mengkhianati logika, mata Arsha melebar berharap seseorang yang mendorong pintu tersebut adalah Kama.Namun untuk yang kesekian kalinya ia harus dilanda kekecewaan karena ternyata yang masuk adalah seorang wanita memakai pakaian putih-putih.Wanita itu hendak memeriksa kondisinya, bertanya banyak hal mengenai apa yang dirasakan Arsha saat ini menggunakan bahasa Inggris yang dijawab malas-malasan olehnya.Wanita itu juga memberi tau apa yang boleh dan tidak boleh Arsha lakukan kemudian bertanya mengenai seseorang yang akan menemaninya selama ia di rawat.Arsha menggelengkan kepala lemah. “Aku sendirian, keluargaku di Indonesia ...,” Arsha melir
Baca selengkapnya
Tanggung Jawab Kama
Rachel tersenyum menatap ponselnya, satu pesan masuk dari nomor tanpa nama yang terdapat foto Aarash pada profilnya.Arash : Selamat siang.Hanya dua kata itu namun entah mengapa hati Rachel rasanya seperti terbang melayang menuju Nirwana.Rachel : Siang Aarash.Disebrang sana, gantian Aarash yang tersenyum menatap dua kalimat yang dikirim Rachel. Aarash : Aku dapet nomor kamu dari Caca.Rachel : Oh gitu? Ada apa? Ada yang bisa aku bantu?Aarash : Kamu kok kaya mbak-mbak customer service di Bank.Rachel tergelak membaca kelakar Aarash, ia mengirim emoticon tertawa sambil mengeluarkan air mata.Aarash : Aku lagi ada di resto deket toko kue kamu.Rachel : Oh ya? Meeting?Aarash : Nope! Just lunch ... temenin aku makan siang, mau?” Rachel : Boleh.Aarash : Aku tunggu ya!Rachel : 10 menit.Aarash tersenyum lebar, semenjak Arsha ikut bersama Kama ke Vietnam, ia merasa sudah waktunya untuk maju selangkah melancarkan serangan pendekatan kepada Rachel.Pasalnya jika ada Arsha, ia khawatir
Baca selengkapnya
Penuh Drama
“Kama minta maaf, Om!” “Kalau anak saya meninggal, maaf sebanyak apapun tidak akan menghidupkannya lagi!” Akbi berseru kesal.Dari tempat duduknya Rendra sudah bersiap untuk membantu Kama namun sang istri cantik yang duduk tepat di sebelah berkali-kali mengusap dadanya.Rendra memang mengijinkan Akbi untuk memberi teguran kepada Kama, tidak bisa ia benarkan juga tindakan Kama yang membiarkan Arsha pergi tanpa pengawasannya. Ia mengerti, bahkan sangat mengerti karena memiliki dua anak gadis yang juga sangat disayanginya.Tapi bukan berarti Akbi bisa berbuat semena-mena kepada Kama apalagi membuat wajah tampan sang anak babak belur.“Ya! Kama salah, Om ... Kama minta maaf.” Kama mengulang ucapannya.Kata-kata pria itu sangat tegas dengan sorot mata menatap langsung mata elang sang calon Ayah mertua.“Ca, tangan kamu berdarah!” Mommy berseru, baru menyadari banyak darah merembes dari punggung tangan Arsha, tempat menancapnya selang infus tadi.Dengan sigap Kama menggendong Arsha ke ata
Baca selengkapnya
Sisi Lain Arsha
Dua kali selama dua malam berturut-turut Kama mencium Arsha dan setiap paginya pria itu pergi begitu saja tanpa pamit.Oke, Kama memang harus bekerja tapi apa tidak bisa membangunkannya terlebih dahulu untuk bernasa-basi sebelum pergi bekerja.Tidak tau kah Kama kalau Arsha merasa kehilangan ketika bangun paginya padahal malamnya betapa hangat pelukan pria itu.Sekaligus merasa terhina karena setelah pria itu puas menikmati bibirnya, kemudian pergi seakan tidak terjadi sesuatu di antara mereka.“Makasih kek, muji Kek ... Arsha you are a good kisser, gitu!” Arsha bermonolog.Mendengus sebal, Arsha menurunkan satu kakinya dari tempat tidur untuk mencari ponsel yang ia lupa diletakan di mana.“Arsha.” Suara sang Mommy menghentikan niatnya.“Mommy,” balas Arsha tanpa suara.Berturut-turut Daddy kemudian Om Rendra dan Tante Aura masuk ke dalam ruang rawat Arsha.“Gimana hari ini? Udah baikan?” Tante Aura yang selalu cantik pun bertanya demikian.“Udah baikan Tante, hari ini kata Dokter uda
Baca selengkapnya
Rencana Aarash Untuk Melamar Rachel
“Dad, Aarash mau nikah ...,” ujar si sulung ketika baru saja memasuki ruang makan.Mommy meletakan mangkuk berisi sop kemudian menatap Aarash yang sudah duduk di sebrangnya dengan sorot mata penuh tanya.Mommy mengerjap sambil menahan nafas, ia tidak sedang bermimpi, kan?” Araav yang sudah duduk lebih dulu di salah satu kursi pada meja itu juga mendongak dari tab yang sedang digenggamnya mencari keyakinan dari raut wajah sang Kakak.“Kapan?” tanya sang Papa santai, kemudian menyimpan ponselnya si atas meja, menyerongkan sedikit tubuhnya untuk bisa memfokuskan diri pada Aarash.Si sulung mengembuskan nafas berat. “Aarash serius, Dad ...,” ujarnya kemudian.“Daddy juga serius nanyanya, kapan kamu mau nikah? Udah ada ceweknya?” Sang Daddy bertanya memastikan.“Ya udah lah, Dad ... .” Aarash berdecak seraya merotasi bola matanya.“Siapa? Cantik enggak?” giliran Mommy yang bertanya seraya memberikan piring yang sudah ia isi dengan nasi kepada sang suami tercinta beserta kedua anak kembarn
Baca selengkapnya
Mengulang Kesalahan Terbesar
Wangi musk bercampur woody dan citrus merangsak masuk ke dalam indra penciuman Arsha sebagai tanda jika si pria yang ketampanannya sangat kurangajar itu sedang berjalan mendekat ke arahnya.Dari jauh Kama meringis menahan gemas melihat Arsha mengerucutkan bibirnya setiap kali menghisap sisa mie yang tertinggal dari sendok.Tidak bisa Kama lupakan bagaimana manisnya bibir itu ketika ia kecup beberapa malam lalu dan jujur, Kama ketagihan bahkan saat ini ia merasa sakaw ingin menikmati lagi bibir Arsha.“Ada yang mau aku omongin,” Kama berujar, berbasa-basi sebelum meminta maaf karena tidak menjemput Arsha dan mengabarinya mengenai busines trip.Tapi bawaan dingin yang sudah melekat pada diri Kama membuat ucapannya tadi terdengar dingin dan datar di telinga Arsha.Dalam hati Arsha mendengus sebal, “Udah salah tapi enggak ada lembut-lembutnya.”“Arsha! Kamu denger aku, kan?” panggil Kama setelah beberapa lama Arsha tidak menjawab.Arsha mendongak, menatap tajam netra pekat Kama. “Ngomong!
Baca selengkapnya
Tanggungjawab Kama
Andra menatap tajam ke arah sang cucu yang baru saja ia pergoki sedang bebuat dosa.Walau jauh dilubuk hatinya yang terdalam, Andra memaklumi apa yang dilakukan Kama karena dimasa lampau ia pun pernah melakukan kenakalan tersebut tapi sebagai Kakek dan yang paling dituakan dalam keluarga Gunadhya, ia harus menegur dan memberikan nasihat baik kepada keturunannya.Seperti biasa, di depan Andra—Kama tampak tenang. Tubuh tegapnya menegak sempurna, menatap sang Kakek meski Andra meyakini jika sorot mata cucunya tidak setegas biasa.Ada malu berbalut rasa bersalah di sana. “Kamu enggak bisa menikahi Arsha hanya karena perasaan bersalah yang telah merenggut kesuciannya, akan seperti apa jadinya jika pernikahan berlandaskan perasaan bersalah?” Andra berusaha membuka pikiran Kama setelah cucunya menceritakan semua yang terjadi, berawal dari pertemuannya dengan Arsha hingga apa yang ia lakukan bersama Arsha beberapa menit lalu.Kama memang menyesalinya tapi ia juga mengungkapkan kepada sang K
Baca selengkapnya
Perintah Untuk Melamar Arsha
“Gimana?” Andra bertanya pada sang istri yang telah merebahkan tubuh di sampingnya.Andra simpan Macbook ke atas nakas, tidak lupa melepas kacamata yang ia simpan di tempat yang sama.Pria tua itu telah selesai melihat data statistik pertumbuhan perusahaan yang ia rintis di Vietnam. Sangat puas karena Kama dan Kalila menjalankannya dengan sangat baik sehingga perusahaan tersebut maju pesat.“Apanya yang gimana?” Rena mengembalikan pertanyaan sang suami, masih belum mengerti maksud dari pria yang selalu tampan dalam pandangan matanya.Andra tersenyum lembut, masih bersandar pada headboard. Diusapnya kepala Rena penuh sayang.“Menurut Mama, gimana calon istrinya Kama?” Andra memperjelas pertanyaannya.“Polos ... kaya anak kecil! Padahal kata Aura, umurnya udah dua puluh lima tahun ... tadi malah Mama sempet ngetes, takutnya perempuan itu bukan calon istri Kama yang dimaksud Aura.” Andra tertawa pelan, tangan yang telah keriput itu belum bosan mengelus kepala sang istri.“Ya kalau buka
Baca selengkapnya
Membuat Kue Yang Berakhir Bencana
“Hari ini Arsha ada acara kemana?” Sang Nenek bertanya lembut setelah menghabiskan sarapan paginya.“Enggak ada Nek, semenjak kecelakaan kemarin Caca janji enggak akan keluar rumah lagi,” jawab Arsha sambil tersenyum ironi.“Kenapa? Memang Arsha enggak bosen di rumah terus?” Arsha hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rena yang diartikan ‘Ya’ oleh sang Nenek.“Gimana kalau kita bikin kue?” cetus Rena penuh semangat.Arsha meringis, sepertinya sang Nenek sedang mengetesnya. Tapi Arsha menggunakan dapur hanya untuk masak mie instan saja, ia tidak diberkati keahlian memasak makanan lainnya atau membuat kue.“Tapi Caca enggak bisa bikin kue, Nek ... masak juga enggak bisa,” Arsha melirih, memilih berkata jujur dan menerima kenyataan dari sekarang dari pada berpura-pura dan setelah menikah dengan Kama nanti harus mendapat omongan tidak enak dari keluarga Gunadhya karena mereka menyesal telah memiliki menantu yang tidak memasak.Mengembuskan napas pelan. “Pasrah deh gue,” kata Arsha di dalam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status