Share

91. Tuduhan

"Benar kamu gak perlu ditemani Dennis?" Mas Rama membukakan pintu mobil untukku, menyilakanku turun bak ratu seperti biasa. Pak Kosim yang berjaga di depan gerbang PT. Fibra mengernyit, lalu mengucek matanya beberapa kali.

"Nanti Dennis jemput aku aja ya, Mas." Aku mencium tangan Mas Rama. Lalu seperti biasa, Mas Rama mengecup keningku.

"Kapan selesainya?"

"Seminggu lagi, kok."

"Lama."

"Sebentar."

"Ruang kerjaku sepi gak ada kamu."

"Yang penting hatimu gak sepi."

"Mulai pintar gombal."

"Siapa yang sering duluan, coba."

"Kali ini aku gak gombal."

"Udah, ah. Ntar telat."

Aku berjalan memasuki gerbang pabrik. Mas Rama gegas masuk ke mobil dan berlalu. Sebelum aku melangkah lebih jauh, Pak Kosim sudah menghadangku. Dua tangannya berada di pinggang sambil menperhatikanku. Matanya menyapu dari bawah ke atas.

"Itu siapa tadi?" tanyanya.

"Suami saya, Pak. Kenapa?"

"Kok ganteng?"

"Ya siapa dulu istrinya." Aku menjawab dengan candaan.

"Masih gantengan saya juga." Pak Kosim mengusap rambutnya d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status