Share

Flash back

FLASH BACK ON

Kala itu papanya mengajak ketemuan pertama kali bersama Zahra dan Bapaknya di sebuah restoran, untuk membahas perjodohan mereka.

Danu yang awalnya menolak berusaha berkilah mengarang alasan dengan berbagai cara agar tak jadi bertemu dengan Zahra.

Berbagai alasan dilontarkan Danu saat hendak berangkat ke restoran tempat dimana sang papa berjanji untuk bertemu. Papanya membujuk Danu untuk mau bertemu dengan calon istrinya. Kata Papa untuk sekedar perkenalan dulu.

Setelah bernegosiasi lama dan alot akhirnya Danu mau juga diajak bertemu dengan Zahra dan Bapaknya.

Sampai direstoran Danu dibuat jenuh menunggu kedatangan calon istri pilihan papa yang akan dijodohkan dengannya.

Danu marah, kesal, sewot saat menunggu kedatangan mereka. Papanya menyuruh Danu untuk sabar menunggu Danu pun menurut papanya. Hampir saja Danu pergi meninggalkan restoran karena jemu menunggu lama.

Akhirnya Zahra dan Bapaknya datang. Meminta maaf karena terlambat. Danu yang tadinya marah, kesal, dan sewot saat menunggu Zahra malah terpesona saat bertemu Zahra. Danu menatap lekat pada Zahra memperhatikan setiap gerakannya. Sungguh kecantikan alami yang dimiliki seorang Zahra. Kekagumannya bertambah saat papanya mengungkapkan bahwa Zahra seorang Hafiz Qur'an.

Sosok Zahra saat itu sangatlah anggun, berbalut gamis syar'i warna millo, dan wajah tanpa polesan makeup, namun tetap memancarkan kecantikan yang luar biasa. Wajahnya putih bersih dan bersinar di bingkai hijab cokelat susu berhias sebuah bros, membuatnya semakin cantik.

Senyuman nya yang manis serta sifatnya yang ramah membuat Danu ingin lebih mengenal Zahra akhirnya mereka bertukar nomor telepon disaksikan papa dan bapak Zahra. Setelah membahas rencana perjodohan akhirnya mereka menyudahi pertemuan hari itu.

Danu menatap kepergian Zahra tanpa berkedip. Entah mengapa ada rasa tidak rela dalam hatinya saat Zahra melangkah pergi meninggalkan Danu dan papanya di meja makan restoran. Hatinya yang semula tenang mendadak risau tak karuan setelah kepergian Zahra. Sejak saat itu Danu tak henti memikirkan Zahra. Setiap detik, setiap menit, Zahra terlintas di benaknya. Suaranya yang lembut, wajahnya yang cantik tanpa polesan, gaya busananya yang menutup aurat, menjadikan Zahra wanita spesial bagi Danu.

Ada rasa yang tak terhingga menyelimuti hati Danu usai bertemu Zahra. Benih asmara tumbuh usai perjumpaan yang singkat itu.

Ya, Danu jatuh cinta pada pandangan pertama. Sejak bertemu Zahra Danu mulai sedikit berubah. Danu mengurangi kegiatan nongkrong nya. Kegiatan yang biasa menjadi hoby nya mulai membuat nya bosan.

Setelah pertemuan itu, ada rasa rindu yang menggebu di hatinya. Hari-hari yang dilaluinya terasa berat dan hampa. Danu lebih sering merenung sendiri larut dalam kekagumannya kepada Zahra. Gadis muslimah yang dikenalkan oleh papanya. Putri sahabat ayahnya itu berhasil membuat Danu galau berat menahan rindu dihati. Keinginan agar selalu bisa melihat Zahra, atau sekedar mendengar suaranya via telepon berusaha ditahan olehnya. Semakin lama rasa rindu yang menderanya semakin menjadi menyiksa hati, pikiran, dan jiwa Danu hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk menghubungi nomor Zahra.

Mendengar suara Zahra hati Danu mulai tenang. Setelah berbasa-basi bertanya kabar dengan ragu Danu mengungkapkan bahwa ia sedang di dera kerinduan yang teramat sangat pada seseorang, hingga membuat hatinya gelisah. Kala itu Zahra mendengarkan curhatan Danu dengan sabar, kemudian memberikan saran kepada Danu untuk mendirikan shalat menyerahkan segala urusan kepada Sang Pencipta alam semesta.

Kala itu Zahra tak tahu bahwa dialah orang yang dirindukan Danu karena Danu tak mengungkapkan siapa seseorang yang sedang dirindukannya itu. Setelah puas mendengar suara Zahra Danu menutup telponnya.

Saran dari Zahra dijalankan oleh Danu. Kebetulan waktu itu Danu sedang keluar rumah, ia melajukan mobilnya menuju sebuah masjid terdekat jam menunjukan pukul 10.00 malam. Danu memarkirkan mobilnya di sebuah halaman masjid. Ia keluar dari mobil segera menuju tempat berwudhu. Sesaat setelah berwudhu, ada ketenangan di hati Danu. Lanjut menapakkan kaki kedalam masjid.

Deg.

Hati Danu bagai dihantam gada besi tapi tak sakit kala menapaki masjid. Tempat yang selama ini ia datangi hanya saat melakukan shalat Ied saja.

Ia ingin mendirikan shalat sesuai saran Zahra. Shalat yang selama ini tak pernah dilakukannya. Tiang agama yang roboh perlahan akan didirikan oleh Danu kewajiban seorang muslim yang sudah lama sekali ia tinggalkan.

Kala itu ada kebingungan di benak Danu saat hendak mendirikan tiang agamanya yang telah lama roboh. Bagaimana membaca bacaan shalat? Yang ia ingat hanya surat Al Fatihah saja itupun agak lupa. Dengan kemantapan hati dan kepercayaan nya bahwa Allah itu maha tau seperti yang ia pernah dengar dari rekaman ceramah seorang ustadz di televisi. Danu akhirnya mendirikan shalat Isya' sebisanya. Melakukan gerakan shalat sesuai jumlah rekaat shalat Isya'. Untuk bacaan shalat hanya Danu dan Allah yang tahu. Tanpa ia sadari air mata menetes seusai Shalat. Danu tertegun diatas hamparan sajadah yang tersedia di masjid. Menyesali apa yang selama ini terjadi

Dadanya sesak Danu menangis tergugu seperti anak kecil yang mainanya direbut. Hatinya tersentuh oleh sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Cukup lama Danu menangis menyesali perbuatannya selama ini hingga seorang ustadz menghampiri nya.

Ustadz itu bertanya perihal masalah yang membuat Danu menangis tergugu. Danu memberanikan diri bercerita tentang apa yang dialaminya.

Sang ustadz dengan sabar berkata bahwa Danu pria yang beruntung mendapat hidayah dari Allah lewat Zahra.

Sang ustadz menyarankan Danu untuk tetap melanjutkan perjodohan ini, sambil belajar lebih mengenal Allah. Kala itu Sang ustad berpesan agar Danu meluruskan niatnya untuk belajar agama dengan baik bukan karena jatuh cinta agar Allah mempermudah jalan Danu untuk bersatu dengan Zahra. Dengan kata lain niat hijrah Danu untuk bertaubat dan memperbaiki diri sebagai seorang muslim karena Allah.

Ustadz itu juga menasihati Danu bahwa laki-laki itu calon imam, pemimpin baik untuk dirinya ataupun Keluarganya kelak. Laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik ada pertanggung jawaban yang di tagih di akhirat kelak.

Sejak saat itu, Danu bertekad untuk berubah dengan niat hijrah bertaubat karena Allah. Akhirnya dengan bimbingan Sang Ustadz Danu bertaubat mengucapkan dua kalimat syahadat dengan terbata dan deraian air mata yang terus mengalir tanpa henti. Disaksikan oleh ustadz, seorang pengurus masjid, dan beberapa pengunjung yang usai shalat di sana. Danu sujud syukur menangis menumpahkan segala rasa yang ada dihatinya. Menyesali semua perilakunya selama ini.

Setelah bangkit dari sujud nya, Sang Ustadz memberikan sebuah buku bertuliskan tuntutan shalat lengkap untuk dipelajari oleh Danu. Danu menerima buku itu dengan senang hati.

Tak lupa Sang Ustadz memberikan dukungan kepada Danu untuk tetap Istiqomah dalam beribadah dan melanjutkan perjodohannya dengan Zahra. Malam itu Danu memohon ijin untuk tinggal di masjid dengan alasan ingin menenangkan diri dan shalat subuh berjamaah. Danu mengungkapkan bahwa ia ingin menenangkan diri di masjid. Sang Ustadz pun mengijinkan.

Sejak saat itu, Danu mulai sedikit demi sedikit mempelajari buku pemberian Ustadz.

Rasa cinta Danu kepada Zahra semakin menjadi hingga membuatnya tak sabar untuk menikah.

Ia mendesak papanya untuk segera melamar Zahra. Ia takut kehilangan bidadari itu.

FLASH BACK OFF

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status