Bab 27
"Mamih aja yang di ajak, kalau Mamih yang di ajak pasti Mamih mau." suara Fina mengagetkan sepasang suami istri ini."Kok kaget begitu kalian?""Tenang, mamih hanya sebentar di sini. Gak akan mengganggu kemesraan kalian." kekeh Fina.Dia mendekati Damar menggaitkan jemari di lengan Damar. "Sayang uang bulanan mamih belum cair?" tanya Fina manja, membuat Nisa jengah."Papah sakit bukannya ngurusin, ini palah seneng-seneng terus," ujar Nisa kesal."Di rumah sakit sudah ada yang ngurus Nisa sayang," ujar Fina menjawil dagu Nisa."Kenapa ... Papah masih pertahanin perempuan begini? Cari laki lain yang masih bisa kamu porotin dan bisa ngasih kamu kepuasan!" ucap Nisa menggebu."Lalaki itu ada di sini, Nisa. Kalau kamu gak bisa memberi kepuasan pada Damar, biar mamih yang kasih," ucap Fina frontal, bibir tersungging menyeringai, kata-katanya mengibarkan bendera perang."Menjijikan," ucBab 28Di dalam kantor Hardiyata group perusahaan di bidang Farmasi yang kini merambah pada bisnis kesehatan sedang berbincang serius dengan Bagus si kepala Rumah Sakit tempat Chandra di rawat. Mereka membicarakan masalah Nisa dan juga saham perusahaan setelah Damar resmi menceraikan Nisa. Bagus setuju dengan semua kerjasama yang ditawarkan Damar. Entah apa sebabnya begitu melihat Nisa dia pun tertarik, apalagi Nisa adalah pewaris penuh dari saham kepemilikan Rumah sakit yang dia pimpin. Dengan terjalinnya kerjasama ini kekuasaan Damar akan aman tak tergoyahkan, Damar pun masih bisa memantau keadaan Nisa, Damar sepenuhnya akan tetap melindungi Nisa walaupun dia tak lagi bersama. "Oke untuk masalah ini, rapat direksi akan dilakukan paling cepat minggu depan," ujar Damar pada Bagus. "Surat-surat akan segera di cek, dan akan aku kirimkan ke padamu," ujar Damar, serius. "Bol
Bab 29"Ya udah kita hapy-hapy aja,pas banget gue ngajak elo," ujar Sinta, sumringah.Mereka sampe pada tempat yang dituju sebuah rumah besar sudah siap menyambut Sinta dan Nisa denga pesta tak lazim. Sudah banyak yang berkumpul mereka menyambut kedua gadis ini. Dua orang pria menghampiri nisa dan Sinta, seorang pria langsung memeluk dan mencium Sinta. "Nis, kenalin pacar gue, Heru." Sinta memeperkenalkan Kekasih sesaatnya. Nisa mengulurkan tangan. setelah itu ia pun menyalami lelaki di sebelah Heru. "Ardi," ucap si lelaki seraya menjulurkan tangan. "Nisa," jawab gadis yang kini sedang patah hati. Pesta kembali digelar. Semua bersorak, bernyanyi, bergoyang, laki dan perempuan sudah tak ada lagi batasan, bahkan tak malu mereka bercumbu di muka umum. Minuman keras mendominasi ditempat ini, terlihat mereka semua sudah dalam keadaan setengah sadar. Nisa menenggak minuman itu, seolah lupa jika minuman itu bukan
Bab 30.Damar mengendus bangun mendengar Alarm berbunyi dari ponsel. Nisa tertidur di pelukan lelaki bertubuh atletis ini. Damar mengusap wajah kasar, lalu menggeser tubuh gadis kecil dalam pelukan. "Mas, mau ke mana?" tanya Nisa mengeratkan pelukan kembali. Merasa nyaman berada di pelukan suaminya. Damar tak dapat berkata, dia menarik nafas dalam, hancur semua rencana yang sudah dia jalankan. Lagi dia menarik nafas dalam. "Nis bangun dulu, mandi solat subuh," ujar Damar. Nisa bergeming enggan bangun, sebenarnya dia malu mengingat semalam. Nisa menyodorkan tubuhnya karna Efek obat yang dia minum. Kini bagian bawahnya pun terasa sakit. Damar mencoba menghindar, tapi kondisi Nisa yang mengenaskan membuat Damar melakukan hal yang lama dia tahan. Damar sudah duduk dipinggir ranjang meraih celana boxer yang teronggok. Memakai kembali.Damar menyingkab selimut yang menutupi tubuh Nisa. "
Bab31Cuaca Kota Jakarta begitu terik, Nisa duduk di cafe tempat dia biasa nongkrong, hari ini gadis ini ada janji bertemu Lana di sini. Lana ingin mengenalkan gebetan baru.Hari ini Nisa menggunakan hijab sebab tadi sebelum berangkat Damar menasehati, apalagi sebelumnya Damar lagi-lagi mengajak Nisa mengarungi kenikmatan dunia. Nisa mengaduk gelas jus, pandangan ke arah kaca, tembus pada keramaian hilir mudik orang berjalan. Bibirnya tersungging mengingat kejadian-kejadian kebersamaan bersama Damar. Akhirnya penantiannya membuahkan hasil, kini dia memiliki jiwa raga kekasihnya. "Nis," tangan Lana menepuk pundak Nisa yang sedang mengingat sentuhan-sentuhan lembut Damar. "Iihhh ... Lana ... Ngangetin tau," ucap Nisa masam. "Liatin apa senyum -senyum sendiri?" tanya Lana penasaran, mengalihkan pandangan pada jalan yang tadi Nisa lihat. "Ehh ... Sini duduk." Nisa menarik tan
Ban 32 "Maksud kamu apa membatalkan semua kerjasama?" tanya Bagus pada Damar, dengan ekspresi terkejut. Damar menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan, "Nisa buat masalah lagi." Damar menghentikan ucapan, menatap Bagus yang penasaran. "Kan sudah biasa dia buat masalah, sudah lekas ceraikan, aku yang akan menjaga, setelah kamu menceraikan dia, langsung aku lamar dan menikahinya, karna dia tak memiliki masa iddah," ucap Bagus panjang lebar. "Masalahnya dia buat masalah fatal Bro." Damar mengusap wajah kasar. "Sepertinya masalah berat?" tanya Bagus,mengamati wajah Damar. "Aku menggaulinya," ucap Damar pelan. "Ternyata kurang ajar juga, kamu, jadi lelaki," Bagus menatap Damar marah. "Dia dicekoki obat, untungnya aku segera datang, terlambat sebentar saja, dia melakukan dengan orang lain," ujar Damar. Kelebatan bayangan Nisa mengerang panjang terlintas. "Aahh ... Bro, aku harus menunggu masa idahnya berarti?" tanya Bagus. "Aku tak ingin menceraikannya sek
Bab 33Chandra sudah berbaring kembali di pembaringan yang terlihat nyaman. "Pah, perawat datang kembali jam berapa?" tanya Nisa. Chandra melirik jam yang berada di atas nakas. "Sebentar lagi Dokter spesialish datang mengontrol.Baru saja Nisa bertanya seorang perawat masuk, "Maaf, Pak Chandra waktunya pengecekan, kesehatan." Seorang lelaki berpostur tinggi masuk bersama seorang beberpa perawat. "Mas Bagus?" Nisa memanggil saat melihat Bagus masuk ke dalam ruangan."Non, Nisa?" Bagus reflek memanggil Nisa dengan sebutan Non. "Kok, Mas Bagus ada di sini?" tanya Nisa penasaran, pasalnya Bagus menggunakan atribut dokter lengkap dengan stetoskop tersampir di dada. "Dia ini Dokter yang merawat Papah, Nis." jawab Chandra. "Non, saya periksa, Pak Chandra, dulu, ya," ujar Bagus. "Saya periksa dulu ya Pak." Bagus mulai melakukan pengecekan kesehatan Chandra.
Bab 34"Dari mana seharian?" tanya Damar denga suara ditekan, marah. "Aku ketemuan sama Lana, terus nengok Papah. Maaf aku gak ngabarin lupa!" ujar Nisa takut melihat ekspresi Damar. "Lupa?!" tanya Damar dengan sorot menakutkan. "Enak ya, kencan sama laki-laki sampai lupa sama suami?" tanya Damar, menguliti. "Eh itu, aku ketemu, Mas Bagus, ternyata dia dokternya Papah, Mas 'kan yang ngerjain aku?!" Nisa meninggikan suara di kata terakhir. "Buat apa coba, Mas Damar ngerjain aku? Pake nyuruh Mas Bagus jadi tukang ojek?!" kini suara Nisa sudah seperti biasa lantang dan menantang. "Loh, kok kamu jadinya yang marah?" tanya Damar. "Marah lah, suami aneh, deket-deketin istri sendiri sama lelaki lain." Nisa menghentak kaki dan berlalu pergi menaiki anak tangga smabil berlari. Uh ... Damar mengepalkan tangan memukul angin. Kenapa jadi Nisa yang marah. Tu anak susah banget di
Bab 35Darmi memandang kepergian Damar dengan segala doa, wanita tua ini, tak tau pasti dari mana asal Damar. Yang dia tau sejak datang hingga sekarang Damar memiliki peringai baik, sopan, pekerja keras dan jujur. Walau terkadang keras terhadap Nisa, tetapi itu semua Darmi anggap sebagai didikan untuk Nisa. Sejak Damar datang Nisa yang tadinya selalu murung, menjadi bersemangat dan kembali ceria. Kemarin Darmi sempat was-was, ketika Nisa mengatakan Damar memiliki istri dan hingga sekarang belum juga menyentuh Nisa, tetapi segala was-was sirna setelah Damar menyatakan kalimat-kalimat penenang barusan. Kini tak ada lagi keraguan di hati wanita itu, jika Damar akan mencampakkan Nisa. Sekarang tugas Darmi adalah menenangkan Nisa agar mau berbagi. Tetapi sepertinya akan sulit. Darmi tau persis seperti apa sifat Nisa. "Non, Bangun sudah mau tengah hari, udah kelewatan sarapannya." Darmi membuka tirai kamar, cahaya terang