Share

2. Orientasi

Kantor pusat Djerami masih heboh setelah kemarin salah satu anak Magang membuat kejutan dengan mendatangkan chef dan dapur dadakan. Betapa tidak, biaya untuk mendatangkan layanan seperti itu jelas sangat mahal.

Anehnya, si pelaku, Bagas, tidak merasa yang dia lakukan aneh. Bahkan dia tidak tahu kalau harganya mahal.

“Lo gila ya, masa datengin chef lengkap sama dapur-dapurnya. Kan gue cuma bilang bisa delivery,” kata Edwin pagi itu.

“Eh, emg kalian gak pernah?” tanya Bagas. 

“Ya enggak lah woi, habis berapa duit itu. Emang lo anak orang kaya ya?”

“Cuma 10 juta kok. Emang mahal?”

Pertanyaan Bagas membuat 4 anak magang lain di tempat itu terheran-heran. Ini anak emang bego atau emang kaya banget. 

“Ya mahal dong Bagas,” ujar Silvi. “Kamu emang udah biasa kayak gitu?”

“Enggak sih, aku kan baru balik dari …”

Bagas tidak sempat menuntaskan kalimatnya, Mas Ardi datang menyela.

“Hai, pagi semua. Hari ini bisa gue kontrol kalian nih. Kalian berdua,” katanya menunjuk Doni dan Ajeng, “gabung tim Pak Harto ya hari ini. Sisanya, lo bertiga di sini dulu sama gue, orientasi.”

Doni dan Ajeng segera mengambil perlengkapan mereka dan bergerak meninggalkan ruangan. Sisa tiga anak magang baru, Mas Ardi mulai bicara.

“Oke Bagas, gue gak kenal siapa lo, tapi jangan bikin keributan kayak kemarin lagi ya. Lo diomongin sekantor nih, awas banyak musuh nanti.”

“Baik mas, saya gak tau, sori.”

“It’s okay, gue juga kaget kok,” kata Ardi terbahak. “Oke, hari ini gue bakal jelasin struktur perusahaan dulu ya. Paling sampai jam makan siang.”

Bagas, Edwin, dan Silvi duduk di kursi masing-masing. Mas Ardi menarik turun layar presentasi, laptop dipasang, sepertinya bakal serius.

“Oke, kita singkat aja. Mulai dari perusahaan, Djerami ini salah satu perusahaan rokok tertua di Indonesia. Didirikan tahun 1950 oleh Adi Hardjito. Sekarang pimpinan kita generasi kedua, anaknya, Rudi Hardjito. Mungkin kalian lebih kenal dengan sebutan Kakek Rudi.”

Mas Ardi menjelaskan sejarah perusahaan dengan cukup panjang. Hingga akhirnya tiba di struktur perusahaan, para pimpinan, direksi, termasuk manajer-manajer di bawahnya.

“Nah saat ini direksi dipegang oleh anak-anak pak Rudi Hardjito sendiri, gak semua sih, tapi sebagian besar,” lanjut Mas Ardi.

“Di posisi COO ada Pak Tama, beliau bisa dibilang orang nomor dua di sini. Tanggung jawabnya besar banget, operasional perusahaan dan banyak hal lain.”

Bagas menaikkan alis. Itu ayahnya.

Strategic Affairs, ada Bu Indah. Beliau yang urusin rencana internal dan eksternal perusahaan.”

Tante Indah, batin Bagas. 

“Berikutnya Finance, bagian duit nih. Ini dipegang sama Pak Hendra.”

Om Hendra, batin bagas. Dia kurang akrab dengan omnya yang ini.

“Terus ada SCM, dipegang Bu Verra. Beliau pegang produksi dan perencanaan produk. Nanti kalian juga bakal magang di PPIC kayaknya.”

Tante Verra! Bagas berteriak dalam hati. Dia paling dekat dengan tantenya. 

“Nah terus di tempat magang kalian yang sekarang, Marketing & Sales. Ini jadi dua divisi sih, ada kepala divisi masing-masing, tapi di atasnya ada Pak Edi yang megang.”

Om Edi, Bagas juga kurang akrab dengan omnya yang satu ini.

Mas Ardi lantas terus menjelaskan struktur perusahaan dan informasi penting lainnya mengenai perusahaan Djerami. Bagas tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Oke, segitu aja buat hari ini,” kata Mas Ardi. “Kalian udah bisa masuk tim sales nih kayaknya, mulai besok ya.”

“Siap mas,” kata Edwin dan Silvi bersamaan.

“Oke mas,” jawab Bagas. “Eh, emang divisi sales siapa yang pimpin Mas?”

“Oh itu Mas Lutfi,” jawaban Mas Ardi membuat Bagas menghembuskan napas panjang. “Masih muda sih, mungkin seumuran kalian.”

Lutfi, itu kan sepupu Bagas! Masa-masa magang pasti menarik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status