Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif

Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif

By:  Esther  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
5 ratings
50Chapters
4.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Selama pembentukan tim perusahaan, Liana mabuk dan masuk ke tenda yang salah, tanpa sengaja dia tidur dengan bosnya.Setelah terbangun, dia melihat wajah tampan bosnya itu. Liana segera memeluk pakaiannya dan langsung kabur. Sejak saat itu, dia bersikap waspada dan sangat hati-hati di depan bosnya.Liana berencana menyimpan rahasia ini, tetapi dua bulan kemudian dia hamil.Tepat saat dia akan kabur lagi, bandara telah diblokir. CEO Perusahaan Barka menghadangnya dalam lift dan mendekatinya selangkah demi selangkah. "Mau kamu bawa kemana bayiku?"Liana hanya terdiam.

View More
Mual! Wajahku Merona Dimanjakan Bos yang Agresif Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Mba Nur
lanjutannya mana
2024-05-18 09:28:16
0
user avatar
Dhespita E
oke oke oke oke
2024-05-15 02:59:23
0
user avatar
Wiwik Anjarwati
sebetulnya cerita ini masih ada lanjutannya atau tidak ya...
2024-05-14 15:09:13
2
user avatar
Nurhayati
lanjut up lagi dong thor, seru ceritanya
2024-05-13 12:42:49
0
user avatar
IMAZ Food
tiap hari apa terbitnya ditunggu kelanjutannya cerita sangat seru dan bikin penasaran
2024-05-13 12:15:55
1
50 Chapters
Bab 1
"Em ...."Ciuman pria itu bertubi tubi menghujani tubuh Liana, dia seperti perahu yang terombang ambing di lautan, mengambang dan akhirnya tenggelam mengikuti irama ombak.Entah sudah berapa lama, angin dan hujan akhirnya telah berhenti. Liana meringkuk dalam pelukan hangat pria itu dan tertidur lelap ....Keesokan paginya, saat Liana membalikkan badan, jari-jarinya merasakan sentuhan asing, tangannya menyentuh sesuatu yang hangat dan sentuhan asing itu mengejutkannya. Dia perlahan membuka matanya dan wajah tampan terpantul di pupil matanya."Hah? Bos?" Liana tertegun sejenak, kemudian teringat rentetan kilas balik kejadian gila tadi malam. Matanya langsung membelalak dan dia langsung terduduk tegak. Tetapi, karena gerakannya yang terlalu keras, suatu bagian ditubuhnya terasa sangat sakit dan rasa sakit itu langsung membuatnya berkeringat dingin.Dia seperti boneka bongkar pasang, yang di bongkar dan dipasang kembali. Setiap dia bergerak, sekujur tubuhnya terasa sakit.Namun, pada saat
Read more
Bab 2
Setelah tidur beberapa saat, Liana merasa tenggorokannya sangat kering. Dia merangkak keluar tenda dengan grogi dan tiba-tiba sepasang sepatu kets pria muncul di depannya. Dia mendongak ke atas dan dia bisa melihat sepasang kaki yang ramping dan lurus.Matahari menembus awan dan bersinar terang. Liana melihat wajah Yohan dengan jelas dan dia sangat terkejut."Pak ... Pak Yohan?"Bukannya dia pergi naik gunung?Yohan berjongkok di depannya, memandangi pipinya yang memerah karena demam dan berkata dengan sangat serius, "Ada yang ingin aku tanyakan padamu."Jantung Liana berdetak kencang dan dia menjilat bibirnya yang kering. Jantungnya berdebar seperti drum. "Ka ... katakan saja Pak.""Apa kamu melihat seseorang memasuki tendaku tadi malam?" Saat Yohan menanyakan itu, dia menatap langsung ke arah mata Liana. Tekanan Yohan begitu kuat hingga tidak bisa dihindari, seperti ada tangan tak kasat mata yang menggapai jantung dan menghancurkannya.Mata Liana mengelak dan bulu matanya bergetar. "
Read more
Bab 3
Demam Liana berkurang setelah menghabiskan empat botol infus. Tetapi, dokter mengatakan kalau dia mengalami infeksi bakteri dan masih terdapat peradangan di sekujur tubuhnya. Meski demamnya sudah sembuh, untuk sementara dia tetap perlu dirawat di rumah sakit selama dua hari lagi dan minum obat anti inflamasi selama dua hari.Sore harinya, Linda buru-buru membuka pintu dan masuk, "Liana, kamu nggak apa-apa, 'kan?"Melihat kakaknya yang datang, matanya terasa perih, "Aku nggak apa-apa kok kak.""Syukurlah. Kenapa bisa separah ini?" Linda sangat sedih melihat adiknya yang sakit.Keduanya kehilangan orang tua mereka saat mereka masih kecil. Linda berusia tujuh tahun lebih tua dari Liana. Dia telah merawat adiknya selama bertahun-tahun baik sebagai saudara maupun ibu.Liana tidak mau kakaknya khawatir, jadi dia menahan air matanya dan berkata, "Mungkin karena terkena angin malam jadi aku demam. Nggak apa-apa, sekarang aku sudah membaik."Linda merasa agak lega setelah melihat Liana kembali
Read more
Bab 4
Sebelumnya, Liana tidak pernah menyangka kalau kejadian pacar yang selingkuh dengan sahabatnya akan menimpa dirinya. Dia selalu berpikir kalau itu adalah kejadian absurd yang ditulis oleh seorang penulis skenario. Baru setelah itu benar-benar terjadi padanya, Liana akhirnya memahami pepatah yang mengatakan, 'Tanpa ada kejadian dari kehidupan, tidak akan ada seni'.Dia masih ingat betapa mendalam keterkejutan dan perasaan terkhianatinya saat membuka pintu asrama sekolah hari itu dan melihat Hamdan serta Winda sedang bersama.Salah satunya adalah sahabatnya dan yang lainnya adalah orang yang paling dia andalkan selain kakaknya. Tetapi, mereka menggunakan cara yang paling kotor dan paling tajam untuk menyakiti hati Liana."Liana?" Winda tertegun sejenak.Liana sudah mengalihkan pandangannya dan menyeret kopernya ke dalam.Dia tidak berniat menyapa mereka. Bagaimanapun, masa lalu telah berlalu. Dia dan Hamdan sudah putus dan persahabatannya dengan Winda juga telah berakhir. Mulai sekarang,
Read more
Bab 5
"Hah ...." Liana menjerit dan terbangun dari mimpinya. Saat membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Siang, malam dan Yohan tadi semuanya telah lenyap.Wanita tua di ranjang rumah sakit sebelah yang baru datang bertanya sambil tersenyum, "Gadis kecil, apa kamu bermimpi buruk? Aku lihat saat kamu tertidur, kamu memegang erat sprei dengan kedua tanganmu. Kamu mimpi apa?"Saat dia masih kecil, Liana mendengar kalau dia mengalami mimpi buruk dan menceritakannya, mimpi itu tidak akan terjadi. Saat wanita tua itu bertanya, dia langsung menjawab dengan lancar, "Bosku."Wanita tua itu tertegun, menggelengkan kepalanya dan mendesah, "Bosmu pasti sangat menakutkan."Segera setelah dia selesai berbicara, pintu bangsal dibuka dari luar dan sesosok tubuh kurus dan tinggi muncul.Awalnya Liana mau bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Dia masih memakai sandal di satu kaki dan hampir tergelincir dari ranjang rumah sakit saat melihat orang itu datang.Yohan me
Read more
Bab 6
"Halo, Liana, apa kamu sudah baikan?" Begitu panggilan tersambung, Helena bertanya dengan penuh perhatian.Liana mengangguk, "Ya, sudah baikan.""Apa sekarang kamu masih demam? Kamu sudah makan siang? Kamu lapar nggak? Mau aku pesankan makanan? Atau aku bisa membawakanmu apa pun yang mau kamu makan."Menghadapi kekhawatiran dari Helena, Liana merasa agak bingung dan tidak mengerti. Mereka tidak akrab satu sama lain, tetapi kenapa Helena tiba-tiba sangat mengkhawatirkannya?Namun, dia baik, Liana tidak mungkin mengabaikannya, jadi dia menjawab pertanyaannya satu per satu, "Aku sudah nggak demam. Aku sudah makan siang dan aku nggak lapar. Kalau aku lapar, aku bisa memesan makanan sendiri. Helena, terima kasih sudah perhatian padaku.""Oh ...." Helena merenung sejenak, "Kalau begitu ... apa bos masih ada di sana?""Dia sudah pergi.""Oh ... apa bos secara khusus menjengukmu?""Nggak." Liana tidak bicara tentang fakta kalau nenek Yohan juga dirawat di rumah sakit ini. Bagaimanapun, Yohan a
Read more
Bab 7
Yohan pergi ke kantor dokter dan menanyakan hasil tes neneknya lebih dulu. Saat dia kembali ke bangsal, Liana sudah bangun dan membungkuk untuk menyelimuti nenek itu.Liana berbalik saat mendengar suara gerakan itu, dia berbalik, matanya masih terlihat seperti baru bangun dari tidur. "Pak Yohan."Suara gadis itu lembut dan mendengarkannya di malam yang gelap ini benar-benar membuat hatinya menjadi nyaman. Yohan agak mengangguk, "Terima kasih sudah merawat nenekku."Yohan tahu alasan kenapa dia tidak pergi. Nenek tidak pernah memuji orang lain dengan mudah, itu menunjukkan kalau Liana memang punya kualitas yang sangat baik."Anda tidak perlu berterima kasih, Saya tidak melakukan apa-apa. Selain itu ... saya juga makan sup iga Anda untuk makan siang."Seperti kata pepatah, 'kamu harus membalas kebaikan seseorang'. Aku memakan sup iganya tadi siang dan membantu merawat neneknya bukan hal uang serius.Yohan meliriknya dan bertanya, "Bagaimana rasanya?""Hah?" Liana tidak menyangka dia akan
Read more
Bab 8
Saat kemejanya dilepas, punggung putih mulus Liana terlihat di mata Yohan.Ada sedikit kekecewaan di matanya dan dia membuang muka, meminta maaf dengan suara yang dalam, "Maafkan aku."Liana menarik sprei di tempat tidur dan membungkus badannya, dengan air mata terhina. "Pak Yohan, apa ini sudah membuktikannya?"Yohan membuka mulutnya, tetapi merasa apa pun yang dia katakan saat ini terlalu jahat.Saat pergi, dia melirik ke arah lantai dua. Masih ada cahaya redup di jendela. Ekspresi lemah Liana muncul di benaknya. Dia bertanya-tanya apakah dia sedang menutupi wajahnya dan menangis saat ini?Yohan mengambil ponsel dan menelepon Hasan, "Bantu aku menyiapkan hadiah. Yang paling indah untuk seorang gadis."....Begitu Yohan pergi, Liana mengunci pintu dan membawa piyama bersih ke kamar mandi.Setelah melepas jaketnya, bekas di dadanya sedikit memudar, tetapi tetap saja mengejutkan. Tidak banyak bekas luka di punggungnya. Dia mengoleskan salep jadi luka dipunggungnya sudah sembuh, Yohan ti
Read more
Bab 9
Liana membuka pintu dan melihat Winda berdiri di samping tempat tidurnya, memegang syal yang diberikan oleh Yohan di tangannya."Liana?" Melihat Liana sudah pulang, Winda buru-buru memasukkan barang-barang itu kembali ke dalam tas dan menarik tangan Liana, "Liana, kapan kamu kembali ke asrama? Kenapa kamu nggak memberitahuku?"Liana menarik tangannya dan berjalan tepat di depannya, "Bukannya kamu sudah pindah?""Ya, aku kembali untuk mengambil sesuatu." Winda menghampiri dan menunjuk ke tas bermerek di lemari, "Liana, apa syal itu punyamu?""Ya." Liana menatapnya dengan tatapan dingin dan cuek, "Emang kenapa?""Nggak kenapa-kenapa." Senyuman Winda terlihat palsu, "Syal ini adalah edisi terbatas yang baru dirilis LV bulan lalu. Harganya sangat mahal dan sulit didapat. Aku cuma mau tanya, bagaimana kamu mendapatkannya? Aku juga mau beli itu."Liana melihat tas itu dan melihat logo mereknya. Itu hadiah dari Yohan. Dia tidak berniat menerimanya dan dia juga tidak melihat dengan teliti saat
Read more
Bab 10
Nada bicara Yohan agak malas, itu mungkin karena dia baru saja bangun. Tetapi, nada suara saat memanggil nama Liana agak meninggi dan ada sedikit kasih sayang yang tidak bisa dijelaskan.Mendengar itu, Liana tersipu dan menjelaskan, "Saya cuma mau mengembalikan apa yang Anda berikan padaku."Yohan melirik tas di atas meja, "Kamu nggak suka?""Bukan." Liana menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menerima barang yang sangat berharga itu dan saya tidak punya alasan untuk menerimanya.""Itu bukan barang yang berharga, itu cuma sedikit niat baikku." Yohan berkata, "Atau katakan saja apa yang kamu suka? Aku akan menyuruh Hasan membelinya, atau kamu bisa memilihnya sendiri."Dia ingin menebus kesalahannya dan dia sangat tulus."Pak Yohan, sebenarnya saya tidak menganggap serius kejadian malam itu dan saya tidak akan mengingatnya setelah itu berlalu. Kalau Anda memberi saya sesuatu, Anda akan mengingatkan saya pada hal itu sepanjang waktu." Yang dikatakan Liana adalah jujur. Yang lalu biarl
Read more
DMCA.com Protection Status